Beberapa hari ini, kita dihebohkan dengan ditutupnya salah satu departemen store yang bisa dikatakan cukup besar di Indonesia, yakni Lotus Departemen Store. Beberapa hari sebelum penutupan, Lotus menggelar diskon secara besar-besaran dan tidak mengherankan begitu banyak dari masyarakat indonesia yang berbondong-bondong kesana.Â
Setelah adanya kabar penutupan ini, begitu banyak para pakar ekonomi yang mengidentifkasi apakah alasan Lotus sampai akhirnya ditutup . Salah satu tokoh yang mengomentari hal ini yakni Menteri Keuangan Republik Indonesia, Sri Mulyani. Beliau menuturkan bahwa penutupan ini mungkin saja dikarenakan adanya perubahan dalam strategi bisnis yang digunakan, salah satunya perubahan secara fisik yang pada awalnya memiliki gerai khusus ritel beralih dengan berbasis pada bisnis online.
Hal ini juga senada dengan apa yang disampaikan oleh Head of Corporate Communication PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAP), Fetty Kwartati, yang mengatakan bahwa keputusan penutupan toko tersebut diambil manajemen setelah mempertimbangkan perubahan tren ritel secara global. Apalagi, kata dia, perubahan gaya berbelanja dari offline ke online mulai merambah Indonesia.
Pada tulisan kali ini, penulis tidak akan membahas mengenai alasan Lotus tutup, melainkan lebih kepada menganalisis dari sudut pandang yang berbeda dengan menggunakan metode mode Porter Five Forces.Â
1. Ancaman Pendatang Baru
2. Daya Tawar Pemasok
3. Daya Tawar Pembeli atau Konsumen
4. Ancaman Produk Pengganti
5. Persaingan antara Indsutri Sejenis
Dengan menggunakan 5 aspek diatas, penulis berharap bisa memberikan wawasan yang lebih luas bagi para pembaca mengenai persaingan didalam dunia bisnis.
Aspek Pertama adalah Ancaman Pendatang Baru
Bukanlah sebuah yang mengherankan apabila pertumbuhan bisnis baru kian marak bermunculan, layaknya jamur yang tumbuh dimusim hujan, Â tak mengenal waktu dan tempat. Adapun bisnis yang tumbuh ini memang sebagian besar adalah bisnis yang telah ada sebelumnya meskipun ada beberapa bisnis yang termasuk dalam kategori start-up. Dalam persaingan bisnis pada era sekarang, setiap orang yang ingin mendirikan bisnis tidak harus memiliki modal yang besar, bahkan tanpa modal sekalipun orang bisa berbisnis. Tingginya pertumbuhan bisnis onlinemenjadi bukti bahwa modal tidaklah menjadi penghambat dalam berbisnis.Â
Bisnis online sendiri lebih banyak menyasar pada barang-barang yang sebagian besar telah dijual atau tersedia di ritel-ritel yang telah berdiri sebelumnya. Namun, tentu dengan membawa strategi yang baru dan menawarkan kompetensi inti yang berbeda menjadikan persaingan dalam dunia bisnis ini semakin menarik untuk diikuti.
Hemat penulis, bahwa semakin lama kebiasaan dari para konsumen mengarah kepada efisiensi waktu dan tenaga yang dibutuhkan untuk mendapatkan sebuah barang yang diinginkan. Hal inilah yang membuat para pebisnis online mampu menyaingi dan bahkan memenangkan persaingan dengan salah satu ritel terbesar di indonesia, yakni Lotus Departemen Store.