Mohon tunggu...
Khulfi M Khalwani
Khulfi M Khalwani Mohon Tunggu... Care and Respect ^^

Backpacker dan penggiat wisata alam bebas... Orang yang mencintai hutan dan masyarakatnya... Pemerhati lingkungan hidup... Suporter Timnas Indonesia... ^^

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Harvard University: Modal Sosial Jadikan Indonesia Negara Paling Sejahtera di Dunia

4 Juni 2025   12:26 Diperbarui: 4 Juni 2025   17:14 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Negara yang dinilai kesejahteraan psikologisnya (https://hfh.fas.harvard.edu/global-flourishing-study)

Saat dunia mencari model baru kesejahteraan pasca-pandemi covis-19 dan krisis dampak perubahan iklim, Indonesia justru bisa menawarkan contoh bahwa kebahagiaan dan makna hidup tidak selalu datang dari materialisme, melainkan dari hubungan sosial yang kuat, spiritualitas yang hidup, dan komunitas yang saling peduli, serta alam yang dijaga bersama.

Itulah pesan yang bisa kita tangkap dari laporan Global Flourishing Study (GFS) oleh Harvard University bersama Institute for Faith and Learning Gallup. https://hfh.fas.harvard.edu/global-flourishing-study. Pada era saat ini, di mana indikator kesejahteraan tidak lagi hanya diukur dari Produk Domestik Bruto (PDB), laporan GFS memberikan perspektif baru: kehidupan yang baik adalah kehidupan yang utuh, secara fisik, mental, sosial, spiritual, dan moral.

Mengejutkan, namun sekaligus membanggakan, Indonesia muncul sebagai negara dengan skor flourishing tertinggi di dunia, mengungguli negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Jerman, dan Jepang. Kajian yang dilakukan dengan mencakup lebih dari 207.000 partisipan dari 23 negara dan wilayah ini, menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia menilai hidup mereka secara keseluruhan sangat positif. Skor Flourishing Index Indonesia mencapai 8,47 dari skala 10, menjadikannya puncak dari survei global ini.

Namun apa yang menjadikan Indonesia unggul? Jawabannya tidak terletak pada kekuatan ekonomi atau stabilitas politik semata, melainkan pada modal sosial yang kokoh dan bernuansa spiritual.

Salah satu temuan utama dari studi GFS adalah peran penting kesehatan mental dan tujuan hidup dalam menciptakan kehidupan yang baik. Indonesia menonjol secara luar biasa pada dua domain ini. Nilai surplus tertinggi di Indonesia tercatat pada kategori pemahaman terhadap makna hidup dan penilaian positif terhadap kondisi mental. Ini menunjukkan bahwa banyak warga Indonesia merasa bahwa hidup mereka memiliki arti, dan mereka tetap mampu menjaga kesehatan batin di tengah tantangan kehidupan.

Data ini diperkuat dengan tingginya tingkat partisipasi dalam kegiatan keagamaan, yang secara signifikan berkorelasi dengan tingkat flourishing. Di Indonesia, kehadiran dalam layanan keagamaan secara rutin berdampak besar terhadap perasaan makna hidup dan kesejahteraan secara keseluruhan. GFS bahkan mencatat bahwa hubungan antara keterlibatan religius dan skor flourishing di Indonesia termasuk yang tertinggi secara global, lebih tinggi dibandingkan keterlibatan dalam kegiatan sipil seperti organisasi masyarakat atau komunitas hobi.

Dalam masyarakat Indonesia, hubungan antarindividu dan komunitas bukan sekadar pelengkap kehidupan, melainkan fondasi utama. Mulai dari tradisi gotong royong, komunitas RT/RW, hingga sistem sosial berbasis desa dan adat, semua itu membentuk jaringan sosial yang erat dan suportif. Nilai-nilai kebersamaan seperti "saling bantu" dan "musyawarah" menjadi praktik nyata, bukan sekadar jargon.

Modal sosial inilah --- hubungan sosial yang kuat, saling percaya, dan keterlibatan komunitas --- yang menjadi landasan keberhasilan Indonesia dalam indeks flourishing. Di tengah berbagai keterbatasan ekonomi, kekayaan ini yang justru menjadi penopang utama kualitas hidup.

Satu pertanyaan menarik yang muncul adalah: apakah aspek lingkungan hidup --- terutama kehutanan --- juga berkontribusi terhadap tingginya flourishing di Indonesia?

Meski GFS tidak mengukur aspek lingkungan secara langsung, ada indikasi kuat bahwa lingkungan yang sehat mendukung kualitas hidup yang baik, terutama dalam konteks spiritualitas dan hubungan dengan alam. Dalam banyak komunitas di Indonesia, hutan bukan hanya sumber ekonomi, tetapi juga ruang hidup spiritual dan sosial. Kearifan lokal di beberapa tipe pengelolaan hutan adat menunjukkan betapa eratnya keterkaitan antara alam, komunitas, dan nilai hidup.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun