Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Artikel Utama

Kemiskinan seperti Kecoak yang Kini Nyaris Mustahil untuk Dibunuh

31 Juli 2019   17:09 Diperbarui: 6 Agustus 2019   18:33 662
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Kecoak (Sumber: cockroach) | sains.kompas.com

Metamorfosis, sebuah buku karangan Franz Kafka diterbitkan pertama kali pada tahun 1915. Buku ini merupakan salah satu karya terbesar Kafka yang hingga kini masih digemari. Cetakan pertama berbahasa Indonesia diterbitkan oleh Pustaka Promethea dan Narasi, Yogyakarta.

Pada sebuah bab yang juga berjudul Metaformosis, dijelaskan tentang sebuah peristiwa dimana Gregor Samsa tiba-tiba mendapati dirinya berubah secara misterius menjadi kecoak ketika ia bangun dari tidur pada sebuah pagi. Ini adalah kehidupan dalam sebuah kenyataan surealis, super realitas, dimana fiksi bercampur dengan nonfiksi, rasional dan irasional.

Samsa adalah seorang penjaja keliling, anak dari pasangan suami istri yang tidak lagi bekerja, Herr Samsa dan Frau Samsa. Ia juga mempunyai seorang saudara perempuan bernama Grete. Dulunya ia adalah seorang perwira militer dengan pangkat letnan, sebelum ia menjadi penjaja keliling untuk membantu ekonomi keluarganya.

Dalam novel ini digambarkan sisi rasionalitas dan irasionalitas manusia secara bergantian. Pesannya barangkali adalah pesan simbolik tentang bagaimana rapuhnya manusia dalam segala "kemapanan" yang semu.

Setelah ayahnya, Herr Samsa, bangkrut, Samsa memutuskan membantu ekonomi kaluarganya dengan menjadi penjaja keliling. Ibunya yang juga sudah tua tidak terlalu kuat untuk bekerja, dan Grete adiknya terlampau manja dan kurang mandiri.

Irasionalitas yang terjadi pada Samsa adalah saat ia merasa bingung mendapati apa yang terjadi pada dirinya saat ia terbangun dari tidur pada suatu pagi. Ia merasa bahwa itu hanyalah efek sementara akibat ia sangat kelelahan dalam bekerja demi memenuhi semua target kerjanya. Ia adalah seorang pekerja yang rajin, tidak pernah absen dalam bekerja, bahkan sakitpun tidak pernah.

Namun, saat terbangun pada pagi itu, untuk sekadar menggeser badannyapun ia merasa kesulitan. Punggungnya sekeras cangkang kura-kura dan kaki-kakinya sangat kecil meskipun banyak, dan bergerak-gerak sendiri seperti bukan atas perintahnya.

Satu hal yang sangat disesalkan Samsa adalah saat kepala tata usaha tempatnya bekerja datang ke rumahnya untuk mencari tahu sendiri alasan keterlambatannya. Menurut Samsa, ini adalah suatu hal yang sangat berlebihan.

Bagaimana seorang pekerja yang sangat mencintai pekerjaannya dan tidak pernah melalaikan tanggung jawabnya, apalagi dengan sengaja mencari alasan yang tidak masuk akal untuk tidak masuk kerja, diburu hingga ke rumahnya hanya karena telat datang bekerja. Bagaimanapun, perubahan ini hanya ilusi, pikir Samsa. Ia akan segera pergi bekerja.

Dalam kenyataannya, ternyata apa yang terjadi pada Samsa benar adanya. Ia telah berubah menjadi kecoak, yang tidak menyukai makanan yang bersih, lebih suka tinggal di tempat yang gelap dan lembab, dan terlihat sangat menjijikkan bagi manusia. Tentu saja kenyataan ini adalah sebuah pukulan berat bagi Samsa, ia adalah tulang punggung keluarga.

Biasanya ia akan sedikit menyombong di hadapan anggota keluarga saat memberikan gaji yang dia terima untuk mencicil hutang keluarga. Ia juga berjanji akan menyekolahkan Grete, adiknya, ke sekolah musik, karena Grete sangat suka bermain biola.

Hanya Grete yang masih berusaha memahami Samsa dalam kelurga itu kini. Itupun setelah ia berusaha sekuat tenaga memahami apa yang telah, sedang dan akan terjadi nanti pada Samsa, dan bagaimana ia harus memeperlakukannya agar ia bisa bertahan hidup.

Hal Ini belum termasuk bagian perjuangan seluruh anggota keluarga dalam menyembunyikan apa yang terjadi pada Samsa, baik kepada pembantu yang akhirnya memilih untuk berhenti bekerja, karena tidak bisa memahami keanehan yang sedang terjadi pada keluarga ini, maupun kepada tamu-tamu mereka pada akhirnya, ketika mereka harus menyewakan sebagian dari rumahnya untuk mendapatkan tambahan uang guna mencukupi keperluan mereka. 

Perubahan Samsa, mantan Letnan yang menjadi penjaja keliling dan kini berubah menjadi kecoak, tidak saja pukulan yang menyakitkan bagi keluarga, tapi juga aib yang sangat memalukan sekalipun kenyataan itu sangat tidak masuk akal.

Begitulah Samsa menjalani hari-harinya, dengan bersembunyi di antara kain-kain yang ada di bawah sofa, merayap dari sudut ke sudut pada dinding dan langit-langit rumah, dan tentu saja memakan makanan-makanan busuk yang menjadi kesukaan kecoak sebagaimana umumnya, sambil mata dan antenanya terus berjaga-jaga mengawasi kemungkinan datangnya bahaya. Karena semua orang akan merasa jijik saat menyadari keberadaan seekor kecoak.

Apa yang terjadi pada Samsa adalah hal yang tidak dapat diterima akal dalam kehidupan nyata. Namun, dari sudut pandang surealis, merasakan perasaan Samsa menggunakan kaca mata manusia dengan rasa kecoa mungkin kita akan mendapatkan kesan yang lebih suram saat memandang kehidupan nyata. Ini adalah kehidupan yang tampak mapan di permukaan, tapi sesungguhnya rapuh di dalam.

Metamorfosis (theotraphi.com)
Metamorfosis (theotraphi.com)
Begitulah pada suatu siang yang terik di tengah jalanan yang macet di Jakarta, saat orang-orang kantor sedang ramai-ramainya keluar mencari makan pada jam makan siang, saya berbincang-bincang dengan seorang supir taxi konvensional.

"Dari mana pak?" katanya.
"Saya dari Kabanjahe," kata saya.
"Di mana itu, Pak?" ia bertanya.
"Kalau bapak pernah mendengar Gunung Sinabung yang meletus beberapa waktu yang lalu, tempat saya tidak jauh dari gunung itu," kataku.

"Oo," lalu senyap beberapa saat. Supir taxi ini pun tampak beberapa kali menguap, sama seperti saya yang sudah mulai terkantuk-kantuk, terjepit di antara kendaraan-kendaraan yang sama-sama tidak saling mengetahui akan menuju kemana, tapi berduyun-duyun memadati jalan yang sama. Sebagian ke kanan, sebagian lagi ke kiri, pada suatu titik di perjalanan.

"Kalau di Jakarta hampir macet tidak putus-putus setiap harinya, Pak," katanya lagi.

"Wah, jangankan Jakarta, di kampung sayapun jalanan sering macet. Apalagi pada jam-jam menjelang masuk kerja dan jam pulang anak sekolah, belum lagi kalau hari libur" jawabku.

"Oya, Pak. Benar juga. Memang di zaman sekarang orang-orang sudah mudah sekali memiliki kendaraan pribadi. Tinggal bayar uang muka yang bisa dibikin murah dan bayar angsurannya," tambahnya lagi.

"Kalaulah ada alat yang bisa mengecek ciri-ciri dan tanda kendaraan-kendaraan ini, maka barangkali jalanan macet yang kita lalui saat ini sudah dipenuhi oleh taxi-taxi online yang dipesan pakai aplikasi, Pak."

"Itu juga sebabnya, jumlah penumpang taxi konvensional seperti saya ini sudah sangat turun drastis, Pak" katanya menambahi lagi.

"Begitu ya, Pak?" tanyaku.

"Ya, Pak. Kalau jam segini kan orang-orang kantor pada masih kerja di kantornya. Atau barangkali sedang makan siang di kantin dekat kantornya. Jadi siapa semua orang-orang yang sedang berlalu lalang ini kalau bukan orang-orang yang sedang melancong atau orang-orang yang sedang dalam pekerjaan bisnis atau dinas. Mereka menggunakan jasa angkutan online. Lagipula jenis kendaraan angkutan online itu bukanlagi yang biasa-biasa saja, tapi juga mobil yang mewah-mewah sering juga dipakai menjadi taxi online. Termasuk ibu-ibu rumah tanggapun banyak juga yang suka menjadi supir kendaraan taxi online ini," katanya panjang lebar.

Apa yang kami bicarakan adalah hal yang biasa-biasa saja. Hingga kemudian dia menceritakan tentang perasaannya terkait teman-temannya para supir yang sebagiannya kurang beruntung bila dibandingkan dengan dirinya.

"Saya yang sudah memiliki rumah tempat tinggal sendiri saja, kadang tidak habis pikir bagaimana saya akan bisa melalui kehidupan ini. Apa lagi teman-teman saya yang masih harus memikirkan uang kontrak bulanan rumah, di samping belanja untuk makan dan biaya keperluan anak-anak sekolah. Sekarang mana ada lagi kontrak rumah yang hanya 500ribu per bulan meskipun rumahnya hanya sepetak kamar, paling tidak sewanya 1 juta," kata bapak ini.
"Mungkin Bapak enak tinggal di kampung?" tanya dia lagi.

Apa yang berlangsung dalam tanya jawab kami yang terakhir, mengembalikan pikiran kita kepada super realitas yang irasional, sebegaimana metamorfosis yang terjadi pada Samsa.

Barangkali saat ini banyak manusia yang mendapati dirinya berubah secara tidak masuk akal menjadi kecoak. Kalau bukan dia yang mendapati kenyataan dirinya yang seperti itu, maka barangkali oleh keluarganya, temannya, atau orang lain yang sedang menyaksikan orang itu berubah menjadi kecoak.

Sejalan dengan pesan simbolik yang terselip pada novelet Metamorfosis karangan Kafka, kesan super realitas yang irasional terkait manusia yang menjadi kecoak atau dijadikan kecoak ini bukan bermaksud memandang kemiskinan yang terjadi di banyak tempat di berbagai belahan dunia secara peyoratif. 

Hanya sekadar cara menyampaikan pesan untuk menegaskan, bahwa korban dari kemiskinan entah karena kultur, sistem maupun warisan bawaan, sering kali dipandang sebagai hama yang paling mudah dihilangkan dengan menyingkirkannya sama sekali.

Adalah tidak mungkin mengubah kecoak kembali menjadi Samsa, yang untuk sekadar membalikkan badannya saja ia sulit, karena punggungnya yang keras seperti cangkang kura-kura dan kaki-kaki kecilnya yang terlihat seperti tidak akan mungkin menopang tubuhnya, sekalipun banyak.

Tidak jelas apa yang menyebabkan, sehingga Samsa tiba-tiba berubah menjadi kecoak pada suatu pagi. Ia tidak pernah dijelaskan sebagai anak yang nakal. Dulu ia adalah seorang perwira dengan pangkat letnan dan beralih menjadi penjaja keliling. Ia rajin bekerja dan lurus orangnya, tapi tiba-tiba saja berubah menjadi kecoak.

Demikian juga halnya dengan kemiskinan yang sering terlihat menjijikkan seperti kecoak. Padahal tidak selalu kemiskinan terjadi karena alasan yang jelas. Ada yang seperti diwariskan dan menurun begitu saja, di samping memang ada yang jelas terjadi karena disengaja.

Ada manusia yang dengan sengaja memiskinkan orang lain ataupun manusia yang dengan sengaja mau menjadi miskin. Entah, apakah alasan dan penyebab seperti yang terakhir ini, sengaja menjadi miskin, adalah sebab yang eksis dan masuk akal.

Namun, terkadang orang-orang memang menemukan diri mereka keheranan saat terbangun di suatu pagi dan tanpa diketahuinya sebabnya ia telah menjadi miskin. Menjadi seekor kecoak yang miskin, yang dari padanya orang-orang menghindar, bahkan berusaha membasminya. Itu pesan simbolik dengan makna konotasi terkait kecoak.

Berikutnya, adalah kecoak dalam makna yang sebenarnya, yang hidup dalam realitas sebaliknya. Dilansir dari Kompas.com, edisi 03/07/2019, tersaji sebuah artikel yang diberi judul "Keseringan Dibasmi, Kecoak Berevolusi Jadi Mustahil untuk Dibunuh." Tentu saja ini adalah sebuah kabar yang mengkhawatirkan.

Para peneliti di Amerika Serikat menemukan bahwa kecoak sedang berevolusi dan populasinya berkembang dengan cepat untuk menjadi "nyaris mustahil" dibunuh menggunakan bahan kimia.

Hasil penelitian ini telah dipublikasikan dalam jurnal Scientific Reports, dimana para peneliti dari Purdue University menemukan bahwa ketika kecoak tidak mati meskipun telah disemprot dengan insektisida, mereka sesungguhnya telah membangun sistem kekebalan terhadap bahan tersebut dan menurunkannya ke anak-anaknya. 

Imunitas ini juga berlaku terhadap bahan insektisida lain yang satu kelompok, meskipun kecoak tidak pernah mendapat paparannya. Fenomena ini disebut oleh para peneliti sebagai "resistensi-silang." Inilah sebabnya kecoak zaman sekarang begitu sulit untuk dibasmi dari rumah.

"Kita tidak punya bayangan hal seperti ini bisa terjadi dengan begitu cepat. Kita bisa melihat resistensi meningkat empat sampai enam kali hanya dalam satu generasi," ujar Michael Scharf, profesor entomologi yang terlibat dalam studi, seperti dilansir dari The Independent, Selasa (02/07/2019). Bahkan jika diteruskan, akan ada suatu saat di mana mengontrol populasi kecoak hanya dengan bahan kimia menjadi mustahil.

Apakah akan tiba suatu saat, di mana kemiskinan akan menjadi seperti kecoak dalam arti sebenarnya yang kini jadi nyaris mustahil untuk dibunuh? Sementara, Samsa dalam metamorfosis menjadi seekor kecoak akhirnya memang mati, saat Grete adiknya, satu-satunya anggota keluarga yang dari awal tampak paling mendukungnya, akhirnya tiba pada saat di mana ia sendiri yang mengusulkan kepada ayah dan ibunya untuk mengenyahkannya.

Samsa mati dalam kehampaan karena berhenti berharap. Ia mati tidak secara langsung disebabkan karena ia adalah kecoak. Inipun adalah sebuah kenyataan surealis, sebagaimana hidup yang penuh dengan ironi, karena ternyata kecoak pun memiliki harapan bila diberikan kesempatan dalam diri Samsa. Sebaliknya, kenyataan menunjukkan bahwa kecoak yang sebenarnya ternyata kebal terhadap racun mematikan.

Ref:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun