Mohon tunggu...
Teguh Ananto
Teguh Ananto Mohon Tunggu... Administrasi - Tinggal di Bengkulu

pengopi, bukan perokok

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Akhirnya Saya Nonton TVRI Lagi

22 Januari 2020   17:55 Diperbarui: 22 Januari 2020   18:03 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Sudah lama saya tak menonton siaran TVRI. Sampai suatu ketika saya tersengat. TVRI menyiarkan Liga Inggris. Akhirnya saya nonton TVRI lagi. Mula-mula siaran bolanya. Kemudian hiburannya.  Kemudian lagi beritanya.  

Tapi setelah beberapa bulan, lagi-lagi saya tersengat. Diberitakan Dirut TVRI dipecat. Gara-garanya (antara lain) siaran Liga Inggris.  Tayangan Primier League tidak sesuai jati diri bangsa. Itu alasannya.  Spot lain juga dimasalah.  Discovery Channel misalnya.  Masa kita disuguhi tayangan buaya Afrika, kata Dewas (Dewan Pengawas), padahal buaya di Indonesia juga banyak.  

Saya jadi ingat pelajaran sejarah.  Di masa awal kebangkitan nasional, kita diajarkan faktor-faktor yang mempengaruhi kebangkitan nasional.  Ada faktor eksternal. Kemenangan Jepang atas Rusia.  Kebangkitan nasional di India dan China. Pembaharuan Pemikiran Islam  ala Al Afghani, Muhammad Abduh dan  Rasyid Ridha.  Ada banyak lagi.  Pemuda-pemuda terpelajar kita membaca peristiwa itu. Lalu terinspirasi. Lalu bangkit. Lalu terorganisasi. Lalu berjuang. Lalu merdekalah kita.

Anak saya yang laki-laki suka main bola. Saya sering bilang padanya. Contohlah pemain di liga Eropa. Mereka professional. Mereka pekerja keras. Mereka sportif. Mereka taat pada aturan main. Mereka menjunjung tinggi kehormatan wasit.  Jadi ketika tayangan Liga Inggris dianggap tidak sesuai jati diri bangsa, apakah berarti saya tidak nasionalis ketika mencontohkan perilaku pemain di liga asing.

Melihat, mengamati, mempelajari, apa yang dilakukan bangsa asing, adalah membangun inspirasi. Persis seperti yang dilakukan oleh golongan terpelajar Indonesia  di awal masa Kebangkitan Nasional.  Padahal waktu itu, penjajah Belanda mati-matian menghalangi masuknya informasi inspiratif seperti itu.  Kalau ternyata kini itu terjadi, saya tidak tahu seberapa terpelajarnya kita.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun