Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Ikut Menjaga Stabilitas Sistem Keuangan Berarti Mencukupkan Diri dengan Apa yang Ada

24 Juli 2019   17:21 Diperbarui: 24 Juli 2019   17:25 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Blogcomp Stabilitas Keuangan (Kompasiana)

Biaya sosial dan keagamaan bagi sebuah keluarga baru juga ada. Bagaimana mau menghadiri kondangan atau pesta adat atau kegiatan keagamaan kalau tidak bisa mencukupkan diri dengan penghasilan yang tidak sampai 2 juta sebulan demi kebutuhan 2 orang itu, saya sudah beristri. Belum lagi biaya operasional pulang pergi ke tempat kerja selama 5 hari dalam seminggu, dan biaya operasional di tempat bekerja, uang rokok istilahnya. 

Kalau di sini masih umum terjadi, di kantor-kantor tempat kita bekerja jarang ada laki-laki dewasa yang tidak merokok. Dan nyatanya, ada survey yang mengatakan bahwa salah satu penyebab Indonesia masih sukar bergerak menurunkan angka kemiskinan secara sifnifikan adalah karena tingginya jumlah perokok di Indonesia. Entahlah benar demikian atau tidak.

Apa yang terjadi dengan semua pengeluaran itu dengan penghasilan seperti itu? Saya ingat sekali, istri saya membuat semacam folder dari kertas yang dipotong kecil-kecil dengan judul folder yang ditulis di salah satu sisi setiap folder, ada uang susu, uang beli popok bayi (itu setelah istri saya hamil), uang jajan bapak, uang minyak bapak, persembahan, biaya pesta adat, belanja dapur, dan sebagainya yang saya tidak ingat semuanya. 

Justru yang saya ingat lagi adalah, istri saya tidak menyiapkan folder untuk uang bedak atau uang beli baju. Tentu saja istri saya masih berbedak dan sesekali beli baju. Ketiadaan folder dengan judul seperti itu mungkin maksudnya hanya menegaskan bahwa itu bukan jenis belanja yang prioritas saat itu. Tidak prioritas bukan serta merta  berarti diabaikan sama sekali.

Setiap saya gajian saya akan langsung menyerahkan semua uang gaji itu untuk dia bagi habis sesuai dengan judul folder yang sudah dia siapkan sesuai kegunaannya itu. Pada masa itu belumlah seperti sekarang, hampir semua sudah menggunakan transaksi non tunai, bahkan di kampung kami ini.

Dua tahun melakoni sistem bagi habis gaji yang "banyaknya" seperti itu di rumah tangga kami, pada tahun 2009 kami mengambil kredit multi guna di bank sebesar setengah dari batas atas plafon pinjaman yang bisa diambil dengan tingkat gaji sebagaimana saya miliki itu untuk keperluan membeli sebuah rumah kecil nan sederhana. Kehidupan berlanjut dengan gaji tinggal separuh.

Setelah anak pertama lahir, maka tantangan selanjutnya adalah bagaimana meningkatkan penghasilan, atau meningkatkan produktivitas istilahnya. Supaya rasio utang pinjaman kami terhadap kemampuan penghasilan kami semakin kecil. Dengan begitu daya dukung kehidupan rumah tangga kami secara teori dari sisi finansial bisa lebih aman. Begitulah, maka istri saya ikut bekerja sebagai seorang apoteker di instalasi farmasi sebuah rumah sakit swasta.

Itu hanyalah sebuah proses yang terjadi terus menerus dan berulang-ulang dalam kehidupan kami. Utang bertambah, modal pun bertambah, maka harta pun semestinya bertambah. Tentu tidak selalu hari-hari hanya bekerja, sesekali kami liburan dan sakit juga. Libur dan sakit berarti mengurangi produktivitas, tapi libur dibutuhkan juga agar bisa kembali lebih produktif. Sama halnya, sakitpun bukan berarti tidak berguna. Sakit adalah kondisi supaya kita tahu apa artinya sehat dan berusaha menjaganya, karena itu kita tahu bahwa kesehatan sangat penting dan sangat mahal, dan tidak ada orang yang mau jatuh sakit.

Proses bekerja, terkait utang, modal dan harta dalam bahasan ini tidak bersangkut paut juga dengan perdebatan terkait sosialisme dan kapitalisme dalam teori ekonomi. Karena baik prinsip sosialis dan prinsip kapitalis sama-sama teriris dalam pelaksanaan kebijakan fiskal dan moneter rumah tangga ini. Kerja keras individu dan sikap berhemat untuk reinvestasi, yang ditengarai kaum sosialis sebagai ciri etos kerja yang berperan membesarkan kapitalisme, tentu saja juga sangat dibutuhkan di saat beban pemenuhan kebutuhan keluarga ikut bertambah seiring bertambahnya jumlah anggota keluarga maupun usianya. 

Sikap guyub rukun antar anggota keluarga, maupun antar keluarga dengan keluarga lain dalam paguyuban yang sering dicurigai sebagai benih laten sosialisme dengan slogan persatuannya juga terkadang harus diterapkan di saat-saat kita ataupun keluarga yang lain sedang membutuhkan. Karena kalau tidak, mungkin akan lebih buruk lagi kondisinya, tidak saja bagi keluarga yang membutuhkan, tapi juga bagi seluruh keluarga besar bila keluarga yang lemah itu jatuh ke dalam cengkeraman tengkulak. Mungkin lebih baik berpikir bahwa tidak ada sebuah kompi yang lebih kuat dari salah satu anggotanya yang paling lemah.

Dan di atas semuanya, hal yang terutama kalau menurut pengalaman saya di rumah tangga ini adalah, perlunya ada rasa saling percaya antar anggota keluarga. Dengan adanya rasa saling percaya, kita menjadi lebih yakin dalam memberikan segala upaya terbaik yang kita punya dan kita bisa bagi hadirnya kesejahteraan bersama. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun