Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Artikel Utama

Penasihat yang Bijak Menjadi Cermin Sejarah

1 November 2018   17:45 Diperbarui: 3 Mei 2020   00:37 2932
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tugu Rumah Adat Karo di Jl. Abdul Kadir Kabanjahe (dokpri)

Sejarah adalah catatan peristiwa, dan filsafat adalah cermin bagi sejarah.

Hegel dalam puncak kesimpulannya mengemukakan bahwa manusia dan kehidupannya terdiri atas tiga tingkatan roh, yakni roh subjektif terkait dengan individualismenya, roh objektif terkait dengan hubungan pribadinya dengan keluarga, masyarakat dan negara, serta roh mutlak terkait dengan  seni, agama dan filsafat. 

Filsafat adalah cermin bagi sejarah, yang melaluinya manusia bisa memikirkan sesuatu mendahului pengalamannya, memikirkan sesuatu yang bahkan belum pernah dilihat atau  didengarnya. 

Membayangkan manusia tanpa pikiran, sama tidak masuk akalnya dengan membayangkan negara tanpa warga, atau warga tanpa negara. Satu hal yang memungkinkan keleluasaan berpikir adalah adanya kebebasan. 

Manusia sering menemukan dirinya sendiri dalam cermin sejarah, dan tanpa disadarinya ternyata ia melakukan hal-hal yang sama seperti dahulu orang-orang lain juga melakukannya.

Guru Cai Li Xu, dalam Buku Pembahasan Budi Pekerti Di Zi Gui, melanjuntukan pembahasannya seputar hubungan pejabat dengan para pembantunya. Para pembantu kaisar mempunyai kewajiban moral memberi nasihat kepada kaisar apabila dipandang perlu. Tentang hal ini Guru Cai bercerita tentang seorang pejabat tinggi, seorang penasihat kaisar pada Dinasti Tang yang bernama Wei Zheng.

Sebelum menjabat sebagai pembantu kaisar, Wei Zheng berterus terang kepada kaisar Tang: "Yang Mulia, saya tidak ingin menjadi pejabat yang setia. Saya ingin menjadi pejabat yang bijak." Setelah mendengar ini kaisar Tang sedikit kesal dan balik bertanya mengapa Wei Zheng berkata demikian. 

Wei Zheng menjawab: "Karena pejabat setia akan berakhir dipancung, sedangkan menteri yang bijak tidak akan kehilangan nyawa." Mendengar ini kaisar Tang terbahak-bahak.

Kaisar Tang adalah orang pintar, maka sambil terbahak terpikir olehnya siapakah yang dapat membunuh pejabat tinggi yang setia selain dari pada kaisar yang jahat. Apa yang ingin disampaikan oleh Wei Zheng adalah bila Kaisar Tang membunuh Wei Zheng, padahal ia setia kepada kaisar, maka itu berarti Kaisar Tang telah memerankan diri sebagai kaisar yang jahat. 

Sebenarnya dengan berkata demikian Wei Zheng sedang mengamankan nyawanya sendiri. Seringkali ketika mendapati kaisar melakukan kekeliruan, Wei Zheng dengan yakin tanpa ragu-ragu akan menasehatinya.

Suatu ketika Wei Zheng menasehatinya begitu keras sehingga membuat kaisar marah besar dan tergesa-gesa kembali ke kamarnya. Sambil berjalan kaisar berteriak bahwa ia akan membunuhnya karena telah kurang ajar. Ratu kebetulan mendengar amarah kaisar dan segera masuk ke istana untuk berdandan. Ia mengenakan baju dengan dandanan yang indah, cantik sekali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun