Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

"Cimpa Hekter", Mewarisi Tradisi dalam Penyesuaian

30 Oktober 2020   16:19 Diperbarui: 30 Oktober 2020   17:05 775
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Membuat Cimpa Hekter (dokpri)

Kemudian direbus, setelah itu ditiriskan, dikeringkan kemudian ditumbuk hingga pipih betul menyerupai serat-serat. Serat-serat inilah yang kemudian dipilah untuk kemudian dianyam, menjadi tikar, sumpit (wadah makanan) dan kampil (wadah sirih dan kelengkapannya).

Sementara itu, bengkuang yang dipakai menjadi kemasan "cimpa hekter", pembuatannya lebih sederhana. Bersihkan daun bengkuang dari duri-duri, dan dilap hingga bersih.

Kemudian dipotong-potong sepanjang kurang lebih 2 kali ukuran telunjuk orang dewasa.
Lalu gulung menyerupai cincin hingga kedua ujungnya berhimpit dan lekatkan dengan hekter (stapler).

Daun bengkuang yang sudah dilekatkan dengan stapler (dokpri)
Daun bengkuang yang sudah dilekatkan dengan stapler (dokpri)
Sementara itu untuk bahan utama cimpa-nya, terdiri atas tepung beras, yang bisa didapatkan di warung yang menjual sembako, parutan kelapa dan gula pasir. Cara membuatnya juga sederhana, cukup dengan mencampur semua bahan hingga menyatu.

Campuran tepung beras, parutan kelapa dan gula pasir (dokpri)
Campuran tepung beras, parutan kelapa dan gula pasir (dokpri)
Campuran bahan-bahan itu kemudian dimasukkan ke cincin daun bengkuang dan ditekan-tekan hingga padat. Selesai dikemas lalu dikukus selama 30 hingga 45 menit.

Mengkemas cimpa hekter (dokpri)
Mengkemas cimpa hekter (dokpri)
Sekilas, bahan dan cara pembuatannya ini mirip dengan cara membuat "putu bambu", yang sudah dikenal luas di berbagai daerah di Indonesia.

Bedanya, cimpa hekter tidak diisi inti sebagaimana putu bambu, yang diberi inti gula aren. Cincin daun bengkuang ini sendiri mirip dengan potongan kecil ruas bambu yang digunakan dalam pembuatan putu bambu.

Cincin daun bengkuang (dokpri)
Cincin daun bengkuang (dokpri)
Bedanya, kalau ruas bambu yang digunakan dalam membuat putu bambu bisa digunakan berulang-ulang, maka cincin daun bengkuang ini hanya untuk sekali pakai.

Pada masyarakat suku karo sendiri, bisa dikatakan cimpa hekter ini sendiri adalah modifikasi dari penganan yang dikenal sebagai "cimpa bohan". Bohan adalah seruas bambu yang juga dipakai dalam memasak lemang.

Cimpa hekter yang sudah matang (dokpri)
Cimpa hekter yang sudah matang (dokpri)
Bahan untuk cimpa bohan sendiri hampir sama dengan bahan cimpa hekter. Bedanya, gula yang dipakai pada cimpa bohan adalah dari gula aren, bukan gula pasir.

Besar kemungkinan, modifikasi ini berkaitan dengan gaya hidup masyarakat masa kini yang semakin mengarah kepada kepraktisan. Takterlepas, juga turut mempengaruhi perubahan bahan dan cara pembuatan cimpa bohan menjadi cimpa hekter pada suku Karo.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun