Pernyataan ini justru menuai protes. Di Twitter, netizen mengungkapkan kekesalannya. Terdapat Jajak pendapat yang dilakukan oleh BemFisipUNS yang menyatakan kendala mahasiswa dalam menjalani kuliah dari diantaranya soal tugas yang terlalu banyak hingga paket Internet yang mahal. Selain itu, kebijakan kuliah dari juga dianggap menghambat pengerjaan tugas akhir.
Hal ini dibuktikan oleh penelitian yang dilakukan oleh BemFisipUNS dalam laporannya yang menyatakan bahwa sebanyak 82,4% mahasiswa angkatan 2014-2016 mempersoalkan perkuliahaan daring yang menghambat tugas akhir. Selain itu banyak juga yang mempersoalkan mengenai tuntutan tugas yang banyak dan masalah kouta internet.
Untuk itu sebenarnya bukan hanya di UNS saja namun di seluruh perguruan tinggi terkait harus melakukan komunikasi yang efektif oleh setiap mahasiswanya , hal ini bertujuan untuk meminimalisir kebijakan yang tidak pro-terhadap mahasiswa.
Dalam hal ini sudah selayaknya perguruan tinggi terkait dapat mengakomodir kebutuhan mahasiswa saat ini, jika dirasa efektif dalam melakukan perkuliahaan daring seharusnya seluruh kebutuhan mahasiswa saat study from home dijamin oleh universitas. Misalnya mengalokasikan sumber anggaran biaya yang tidak tergunakan atau berkurang pembiayaannya selama pandemic COVID-19 untuk bantuan kouta internet, selain itu Pihak universitas dapat memberikan pengalihan UKT untuk semester depan, kepada seluruh mahasiswa yang terkena dampak COVID-19 ini, hal ini bertujuan mengurangi beban biaya selama pandemic ini berlangsung.
Karena pada dasarnya kepuasan pembelajaran daring dapat ditentukan melalui tingkat kesenangannya serta efektifitas pembelajaran yang dialami. Mahasiswa yang tingkat kepuasaannya tinggi terhadap berbagai aspek pembelajaran daring pastilah memiliki tingkat pembelajaran yang tinggi pula. Proses dan sarana penunjang dalam Kuliah daring sangat mempengaruhi tingkat keberhasilan dari suatu proses pembelajaran.
Semoga tulisan ini dapat menjadi evaluasi bersama bagi seluruh Universitas yang ada di Indonesia