Mohon tunggu...
tercerahkan literat
tercerahkan literat Mohon Tunggu... Broadcast

NEWS

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tambang Dan Wajah Generasi Muda Maluku Utara

28 Agustus 2025   15:10 Diperbarui: 28 Agustus 2025   15:23 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Penulis/Zulfikri Hasan

Penulis: Zulfikri Hasan, Mahasiswa Fakultas Hukum UMMU 

KOMPASIANA-Bicara seputar tambang bukan hal yang relatif  baru di kalangan masyarakat. Dari semua kalangan baik mahasiswa, pemuda, tokoh agama, pendidik yang terdidik dan sebagainya. Terlebih di Maluku utara ini suda menjadi pembicaran umum di semua kalangan. Tambang bukan hanya menjadi pembicaraan melainkan sebagian besar menjadi tujuan dari semua kalangan terutama para pemuda dan bahkan remaja yang masih menempuh pendidikan  Strata SMA, hal ini disebabkan karena tambang menjanjikan pendapatan yang relatif tinggi.

Sebagai pemuda Maluku utara ini menjadi nestapa tersendiri bagi saya, generasi muda yang seharusnya  menjadi pemimpin yang akan datang tidak lagi memandang pendidikan sebagai sesuatu yang penting untuk di usahakan. Di sisi lain para petinggi pejabat negara sibuk mendeklarasikan generasi emas 2045 dengan seenaknya, bicara tentang bonus demografi sedangkan biaya pendidikan yang semakin ditinggikan, masyarakat dipaksa cerdas oleh sistem yang serba sulit. Seakan-akan semua di seting untuk memperbodoh generasi muda khususnya generasi muda Maluku utara. Memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa yang ada pada alinea keempat pembukaan UUD 1945 hanya sebatas cita dan falsafah  bangsa yang terus menjadi (Ius Constituendum).

      Sebagai pemuda dan mahasiswa saya tidak menolak tambang yang beroperasi namun yang disayangkan pemerintah pusat terlalu mementingkan investasi pertambangan tanpa kontrol yang ketat terhadapnya, sehingga yang dirusak bukan hanya alamnya yang asri melainkan generasi mudanya pun di rusak oleh sistem yang kotor ini. 

Kita seharusnya berkaca pada negara luar misalnya  Republik Demokrat Kongo yang kaya akan kobalt, tembaga dan berlian. tapi negara tersebut dilanda kemiskinan yang ekstrim, kelaparan dan konflik akibat penambangan besar-besaran yang sangat merugikan samahalnya dengan Zimbabwe, negara yang kaya akan beliannya, namun manfaat kekayaan alam tersebut tidak banyak di rasakan penduduknya. Jangan sampai kita sengaja dipaksa untuk mengarah kesana?. Fenomena yang sering di sebut sebagai “kutukan sumber daya alam” (Natural Resource Curse) dimana kekayaan sumber daya alam justru memperburuk kemiskinan akibat korupsi, konflik, eksploitasi, dan pengelolaan yang buruk, dan semua suda terjadi satu persatu di Provinsi Maluku Utara dan apalagi di Indonesia. 

    Oleh sebab itu kiranya praktik pertambangan tentunya harus betul-betul dikawal agar tidak menjadikan kita seperti negara-negara yang saya sebutkan diatas, “Lord Action: Power Tends To Corrupt, And Absolute Power Corrupts Absolutely”. Kekuasaan itu cenderung korup dan kecenderungan semakin meningkat ketika minimnya pengawasan. semua itu hanya bisa dilaksanakan apabila generasi mudanya mempunyai SDM yang tinggi sebagaimana negara Swiss  yang begitu maju dalam Indeks Pembangunan Manusianya (IPM) atau sekurang-kurangnya Singapura Negara yang memiliki kualitas SDM yang sangat baik, ditunjang oleh sistem pendidikan yang mumpuni.

Erare Humane Estrub And Eror Perseverare “Kesalahan adalah manusiawi, tetapi tidak baik untuk terus mempertahankan kesalahan".

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun