Namun demikian, perlu kita ingatkan kepada para pengusaha jamu, bahwa agar jamu benar-benar bermanfaat bagi kesehatan, kualitas bahan baku pembuatan jamu harus dijaga.Â
Hindari praktik curang menambahkan bahan-bahan kimia yang berbahaya bagi kesehatan. Kalau itu sampai terjadi, maka justeru akan menjatuhkan "citra" jamu sebagai ramuan alami yang aman dikonsumsi. Harus dijaga pula soal 3 K, yaitu kualitas, kuantitas dan kontinuitas produksi.
Industri jamu tradisional juga perlu inovasi, kreativitas, dan sentuhan IPTEK dalam pengemasan produk agar mampu bersaing dengan obat-obat modern.Â
Kalau jamu itu disajikan apa adanya, yang beli hanya antar kita saja. Tetapi kalau dikemas secara menarik, maka bisa masuk supermarket dengan nilai ekonomis yang lebih tinggi.
Tak kurang baik kita mengajak masyarakat untuk membudayakan minum jamu dan menjadikan minum jamu sebagai gaya hidup. Artinya, minum jamu ini hendaknya kita lakukan setiap hari untuk menjaga kesehatan, mencegah penyakit, serta sebagai sarana mengobati berbagai macam penyakit secara alami, sehingga relatif lebih aman.
Tak ada salahnya kita minum jamu sebagai upaya mencegah pandemi covid-19, sekurangnya menjaga stamina tubuh agar tetap bugar dan sehat selain giat berolahraga sebagai ikhtiar kita menekan kemalasan kita (jarang gerak). Hal ini bisa dilakukan dengan olahraga yang bersifat individual dan ringan. Terpenting tetap menjaga protokol kesehatan tentunya. Hal ini menjadi bagian benteng diri dari pandemi.
Dengan minum jamu, tubuh menjadi sehat. Dengan tubuh yang sehat, kita dapat melakukan berbagai aktivitas sehingga hasilnya bisa optimal.Â
Selain itu, dengan semakin banyak masyarakat yang minum jamu, maka akan mendorong perkembangan industri jamu yang berpotensi memperluas lapangan pekerjaan dan memberdayakan para petani empon-empon di perdesaan.
Marketing Milenial
Penting kiranya selain memproduksi, kita harus memikirkan bagaimana mempromosikan jamu secara digitalisasi. Tentunya disertai peningkatan kualitas baik dalam hal mutu maupun penyajian dan kekinian. Beberapa contoh, pengemasan jamu untuk anak-anak bisa dalam bentuk roti isi jamu, es krim jamu, es jamu segar, dan hal-hal unik lainnya terkait jamu. Dengan pula pemasarannya bisa lebih variatif.
Misal tidak sekedar dijual keliling dengan digendong, menggunakan motor atau mobil, namun bisa pula dibuat semacam cafe jamu yang penyajiannya ada variasi, seperti ditambah susu, atau es, bahkan disertai iringan musik. Jika perlu ditambah semacam klinik konsultasi jamu sebagaimana sudah ada di beberapa tempat.
Maka kemudian, kemasan buah tangan (oleh-oleh) jamu perlu dipikirkan supaya atraktif. Bahkan penataan lokasi pemasaran juga harus unik, sehingga memesona masyarakat.Â