Bersama-sama Mencegah Paham Radikalisme dan Konflik Sosial Serta Menjaga Kearifan Lokal. Itulah tema seminar Nasional yang diadakan BEM  Universitas Bhayangkara Jakarta Raya di Auditorium Universitas Bhayangkara Jakarta Raya (Kampus II Bekasi), pada Sabtu (12/10) lalu.  Sekitar 200 peserta seminar yang terdiri dari 90 mahasiswa UBHARA perwakilan dari 6 fakultas, Fakultas Ilmu Komunikasi, Hukum, Eknomi, Teknik, Ilmu Pedidikan dan Psikologi  yang terdapat di universitas tersebut. Serta delegasi dari perguruan tinggi lain dan masyarakat umum. Â
Hadir sebagai pemateri Moch. Chairil Anwar, SH, Kasubdit Pengawasan BNPT (badan Nasional Penanggulan Terorisme) sebagai pembicara 1, Prof (Ris) Hermawan Sulistyo, M.A, PhD., APU pembicara 2 dan Yeksa Serkeh Chandra, Ketua  Forum Seniman Bekasi (FSB). Jalannya seminar dipandu oleh Ir Djuni Thamrin, M.Sc., PhD.
Kesempatan pertama diberikan kepada Kikiek, panggilan akrab  Prof (Ris) Hermawan Sulistyo, M.A., PhD., APU. Menurut Mas Kikiek,
"Saya mau ke akarnya dulu. Kita ini bodoh dan dibodohi," kata Kikiek mengawali presentasinya.
Kikiek yang menyukai Ilmu Fisika, maka memulai dengan terjadinya kiamat. Matahari yang telah berusia 100 milyar tahun, adalah salah satu sumber energi bagi manusia yang  hidup di bumi.
"Sumber energi kita cuma satu matahari. Pada saatnya kan habis. Kalau matahari habis maka terjadi kiamat. Tak ada kehidupan lagi di bumi," ujar Kikiek. Â
Matahari hanya salah satu bintang di angkasa yang jumlahnya ratusan milyar. Cahaya matahari sampai di bumi, yang akhirnya menjadi sumber energi dan kehidupan  bagi mahkluk di bumi termasuk manusia, sebelumnya di dalam matahari sendiri terdapat reaktor nuklir. Yang membutuhkan masa berjumlah milyaran ton untuk melakukan reaksi nuklir tersebut. Dan matahari kemungkinan masih bisa digunakan hingga 100 milyar tahun ke depan. Akan tetapi manusia hanya berusia 100 tahun.
"Tapi saya tidak mau mati di usia 100 tahun. Nanti tidak ada yang melayat," celetuk Kikiek dalam seminarnya yang disambut tepuk tangan.
 Kemudian Kikiek menceritakan pengalaman dirinya yang pernah mengalami mati suri, pertama saat terkena stroke dan kedua karena serangan penyakit Malaria.
"Dalam kematian pertama saya bertemu malaikat. Kematian yang disebabkan stroke itu enak. Setelah terkena vertigo lalu hilang. Tapi kalau terkena malaria itu sakit semua," celoteh Kikiek.
Kermatian itu juga diyakini oleh penganut agama-agama lain. Kalau Budhisme itu bukan agama. Tapi ajaran untuk hidup lebih baik lagi. Kalau berlaku buruk, maka setelah mati akan bereinkarnasi menjadi binatang. Tapi kalau berlaku baik terus maka, akan bereinkarnasi menjadi manusia yang tingkatanya lebih baik lagi. Kalau sudah menjadi raja, tidak akan mati lagi. Nah di dalam Islam juga mempunyai konsep kematian tersendiri. Bagi penganut Islam, Islam lah yang benar. Bagi penganut kepercayaan lain, maka keparcayaan itulah yang benar.
"Yang tidak boleh adalah memaksakan keyakinan kita kepada orang lain," kata Kikiek.