Pancur Batu, adalah sebuah kecamatan yang secara administratif termasuk wilayah Kabupaten Deliserdang, dengan luas wilayah 122.53 km2, dan berjarak sekitar 18 km dari Kota Medan.
Secara demografis kecamatan ini mayoritas dihuni oleh warga suku Karo, sebagiannya suku Batak dan Jawa, serta suku-suku lainnya, termasuk Tionghoa.
Pada masa penjajahan Kolonial Belanda, Pancur Batu dikenal dengan nama Arnhemia, diberikan oleh Pemerintah Hindia Belanda. Dalam laman wikipedia berbahasa Inggris, hingga hari ini masih lebih dikenal nama Arnhemia dibanding nama Pancurbatu. English Wikipedia menjelaskan Arnhemia sebagai "a town in North Sumatra, Indonesia."
Arnhemia sendiri adalah nama salah satu spesies dari tanaman thymemelaeceae, golongan pohon gaharu. Barangkali di kota ini dulunya banyak terdapat pohon gaharu.
Pada masa-masa pemerintahan Kolonial Belanda, di Arnhemia atau Pancur Batu terdapat perkebunan tembakau, tepatnya di kawasan Tuntungan, milik Deli Maatschappij. Selain perkebunan tembakau di Tuntungan, di Arnhemia dulupun terdapat perkebunan tembakau milik Rotterdam Deli. Keberadaan perkebunan ini mengakibatkan dibutuhkannya banyak kuli kontrak untuk bekerja di sana.
Inilah alasan kenapa di Pancurbatu pernah ada stasiun kereta api, yang boleh dibilang cukup besar pada masa jayanya. Stasiun ini dibangun pada tahun 1900, ketika dilakukan perluasan area perkebunan tembakau. Pada waktu itu penanaman kopi di kawasan Serdang juga mulai menuai sukses besar. Oleh sebab itu perusahaan kereta api yang dulu dinamakan Deli Spoorweg Maatschappij (DSM) melakukan perpanjangan jalur rel sepanjang 162 mil, dengan rute baru, yakni Medan-Arnhemia salah satunya. Dalam peta jalur kereta api lama Sumatera Utara, nama Arnhemia akan ditemukan merujuk kota Pancurbatu sekarang.
Ini adalah jalur jalan yang saat ini dikenal dengan nama Jalan Jamin Ginting. Jalan utama yang menghubungkan kota Medan dan Kabanjahe, Kabupaten Karo, sepanjang lebih kurang 76 km, dan melintasi kota Pancur Batu. Mungkin jalan ini adalah salah satu ruas jalan non tol yang terpanjang di Indonesia. Hingga saat ini jalan ini nyaris menjadi satu-satunya jalan nasional yang menghubungkan Kota Medan dengan 11 kabupaten/kota yang ada di Provinsi Sumatera Utara dan Provinsi Aceh.
Mengingat fakta ini, bisa dibayangkan bahwa infrastruktur transportasi pada masa kolonial sudah cukup maju khususnya di Pancur Batu. Namun, kondisi ini nyaris tidak berkembang, bahkan cenderung mundur saat ini. Salah satunya adalah hilangnya jalur kereta api Pancur Batu. Bahkan, perkembangan jalur transportasi berupa jalan aspal nasional, sebagai alternatif Jalan Jamin Ginting yang bersejarah cenderung stagnan. Padahal jalan ini nyaris tidak mampu menampung arus kendaraan, khususnya kendaraan yang menuju kota Berastagi di Kabupaten Karo pada hari-hari libur dan akhir pekan, karena Berastagi merupakan destinasi wisata yang ramai dikunjungi warga kota Medan dan sekitarnya, yang jaraknya relatif dekat dari kota Medan.