Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Kala Kesabaran dan Ungkapan Syukur Lumer dalam Sebungkus "Jong Labar"

11 Mei 2020   19:40 Diperbarui: 11 Mei 2020   19:40 301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jong Labar yang telah matang (Sumber: www.murniasih.com)

Jong Labar adalah penganan khas suku Karo dengan bahan utama parutan jagung muda. Dalam Bahasa Indonesia, Jong Labar kira-kira dapat juga disebut dengan nama lemet jagung.

Menanam jagung adalah pekerjaan mayoritas petani di suku Karo, terutama yang berada di Kecamatan Singalor Lau. Itu adalah bagian daerah Kabupaten Karo mulai dari Kecamatan Tigabinanga hingga Kecamatan Mardingding, yang berbatasan dengan Provinsi Aceh.

Jagung adalah komoditi yang sangat penting bagi para petani. Hasil produksi pertanian jagung sangat ditentukan oleh faktor cuaca. Namun, perawatannya relatif tidak terlalu rumit bila dibandingkan dengan komoditi tanaman muda dan hortikultura lainnya.

Dari situ dapat dibayangkan bahwa menamam jagung adalah sebuah aktivitas pertanian yang sangat lekat dengan praktik berdoa. Memang semua hal sebaiknya dimulai dengan doa.

Lama sebelum manusia mampu membangun sistem pertanian yang canggih dengan dukungan peralatan berteknologi tinggi, dimana cuaca pun telah dapat dimodifikasi, sebenarnya pertanian memang jenis pekerjaan yang menuntut para petani untuk rajin berdoa. Budaya agrikultur turut melahirkan kepercayaan kepada dewa dan tuhan-tuhan sebelum dikenalnya monoteisme. Mereka menyembah dewa hujan untuk mendapatkan hujan, dewa angin kala membutuhkan angin, dewa matahari, dan lain sebagainya, sesuai kebutuhan tanaman pertanian mereka pada musimnya.

Maka dari itu, ketika menikmati hasil pertanian pun biasa didahului dengan persembahan kepada dewa. Namun, itu adalah praktik hidup pada zaman dulu, dan tersisa pada sebagian kecil suku bangsa di belahan bumi yang lain kini.

Dalam praktiknya kini, walaupun dalam bentuk kepercayaan yang berbeda, tapi pada prinsipnya menikmati hasil tanam adalah salah satu bentuk ungkapan syukur atas berkat pemeliharaan dan rahmat dari Tuhan yang Maha Kuasa atas hasil panen. Biasanya hasil tanam yang dinikmati itu dibuat dalam bentuk penganan yang berasa manis.

Maksudnya adalah sebagai doa agar hasil panen pada musim tanam selanjutnya juga berbuah manis, atau ketika dijual pun bisa laris manis. Manis rezekinya, begitu kira-kira.

Pada hari ini, kami menikmati hasil panen jagung muda seorang kerabat yang tinggal di Desa Kacaribu, Kecamatan Kabanjahe, Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Itu adalah sebuah desa yang bisa juga dipandang sebagai daerah sub urban. Disebut desa, tapi sudah dekat dengan Kota Kabanjahe, ibu kota Kabupaten Karo, dan juga dilalui jalan nasional lintas provinsi dari daerah Sumatera Utara menuju Aceh Tenggara, Provinsi Aceh.

Jalan lintas Sumatera di Desa Kacaribu, Kec. Kabanjahe, Kabupaten Karo (Dokpri)
Jalan lintas Sumatera di Desa Kacaribu, Kec. Kabanjahe, Kabupaten Karo (Dokpri)
Sekarang kita coba lihat, bahan-bahan dan cara membuat jong labar itu. Pada hari itu kami memarut 50 tongkol jagung muda sebagai bahan utama.

Kemudian gula merah 2 kilogram, kelapa 2 buah, garam secukupnya dan daun pisang sebagai bungkusnya. Selanjutnya, gula merah dan kelapa diparut halus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun