Mohon tunggu...
SYAMSUL BAHRI
SYAMSUL BAHRI Mohon Tunggu... Administrasi - Conservationist

Pensiunan PNS

Selanjutnya

Tutup

Nature

Waspada Bencana Ekologis Mengancam Provinsi Jambi

5 Januari 2020   08:32 Diperbarui: 5 Januari 2020   08:43 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

(TERUTAMA LEMBAH KERINCI DAN SEKITAR SUNGAI BATANG HARI)

Oleh Syamsul Bahri, SE[1] dan Saryono, SP[2]

Perpisahan tahun 2019 dan penyambutan tahun baru  2020, memang dirasakan sebuah tragedy yang melanda masyarakat di Indonesia dalam bentuk bencana asap akibat kebakaran hutan dan lahan, bencana banjir, tanah longsor bukan saja menghilangkan harta benda, bahkan sampai menghilang nyawa menjadi korban bencana tersebut.

Pada tahun 2019, mulai bulan Juni Juni 2019 sampai November 2019, bangsa kita mengalami bencana asap akibat dari kebakaran hutan dan lahan yang sangat merugikan bagi kita semua, baik harta, ekonomi, nyawa, kesehatan bahlan korban diplomasi politik, karena negara kita dianggap sebagai negara produsen asap yang akan menganggu negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, Brunai, Australia dan lain lain.

Dari musim panas (kemarau) yang menimbulkan bencana asap, menuju musim hujan yang menimbulkan bencana banjir, tanah longsor di tahun 2019 dan tahun baru 2020 yang merupakan bencana yang memerlukan evaluasi bagi pemerintah atas kebijakan yang telah dikeluarkan dan dilaksanakan, baik berkaitan dengan kebijakan investasi pembangunan ekonomi maupun kebijakan menyangkut ekologi dan ecosystem.,

Bencana yang terjadi saat ini kedatangannya tidak sekonyong-konyong atau tiba-tiba, melainkan bencana yang sudah diketahui dan diperdiksi akan kedatangannya, dan memberi kesan bencana ini terjadwal dan terencana secara tidak langsung, sehingga seyogyannya kita harusnya tidak kerepotan, melainkan sudah menyiapkan antisipasi dan upaya penanggualangan secara upaya pencegahan secara Terstruktur, Systimatis dan massive.

Namun apa lacurnya, baik bencana asap akibat kebakaran hutan dan lahan, maupun bencana banjir dan longsor, kita kerepotan dan gagap dalam menanggualanginya. Karena kita tidak ingin belajar dan mengevaluasi proses alamiah (eco learning) untuk mengetahui hubungan timbal balik secara mendalam dalam ekosistem untuk memberi pengertian mengenai kelangsungan hidup dan fungsi alam dalam menopang hidup manusia. Manusia bahkan Lembaga pemerintah mengedepankan pertumbuhan ekonomi dan investasi dengan aspek lingkungan hidup yang menjadi penopang dalam pembangunan ekonomi yang terabaikan.

Apalagi BMKG sudah menyampaikan dan mempredsiksi bahwa cuaca ekstrim baik kemarau maupun musim hujan, dimana musim hujan akan berakhir sampai bulan maret 2020, bahkan kecenderungan curah hujan akan meningkat lebih tinggi lagi sampai pertengahan bulan Januari 2020, tentunya beberapa daerah dengan tingkat daya lenting dan daya dukung yang rapuh terutama Daerah Aliran Sungai (DAS) dan Sub Daerah Aliran Sungai (Sub DAS) yang sangat rapuh, tentunya harus waspada dengan kondisi ini sampai berakhirnya musim hujan tahun 2020.

Banjir, angin puting beliung dan tanah longsor, bencana asap akibat kebakaran hutan bencana yang dominan setiap tahun. Peningkatan bencana terus terjadi dan makin parah karena daya lenting dan daya dukung lingkungan yang rapuh, sehingga secara kasat mata dan fakta trend bencana terus meningkat dari tahun ke tahun.

Indonesia, setiap tahun tak lepas dari bencana. Negeri bencana, mungkin sebutan itu tak berlebihan buat Indonesia. Betapa tidak, kala musim kemarau, bencana kekeringan, sampai kebakaran hutan melanda negeri. Ketika penghujan, banjir, longsor, puting belitung jadi langganan di berbagai daerah.

Sebagaimana diketahui, dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) 2015-2019, pemerintah memprioritaskan 15 DAS prioritas dari 108 DAS kritis untuk dipulihkan terlebih dahulu. Ke-15 DAS tersebut adalah Citarum, Ciliwung, Cisadane, Serayu, Bengawan Solo, Brantas, Asahan Toba, Siak, Musi, Way Sekampung, Way Seputih, Moyo, Kapuas, Jeneberang dan Saddang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun