Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sarkasme dan Mimpi Mulia Tanpa Melakukan Apa-apa, Soal Ujian Kehidupan dari Fima

28 Agustus 2019   11:53 Diperbarui: 28 Agustus 2019   14:49 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.pinterest.com/DumpaDay. com

Dalam sebuah bagian film yang berjudul 13 Going 30 (2004), terselip pesan moral yang mengajarkan untuk jangan menyesali kenyataan bahwa kita pernah melakukan kesalahan. 

Pesan moral itu berangkat dari kesadaran bahwa tanpa melakukan kesalahan, maka kita tidak akan pernah belajar melakukan hal-hal yang baik dengan benar.

Ada pepatah bijak yang mengatakan bahwa hidup dengan kesalahan adalah lebih terhormat, daripada selalu benar tapi tidak melakukan apa-apa. Barangkali dari sana jugalah muncul kesadaran bahwa belajar adalah usaha seumur hidup, long life learning, karena hidup tidak pernah lepas dari kesalahan.

Karena hidup dengan kesalahan tidak mungkin dihindari, maka kesalahan hanyalah sebuah bentuk ujian dalam pelajaran seumur hidup. Bagi setiap orang yang sedang dan masih selalu akan belajar, maka ia juga tidak mungkin menghindar dari ujian, karena hanya dengan mengikuti dan lulus ujianlah seseorang  bisa naik kelas. Hal seperti itu juga berlaku dalam sekolah kehidupan.

Salah satu hal yang bisa membantu upaya belajar adalah dengan memiliki teman diskusi atau kelompok belajar. Teman atau kelompok belajar yang berguna adalah yang memberikan energi positif selama proses belajar. Ia menguatkan yang lemah, menghibur yang bersedih, memberikan alternatif dalam memandang horison kehidupan. 

Hal ini tentu termasuk juga walau tidak terbatas pada sikap seorang teman yang menangis bersama dengan orang yang menangis, tapi juga tertawa dengan orang yang tertawa.

A friend in need is a friend indeed, sahabat di waktu susah itulah sahabat yang sejati. Mungkin setiap orang juga akan mengakui, bahwa sekalipun ujian tidak bisa dihindari dalam proses kenaikan kelas dalam sekolah kehidupan, ujian bukanlah suatu hal yang menyenangkan. 

Kalau tidak begitu halnya, mungkin orang-orang tidak akan berkata: "Sabar ya" atau "Semangat ya," kepada orang-orang yang sedang diuji dengan serangkaian persoalan.

Semua ucapan harapan untuk seseorang bisa lulus ujian itu mungkin bisa dirangkum dalam sebuah ungkapan "Selamat mengikuti ujian." Bukannya bermaksud negatif, tapi begitulah sahabat sejati memberikan semangat bagi teman yang ikut ujian untuk bisa lulus.

Tapi apakah semua manusia seperti itu? Rasanya tidak. Paling tidak, hal itu digambarkan dalam sebuah novel berjudul Fima yang ditulis oleh Amos Oz. Fima merupakan karakter dengan nama samaran, aslinya ia bernama Efraim Nisan, seorang berkebangsaan Yahudi yang tinggal di Jerusalem.

https://www.goodreads.com
https://www.goodreads.com
Fima selalu memaksa dirinya untuk melangkah jauh, terkadang bahkan terlalu jauh. Ia suka melampaui kekhususan dengan tujuan dari segala bentuk kepedulian. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun