Mohon tunggu...
Temannya Mardi
Temannya Mardi Mohon Tunggu... Koki - Temannya Mardi

Belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mardi, Marni (Bagian 2)

16 September 2019   05:52 Diperbarui: 16 September 2019   06:09 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Setelah beberapa waktu berpacaran, Mardi dan Marni memutuskan untuk menghadap ke Naib. Tidak ada perayaan mewah, hanya kesederhanaan nan bersahaja. Mardi mengundang beberapa teman, selain tentu keluarganya, yaitu mbah putrinya. Marni didampingi putrinya yang masih SD, Sri.

Nasi sambel goreng dengan lauk telur pindang separo, dan krupuk udang yang berukuran sedang adalah kenikmatan bagi para tamunya. Budhe Yayug yang bersedia repot untuk menyiapkan semuanya, termasuk teh panas yang bisa dijog berulang kali.

"Sah..??, saaahhhh.." 

Mardi tersenyum bahagia sekaligus malu-malu karena terlihat jelas birahinya, sedang Marni lebih kalem, mungkin karena ini bukan pengalaman pertama untuknya.

Tamu sudah pada bubar, tinggal Mardi, Marni, Sri, dan Mbah putri, juga sampah-sampah sisa perhelatan.

Matahari berkelana, dia pergi menuju belahan bumi yang lain. Mardi keburu kemecer sama bodi molek istrinya. Mbah putri belum tidur, menemani Sri yang masih asyik main boneka kesayangannya, hadiah dari Mardi waktu naik kelas 2 SD, di depan TV.

"Ni.." sapa Mardi lirih kepada Marni yang masih sibuk menata kembali barang-barang yang tadi sempat disingkirkan untuk acara ijab sekaligus tasyakuran. Mendengar itu, Marni hanya tersenyum simpul. Mardi tambah pusing. Dia sudah benar-benar dikuasai oleh naluri paling purba manusia.

Marni, meskipun janda beranak satu, dia adalah idola. Bagaimana tidak, bodinya sintal, tidak terlalu gemuk, padat berisi. Pantatnya, meski sudah punya anak, tidak meninggalkan jejak sama sekali. Dadanya sungguh sentausa. Senyumnya, asli, nggogroke iman. Matanya, khas perempuan nakal, mengundang. Otak lelaki manapun, pasti pikirannya ngeres kalau melihat Marni. Termasuk Mardi.

Sebenarnya banyak lelaki yang hendak meminangnya. Pak dukuh kampung sebelah yang menyandang status duren, duda keren, sudah dua kali ditolak. Mardi adalah pria lugu yang memang diniati oleh Marni. Keluguannya membuat Marni tidak susah menilai pribadi semacam apa Mardi. Bertanggungjawab, tidak neko-neko. Pol ngacengan saja.

Dari tadi Mardi cuma mbingungi saja. Keluar masuk kamar memperhatikan istrinya.

Selepas beres-beres, Marni kemudian mandi, mempersiapkan diri sebaik mungkin supaya tidak mengecewakan suaminya. Keluar dari kamar mandi, Mbah putri dan Sri sudah tidur dengan TV masih menyala.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun