Mohon tunggu...
Kadek Tegar Roestika
Kadek Tegar Roestika Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pendidikan Kesejahteraan Keluarga Undiksha

scenes from a memory

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perayaan Galungan dan Kuningan

18 Juni 2022   15:54 Diperbarui: 18 Juni 2022   16:11 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Hari Raya Galungan adalah hari raya yang dirayakan oleh umat Hindu di Bali setiap 210 hari sekali menggunakan perhitungan kalender Bali. Hari Raya Galungan merupakan perayaan atas kemenangan Dharma melawan Adharma, yang dijelaskan Dharma merupakan kebaikan begitu pula sebaliknya Adharma merupakan kejahatan. Hari Raya Galungan setiap hari Budha Kliwon Wuku Dungulan. Setiap Perayaan Hari Raya Galungan identik dengan membuat dan memasang penjor di depan rumah atau tepi jalan, yang sangat menghiasi jalan bernuansa alami. Penjor adalah bambu yang dihias sesuai tradisi masyarakat Bali setempat. Penjor yang dipasang dipinggir jalan tidak dipasang secara sembarangan melainkan merupakan haturan ke hadapan Bhatara Mahadewa. Hari Raya Galungan Mempunyai Rangkaiannya sendiri yakni, (1) Diawali dengan Tumpek Wariga yang jatuh pada 25 hari sebelum Galungan, Tumpek Wariga yaitu memuja Ista Dewata yaitu Sang Hyang Sangkara sebagai Dewa Kemakmuran dan Keselamatan Tumbuh-Tumbuhan, (2) Berikutnya ada Sugihan Jawa yang ditandai sebagai hari pembersihan/penyucian segala sesuatu yang berada di luar diri manusia (Bhuana Agung), (3) Sugihan Bali bermakna penyucian/pembersihan diri sendiri kebalikan dari Sugihan Jawa, Sugihan Bali dirayakan setiap hari Jumat Kliwon Wuku Sungsang, (4) Yang selanjutnya yaitu Hari Penyekeban yang memiliki makna untuk “nyekeb indriya” berarti mengekang diri agar tidak melakukan hal-hal yang tidak dibenarkan oleh agama, (5) Hari Penyajaan menurut kepercayaan pada hari ini umat akan digoda oleh Sang Bhuta Dungulan untuk menguji sejauh mana tingkat pengendalian diri Umat Hindu untuk melangkah lebih dekat lagi menuju Galungan, (6) Sehari sebelum Galungan disibukkan dengan Hari Penampahan Galungan, masyarakat juga akan sibuk dalam membuat penjor yang akan diletakkan di depan rumah masing-masing selain membuat penjor masyarakat juga akan menyembelih babi yang dagingnya akan digunakan sebagai pelengkap upacara, penyembelihan babi ini mengamdung makna simbolis membunuh semua nafsu kebinatangan yang ada dalam diri manusia, (7) Hari Raya Galungan dimulai dengan persembahyangan di rumah masing-masing, hingga ke Pura sekitar lingkungan tradisi yang melekat saat Galungan yaitu Tradisi Pulang Kampung, (8) Setelah Galungan keesokan harinya disebut Hari Umanis Galungan, yang identik dengan Dharma Santi dan saling mengunjungi sanak saudara atau tempat rekreasi, (9) Hari Pemaridan Guru diartikan bahwa hari untuk nyurud/ngelungsur waranugraha dari Ida Sang Hyang Widhi Wasa dalam manifestasinya sebagai Sang Hyang Siwa Guru, (10) Ulihan yang artinya pulang/kembali, pada hari ini dimaksudkan hari kembalinya para dewata-dewati/leluhur ke kahyangan dengan meninggalkan berkat dan anugerah panjang umur, (11) Hari Pemacekan Agung simbol keteguhan iman umat manusia atas segala godaan selama perayaan hari Galungan, (12) Hari Suci Kuningan dirayakan dengan memasang tamiang, kolem, dan endong, tamiang adalah simbol senjata Dewa Wisnu karena menyerupai Cakra, kolem adalah simbol senjata Dewa Mahadewa, sedangkan endong adalah simbol kantong perbekelan yang dipakai oleh Para Dewata dan Leluhur saat berperang melawan Adharma, tumpeng pada banten yang biasanya berwarna putih diganti dengan tumpeng berwarna kuning yang dibuat dari nasi yang dicampur dengan kunyit yang telah dicacah dan direbus bersama minyak kelapa dan daun pandan harum, keunikan hari raya Kuningan selain penggunaan warna kuning adalah yaitu persembahyangan harus sudah selesai sebelum jam 12 siang, sebab persembahan dan persembahyangan setelah jam 12 siang hanya akan diterima Bhuta dan Kala karena para Dewata semuanya telah kembali ke Kahyangan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun