Mohon tunggu...
Tegar Maisa Julian
Tegar Maisa Julian Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pelajar

Terkadang, sekadar menulis pun sudah mendatangkan kebahagiaan.

Selanjutnya

Tutup

Hukum

Betapa Menyebalkannya Pemerintah Sekarang

29 Juni 2022   07:33 Diperbarui: 29 Juni 2022   14:11 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hukum. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Dari mulai UU Revisi KPK, UU CIPTAKER, sampai kepada RKUHP semuanya sebetulnya menimbulkan banyak suatu keresahan yang ada di kalangan publik, tapi pemerintah tutup mata dan telinga dalam hal ini, dan seolah olah semua baik-baik saja.

Undang-Undang di atas merupakan suatu produk Undang-Undang yang dibentuk dengan tidak adanya transparansi dan keterbukaan dari pemerintah, bahkan dalam pembuatan dan penyusunannya pun ada yang dikebut secara tergesa-gesa, sehingga banyak melahirkan suatu problematika di dalamnya.

Kita lihat, UU Revisi KPK yang mana di dalamnya terdapat upaya untuk melemahkan dan mengkebiri anak kandung reformasi. UU CIPTAKER yang banyak merugikan bagi kaum buruh, yang mana Undang-Undang ini disahkan secara inkonstitusional bersyarat, kadang saya berpikir bagaimana bisa pemerintah membiarkan adanya suatu Undang-Undang yang bertentangan dengan konstitusi, apapun alasannya itu bahkan inkonstitusi bersyarat sekalipun. Dan yang terakhir RKUHP, Undang-Undang ini sebetulnya sudah banyak menuai kecaman sejak kurang lebih 2 tahun yang lalu karena dirasa Undang-Undang ini menciderai demokrasi yang ada di negeri ini, sehingga presiden pada saat itu menunda pengesahan Undang-Undang ini, tapi kita tahu bahwasannya "tunda" itu bahasa politisi, seharusnya yang benar itu "tolak" atau "terima", dan sesuai dugaan, Undang-Undang ini kembali diangkat & dibahas lagi bahkan mau disahkan yang mana draft terbarunya pun belum di publish sampai sekarang.

Kita lihat betapa menyebalkan, mendegilkan dan membosankannya pemerintahan kita sekarang. Dalam situasi seperti ini hanya ada beberapa pilihan: menjadi apatis, idealis atau memilih untuk ikut arus. Saat kita memilih untuk menjadi idealis maka siap-siap nasib kita dipenuhi dengan pesimis, penderitaan, kesendirian dan kesepian. Ya, kadang-kadang seseorang yang melihat fakta-fakta yang realis, mau tidak mau akan mempunyai nada yang pesimis. Dan dari pesimis itu kadang kita nantinya akan merasa asing dan ter-asingkan, tapi bukankah kata Gie "lebih baik diasingkan daripada menyerah pada kemunafikan". 

Aaahh, rasa rasanya memang begitu. Jangan anggap serius tulisan ini, ini hanyalah sebuah nyinyiran dari saya, yang mana nyinyiran ini tumbuh dari sebuah kegelisahan-kegelisahan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun