Mohon tunggu...
Teguh Ari Prianto
Teguh Ari Prianto Mohon Tunggu... Penulis - -

Kabar Terbaru

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tanpa Fanatisme, Industri Ini Merugi

5 Oktober 2022   08:11 Diperbarui: 5 Oktober 2022   18:33 274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Si kulit bundar dalam pusaran industri sepak bola.Photo: https://www.panditfootball.com/tag/epl

Secara resmi Pemerintah Indonesia mendudukan sepak bola sebagai indrustri di dalam negeri. Ungkapan Menteri Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia (Menpora RI) Zainudin Amali, di Jakarta, menyangkut agar keberlangsungan Sepak Bola yang lebih terjamin.

Lebih jauh, Menpora Amali bahkan mendorong agar klub-klub bisa masuk ke pasar modal dan masuk dalam Penawaran Umum Perdana Saham atau Initial Public Offering (IPO). Sebab saat ini baru ada Bali United yang masuk ke pasar modal, tulis laman resmi kemenpora.go.id perihal Menpora Amali ungkap alasan dorong industri sepak bola masuk pasar modal.

Industri, menurut UU No. 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian adalah seluruh bentuk dari kegiatan ekonomi yang mengelola bahan baku dan atau memanfaatkan sumber daya industri, sehingga dapat menghasilkan barang yang memiliki nilai tambah atau manfaat yang lebih tinggi, termasuk juga jasa industri.

Kaitan sepak bola dengan industri terutama dapat disaksikan dari hubungannya antara perhelatan liga-liga yang ada di Indonesia dengan peserta liga. Liga mensyaratkan klub resmi yang ikut dalam kompetisi wajib berada dibawah naungan badan hukum perusahaan (PT). Artinya, bahwa pemilik hak klub-klub sepak bola resmi peserta liga itu adalah perusahaan.

Industri sepak bola di Indonesia, dikelola oleh swasta murni. Namun tidak menutup kemungkinan adanya sokongan secara langsung atau tidak langsung dana-dana pemerintah daerah di dalamnnya. Hal ini sangat mungkin karena perusahaan penopang industri sepak bola di tanah air masih belum seluruhnya mapan.

Untuk memajukan usaha industrinya, perusahaan-perusahaan pemilik klub sepak bola mengandalkan asset-aset langsung perusahaan untuk menjadi mesin peraup untung. Usaha-usaha itu sebut saja hal itu diantaranya adalah penjualan merchandise, tiket penonton, penyewaan stadion, atribut-atribut klub, jersey hingga pemain dan lain-lain disamping peruntungan dari hadirnya sponsor pendukung liga atau klub. Terakhir terdapat gagasan mengkolaburasikan sepak bola dengan dunia hiburan atau entertainment. Semakin lengkap saja wujud sepak bola sebagai sebuah proyek bidang industri terutama industri bidang jasa.

Pasar, sebagai tujuan utama melempar produk hasil olah industri untuk perolehan laba, membidik masyarakat secara luas. Teridentifikasi masyarakat sasaran industri sepak bola adalah supporter atau pendukung klub.

Dalam menjaga kelangsungan perolehan peruntungannya, klub sepak bola harus secara serius mengelola supporter agar mereka selalu solid mendukung klub. Cara-cara promosi yang baik tentu sangat dibutuhkan dalam hal pemasaran ini. Namun, ada yang khas dari usaha promosi klub sepak bola dalam hal menjaga minat pendukung klub supaya tetap loyal yaitu membangun "fanatisme" klub.

Istilah fanatisme, kerap dicap negatif dalam beberapa penjelasan seperti di dalam laman https://id.wikipedia.org/wiki/Fanatisme bahwa fanatisme merupakan kata yang berasal dari bahasa Latin fanaticus, yang memiliki arti amarah atau gangguan Jiwa. Hal tersebut merupakan gambaran bahwa amarah yang terdapat dari seseorang yang fanatisme merupakan luapan karena tidak memiliki faham yang sama dengan orang orang lain. Fanatisme adalah paham atau perilaku yang menunjukkan ketertarikan terhadap sesuatu secara berlebihan.

Kurang bijak juga rasanya kalau fanatisme disandingkan dengan sepak bola, namun anarkisme terlanjur terjadi dan menelan banyak korban bernilai pada tragedi-tragedi supporter.

 Konflik Suporter 

Dua istilah yang berjalan beriringan dalam industri sepak bola saat ini yaitu pertaruhan perolehan keuntungan perusahaan dan fanatisme pendukung. Hal tersebut ditenggarai telah menggiring sepak bola kepada "peperangan" antar supporter. Konflik-konflik antar supporter kerap terjadi dalam beberapa pertandingan terutama pertandingan antara klub-klub yang pendukungnya selalu memelihara "dendam" untuk alasan-alasan yang terkadang tidak rasional.

Fanatisme sepak bola telah mengusik ketenangan hidup masyarakat. Saat gelaran pertandingan tiba di suatu kota atau stadion yang menjadi tuan rumah --dan kebetulan tim yang akan bertanding adalah tim dengan pendukung yang selama ini bermusuhan- ketakutan masyarakat selalu menjadi-jadi. Ekspresi supporter sepak bola kerap liar, mengenyampingkan tatakrama dan vandalisme. Sementara mereka hadir untuk sebuah pertandingan yang membutuhkan adanya dukungan sportifitas. Bagaimana semangat sportifitas pemain klub terhenti di medan laga lapangan rumput dan tersumbat untuk masuk kedalam jiwa-jiwa supporter?

Tragedi Kanjuruhan, mungkin bisa saja kita sebut sebagai sebuah model ekspresi supporter fanatik. Kerugian jiwa dan sanksi-sanksi menyusul tewasnya ratusan orang usai menonton sepak bola Arema vs Persebaya. Entah apa sebenarnya yang melatari permusuhan diantara kedua pendukung klub Liga 1 Indonesia tersebut, yang jelas nalar sosial masyarakat menolak keras insiden berdarah dan menghilangkan ratusan nyawa itu.

Indonesia barangkali bukan saja satu-satunya negara dengan keadaan supporter sepak bolanya yang fanatik. Beberapa negara lain pun menunjukan hal yang sama saat berbicara fanatisme sepak bola. Banyak klub-klub hebat sepak bola dunia, didukung oleh fanatisme supporter dan brutal. Suatu saat, di salah satu negara di Eropa yang kaya dengan klub-klub dan pemain sepak bola hebat kelas dunia, para suporternya menempatkan fanatisme terhadap klub sepak bola melebihi fanatisme kepada agama.

Sportifitas Sepak Bola.Photo: https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-5940700/mau-bisnis-di-industri-sepakbola-simak-4-tips-ini-supaya-nggak-boncos
Sportifitas Sepak Bola.Photo: https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-5940700/mau-bisnis-di-industri-sepakbola-simak-4-tips-ini-supaya-nggak-boncos

Dalam era keterbukaan informasi, yaitu ditandai dengan hilir mudiknya berita-berita yang berasal dari luar negeri termasuk berita yang menjukan bagaimana fanatisme berlangsung, terkadang fenomena suporter di negeri orang seperti malah menjadi inspirasi supporter sepak bola dalam negeri untuk meniru hal yang sama. Sementara Indonesia ini sebagai negara yang masyarakatnya sangat menjunjung tinggi toleransi dan keberagaman. Informasi sepak bola sudah sepatutnya kita bendung terutama efek negatif bawaan yang timbul.

Baru saja organisasi sepak bola Indonesia atau PSSI, menuai pujian karena prestasi yang diperolehnya di kancah internasional. Namun pretasi itu lantas mendapat bayaran kontan dengan adanya tragedi kanjuruhan yang menuai kerugian serta sanksi federasi sepak bola dunia.

Sekarang kita rehat sejenak merenungi hasil raihan prestasi itu lalu memikirkan kembali bagaimana kita harus menebus mahal penyelesaian dari tragedi-tragedi yang menimpa dunia sepak bola kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun