Mohon tunggu...
teguh wiyono
teguh wiyono Mohon Tunggu... guru SMAN 1 Losari dan hypnotherapist

Guru SMA lulusan Bahasa dan Sastra Jawa UNS sebelas maret surakarta. Mendapat gelar dari Kraton Surakarta Bupati Anom Raden Tumenggung Wiyono Hadipuro.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Filosofi "Aja Dumeh" sebagai Pengikat Pranata Sosial

4 April 2020   16:09 Diperbarui: 4 April 2020   16:11 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Masyarakat jawa memiliki budaya yang berisi nilai-nilai luhur dari nenek moyang yang selanjutnya dijadikan sebagai pedoman hidup. Hal ini sudah berlangsung sangat lama sebagai warisan yang selalu dijaga kelestariannya. 

Orang Jawa selalu menjaga keselarasannya dengan lingkungan, dengan keluarga, dan alam semesta. Dari situlah muncul etika, adat-istiadat, sopan santun dan sebagainya. Keselarasan itu menimbulkan rasa sejuk dan damai. Nilai-nilai luhur sebagai warisan nenek moyang itu digunakan sebagai pengikat terhadap pranata-pranata sosial.

Pranata sosial tersebut berfungsi sebagai sebuah hukum yang tidak tertulis. Walaupun tidak tertulis namun memiliki sanksi bagi siapapun yang melanggarnya. Umumnya berupa sanksi sosial. Siapapun yang melanggar maka masyarakat akan menghukumnya dengan :

- Dadi gunemane wong akeh. 

Maksudnya semua kesalahannya akan jadi bahan perbincangan orang. Semua orang akan membicarakan ketidak etisannya, ketidaksopanannya, semua perbuatan buruknya. Padahal sudah jelas bahwa orang Jawa punya pranata-pranata sosial yang mesti ditaati.

- Dikucilkan

Orang yang melanggar aturan sosial dalam hukum jawa jelas akan sikucilkan dari pergaulan masyarakat. Hal ini dilakukan sebagai hukuman agar orang yang melakukannya merasa jera kemudian merubah perilakunya menjadi lebih baik.

Hukuman sosial tadi memang tidak tertulis, tapi setidaknya dipahami masyarakat sebagai keputusan bersama atau kesepakatan bersama. Tidak bisa ditawar.

Makna pitutur "aja dumeh"

Aja memiliki arti jangan, sedangkan dumeh berarti semena-mena atau sok. Makna secara umum berarti : Jangan semena-mena, atau sok, sok kaya, sok pintar, sok menang sendiri. Dalam budaya Jawa perbuatan semacam ini adalah perbuatan yang tidak baik. Orang tersebut merasa dirinya lebih hebat dari orang lain sehingga merendahkan siapapun yang ada dihadapannya. 

Aja dumeh adalah sebuah nasihat luhur yang mengajarkan orang untuk tenggang rasa, menahan diri, dan merendah. Merendah bukan berarti rendah, tetapi sebuah cara untuk menghormati orang lain. Menjadikan orang dengan budi pekerti luhur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun