Barangkali masyarakat Indonesia tidak terlalu familiar dengan produk kesehatan tradisionil yang satu ini, setidaknya sampai Anthony Ginting Sinisuka pemain bulutangkis kebanggaan Indonesia, khususnya warga suku Karo itu mem-viral-kannya, setelah mengalami cedera dalam pertandingan babak final bulutangkis beregu putra di Istora, Senayan, Jakarta melawan pemain China, Shi Yuqi pada perhelatan Asian Games Tahun 2018 bulan Agustus yang lalu. Cedera di bagian kakinya dapat cepat pulih karena "nande"nya (ibu, bahasa Karo) membaluri kaki Ginting dengan minyak Karo.
Berbicara tentang minyak Karo tentu tidak bisa tidak akan sedikit membutuhkan pengenalan tentang Karo, baik sebagai entitas geografis, administratif, etnis, demografis dan tentu saja potensi usaha mikro kecil dan menengah yang menjadi topik pembahasan dalam artikel ini.
Kabupaten Karo merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Sumatera Utara. Secara geografis, Kabupaten Karo memiliki potensi pengembangan kawasan agroindustri, pengolahan hasil pertanian, perdagangan barang dan jasa, pengembangan destinasi pariwisata, pengolahan hasil perkebunan, pengolahan hasil budidaya kehutanan dan pusat cagar budaya.
Di kabupaten ini terdapat dua gunung berapi yang aktif yaitu Gunung Sinabung dan Gunung Sibayak. Secara topografis berada pada ketinggian 200 -- 1.500 meter di atas permukaan laut. Kondisi ini membuat Kabupaten Karo sangat cocok sebagai daerah pertanian dengan potensi pariwisata yang baik.
Dalam aspek kesejahteraan dan pemerataan ekonomi yang mencakup pertumbuhan PDRB, sebagai indikator yang memberikan informasi tentang gambaran keberhasilan pembangunan ekonomi regional Kabupaten Karo, dapat dijelaskan bahwa pertumbuhan PDRB Kabupaten Karo terbesar disumbang oleh sektor pertanian, yakni sebesar 8.492,91 milyar rupiah atau 56,06% dari total PDRB, dan terkecil dari sektor pengadaan air, pengolahan sampah, limbah dan daur ulang sebesar 12,72 milyar rupiah atau 0,08% dari total PDRB. Sementara itu sektor industri pengolahan, dimana usaha mikro, kecil dan menengah ada di dalamnya memberikan sumbangan sebesar 512,07 milyar rupiah atau 3,38% terhadap PDRB.
Satu yang menarik adalah, pertumbuhan kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB dari tahun 2011-2015 mengalami penurunan dari -3,12% di tahun 2011 menjadi -6,76% di tahun 2015. Hal ini bisa saja disebabkan oleh faktor erupsi Gunung Sinabung yang berlangsung terus menerus sejak tahun 2013 tanpa putus hingga saat ini, walaupun intensitasnya sudah menuju normal.
Penyajian data ini dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa sebenarnya potensi pengembangan UMKM di Kabupaten Karo sangat menjanjikan untuk mendukung perekonomian dan kesejahteraan masyarakat.
Kembali ke pembahasan awal mengenai minyak Karo. Sebagai salah satu produk kesehatan tradisionil yang merupakan warisan luhur turun temurun yang hidup sejak dahulu sampai sekarang pada keluarga-keluarga di desa-desa dan kota di Tanah Karo, minyak Karo mempunyai potensi yang baik untuk lebih dikembangkan sebagai produk UMKM andalan. Ditambah lagi di era pemasaran yang semakin mudah dengan dukungan teknologi informasi dan jasa pengiriman yang baik melalui layanan ekspedisi seperti saat ini.
Kesadaran akan hal ini justru saya dapatkan dari kegiatan produksi minyak Karo yang dijalankan oleh ibu beberapa waktu belakangan ini. Dengan memanfaatkan pengetahuan yang dia dapatkan secara turun temurun dari orang tua, ditambah pengembangan hasil belajar sendiri serta eksperimen yang dia lakukan, maka saat ini ibu sudah rutin memproduksi minyak Karo walaupun masih banyak kekurangan disana sini.
Ia tidak harus memiliki toko untuk menjual hasil produksinya, cukup dengan membagikan informasi di akun media sosialnya, kalau perlu bila harus dikirim keluar kota ia bisa menggunakan jasa layanan pengiriman barang yang sekarang sudah menjangkau hingga kota sekecil tempatnya tinggal saya. Bukan praktik e-commerce yang sempurna, karena memang ia tidak dan belum dibekali untuk itu. Tetapi perkembangan menuntutnya adaptif, sadar atau tidak, ia adalah pelaku UMKM di era informasi. Belum dibekali saja, seorang ibu rumah tangga bisa beradaptasi dengan tuntutan mencari makan di zamannya, maka bisa dibayangkan sebesar apa potensi ekonomi dari ribuan ibu-ibu atau bapak-bapak yang memang mewarisi keahlian membuat minyak Karo di ratusan desa yang ada di Tanah Karo, apabila dibina dengan baik, sehingga mampu menghasilkan produk UMKM yang memenuhi standar sesuai kebutuhan pasar, baik mutu, kemasan, harga dan pemasaran.
Diberkati dengan sumber daya alam yang kaya dan indah memang sebuah karunia yang harus disyukuri. Namun, fakta bahwa kekayaan dan keindahan beriringan dengan potensi bencana yang datang bersamanya adalah realita yang kami temukan setidaknya dalam fenomena erupsi Gunung Sinabung lima tahun belakangan ini, sehingga tidak selamanya perekonomian kita bisa bersandar kepada pertanian sepenuhnya. Mungkin sudah saatnya sektor perekonomian dan kesejahteraan masyarakat kita bergeser dari sekedar mengolah tanah yang kaya menjadi pembuat produk olahan dari bahan-bahan yang disediakan alam sesuai kekayaan lokal kita.