Mohon tunggu...
Mania Telo
Mania Telo Mohon Tunggu... swasta -

@ManiaTelo : Mengamati kondisi sosial,politik & sejarah dari sejak tahun 1991

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Merdeka atau Mati

17 Agustus 2016   08:21 Diperbarui: 17 Agustus 2016   10:57 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tulisan "Merdeka atau Mati" bagi generasi muda sekarang mungkin sudah dilupakan. Mereka bisa jadi sudah tidak lagi menonton film-film perjuangan kemerdekaan di hari perayaan kemerdekaan RI,tetapi lebih menyukai film-film Korea atau mengejar "pokemon" di Monas atau di tempat-tempat upacara HUT RI ke 71 ini.

Coretan "Merdeka atau Mati" banyak dilihat di tembok-tembok kota ketika perang mempertahankan kemerdekaan,ketika Belanda berusaha kembali menjajah Indonesia setelah Jepang kalah perang. Itulah perjuangan para pejuang di Republik ini yang rela mati demi mempertahankan kemerdekaan negara Indonesia.

Sekarang....?

Jangankan "mati" untuk mengisi kemerdekaan,para generasi muda bangsa ini untuk berani hidup susah,bekerja keras dan menjalani segala sesuatu dari hal-hal yang kecil saja mereka menolak dengan berbagai cara dan gaya anak muda masa kini. Kenapa...?

Banyak ahli mengatakan bahwa para orang tua sekarang hidupnya sudah beda generasi,beda cara berpikir dengan anak-anak muda yang hidup dalam generasi milenial. Bukan lagi generasi pejuang yang rela berkorban demi bangsa dan negaranya bahkan demi keluarganya. Mereka mau hidup menurut gaya hidup yang sekarang mereka inginkan sendiri. Para Orang tua pun kemudian lebih menjadi mahfum dan bahkan mencoba mengikuti arah serta arus berpikir anak-anak muda ini.

Perusahaan-perusahaan korporasi pun memanfaatkan anak-anak muda untuk alih generasi di level manajemennya. Tanpa pendidikan kepemimpinan yang rumit,tanpa melihat mentalitas dan moralitas yang kompleks,generasi muda ini mengambil alih sektor-sektor strategis di semua level manajemen perusahaan. Saat ini mereka juga giat berpolitik dengan membonceng tokoh-tokoh yang dapat dianggap melambungkan nama mereka,tentu saja dengan slogan-slogan anak muda yang kreatif dan jujur katimbang "orang tua" mereka yang korup.

Benarkah mereka berjuang menurut gaya hidup milenial yang sekarang terjadi...? 

Ini perlu dicermati secara mendalam oleh para ahli manajemen kepemimpinan & strategi pertahanan nasional. Sebab dalam ilmu sejarah politik dan pergerakan kebangsaan dalam mempertahankan kebesaran dan keutuhan sebuah bangsa dan negara,atau lingkup korporasi perusahaan, alih generasi yang tidak mempertimbangkan dan memberi proses kaderisasi yang kuat dengan merujuk kepada mentalitas,moralitas serta kerelaan berkorban dalam membayar harga atas proses yang dilalui akan menyebabkan kegagalan atau fatal bagi masa depan bangsa dan negara (atau perusahaan-perusahaan korporasi) tersebut.

Perilaku mental dan moral yang patut di waspadai adalah menghalalkan segala cara dan berpikir ; Yang dahulu dianggap kuno,dan yang sekarang dianggap lebih maju serta modern. Padahal apa yang dikatakan modern pada masa kini ternyata banyak menimbulkan ekses negatip karena mereka tidak belajar proses masa lalu hingga masa sekarang.

Generasi milenial lebih condong kepada hal-hal praktis yang tidak memikirkan resiko jangka panjang,proses pembentukan mentalitas jangka pendek dikarenakan perubahan yang cepat dalam hal teknologi informasi yang semakin maju. Ingatan pendek lebih disenangi daripada mengingat-ingat masa lalu. Pelajaran proses menjadi tidak menarik karena yang dipikirkan hanya bagaimana melihat hari esok.

Mati...? Berpikir untuk hidup susah saja mereka sangat takut,apalagi berpikir mati. Ketahanan mental para generasi milenial menjadi tanda tanya besar bagi para "orang tua" yang mengawasi kehidupan mereka. Kalau mental sudah jadi tanda tanya,moralitas pun sulit dimengerti. Mereka beranggapan apa yang dilakukan sudah lebih baik dari generasi pendahulunya.

Hal-hal yang dianggap tabu oleh setiap keyakinan orang tuanya dianggap sebagai terbelakang. Perkawinan bukan dianggap sebagai hal yang sakral. Kalau ada cinta dan ada uang,maka terjadilah perkawinan. Besok kalau tidak ada lagi cinta dan merepotkan saja,maka perceraian menjadi pilihan utama....! Just simple...!

Cara berpikir sangat sederhana itu tanpa disadari sekarang sudah menjangkiti para pemimpin bangsa ini. Mungkin karena pengaruh dan desakan medsos yang lebih banyak digunakan oleh para generasi milenial,para pemimpin bangsa ini sangat ketakutan sekali bila suara-suara di media sosial sudah sangat buruk bagi pencitraannya. Mereka mendesak menteri diganti,presiden pun melakukan 'reshufle'...pokoknya maunya mereka dituruti tanpa sadar oleh para pemimpin bangsa ini. Tentu semua demi pencitraan dan suara pemilih dari generasi milenial ini. Orang pun sudah tidak punya pegangan dalam prinsip memimpin yang teguh.

Bangsa yang besar dan kuat terbentuk bilamana para pemimpinnya dibentuk dari karakter yang kuat,tidak peduli pencitraan,mempunyai moralitas yang benar serta mentalitas yang tidak lagi diragukan. Kehidupan berkeluarga harus menjadi teladan dan contoh dalam menilai kehidupan moral dan mentalitas seseorang. Sebab keluarga menjadi soko guru bagi kehidupan berbangsa dan bernegara yang kuat.

Bangsa Amerika Serikat dulu sangat memperhatikan kehidupan keluarga para calon presiden dan wakil presidennya. Mereka tidak mau mempunyai presiden yang cacat dalam berkeluarga. Tetapi ketika norma-norma itu mulai tersingkir,maka bangsa Amerika Serikat mulai menjadi cemoohan banyak bangsa. Bangsa Amerika Serikat terus mengalami penurunan dalam karakter moral dan mental,tetapi yang mengerikan justru karakter ini sekarang di ekspor ke banyak bangsa dan negara untuk merusak generasi milenial sehingga menjadi serupa dengan mereka.

Siapkah Indonesia mengantisipasi peralihan generasi ini? Siapkah generasi muda ini berani memekikkan kalimat "Merdeka atau Mati"...? Atau mereka justru memekikkan "Saya merdeka,kamu yang mati...!"...?

Dirgahayu RI ke-71

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun