Manusia itu tidak pernah berhenti bertanya, dia masih hidup. Pikirannya penuh dengan berbagai kemungkinan.
Pencarian akan kebijaksanaan ada di alam nyata, dalam pikiran, dan dalam segala kemungkinan. Jangan heran, hanya karena ide, gagasan, dan persepsi dengan kemungkinan yang tak terbatas, sesama manusia saling bertengkar.
Fiksi dipakai manusia untuk merangsang dirinya mengharapkan terwujudnya apa yang ia yakini. Sementara itu, nubuat dan wahyu adalah realitas masa depan yang dituangkan dalam loyang sejarah. Ia terbukti tepat, berhimpit persis dengan realitas dan fakta yang terjadi.
Perbedaan dalam fiksi dengan kemungkinan takterbatas, tak ubahnya seperti sudut pandang dari arah yang berbeda-beda. Seperti timur dan barat, bagaikan scorpio dan orion.
Mereka saling membunuh. Scorpio sekutu Apollo, membunuh Orion, putera Neptunus. Bila fiksi membuat kita berselisih, maka kita saling membunuh justru dalam segala kemungkinan terbaik yang kita punya.
Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang terbesar diantaranya ialah kasih.
(1 Korintus 13:13).