Mohon tunggu...
Fajar Pujianto
Fajar Pujianto Mohon Tunggu... Administrasi - SKM Indonesia

Belajar dan Berkarya

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Kepadamu Pikiranku; Jangan Kau Buat Ambigu

3 Juli 2020   06:53 Diperbarui: 3 Juli 2020   07:46 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Waktu itu aku tidak tahu menahu, akn tetapi ketika membuka pesan di grup whatsapp di Yogyakarta dan beberapa grup whatsapp lain, aku disuruh untuk membuka link tersebut dan meminta agar aku menyelesaikan konfliknya. Aku pun bingung, maksudanya apa. Lantas aku buka, namun ketika dibuka tidak bisa, karena ternyata medsosku telah diblokir oleh temanku ini. Jadi aku memutuskan menggunakan akun yang lain. Dan ternya benar saja apa yang disampaikan di grup. Sudah ada postingan tentang kejelakanku. Jumlah komentarnya sudah sampai ratusan, begitupun yang memberikan icon jempol atau pun marah. Setelah kuperika, ternyata itu bukan nomorku. Dan setelah kucari nomor tersebut, ehh... ternyata malah pacar sendiri. Ya, ampun. Aku marah semarah, marahnya. Dan aku meminta klarifikasi darinya. Dia pun mengakui. Aku pun harus memberikan klarifikasi pada postingan tersebut dan meminta maaf kepada temanku ini. Setelah itu postingan dihapus. Dan temanku menghilang. Lupakan.

Setelah kuputus, pacarku ini kembali datang ke rumah. Dia meminta maaf dan meinta balik. Aku pun memaafkannya dengan syarat tidak mengulangi hal-hal demikian. Sewaktu ke Semarang aku pun meminta untuk datang ke rumah. Mau nggak mau harus ke rumah. Sebelumnya dia sempat ragu, takut dimarahin ibu dan segala macam. Dalam perjalanan seringkali berhenti, entah itu hanya sekadar makan atau pun yang lain yang justru semakin lama untuk sampai di rumah. Dan akhirnya aku sampai di rumahnya. Sambutan yang menarik juga walau akhirnya aku disalahkan sama ibunya yang katanya aku mengajari keluar dari pekerjaanlah, keluar dari kuliahlah, dan segela macam. Tuduhan yang sangat tak berakal. Kenal 2017, namun menjalin asmara baru 2019. Masa iya, keluarnya 2018 aku yang disalahkan. Tidak masalah bagiku.

Januari 2020 aku mendapatkan amanat menjadi ketua sebuah organisasi di tingkat kabupaten. Aku sangat bersyukur. Namun ada ganjalan hati dan pikiran yang belum beres yang menjadikanku urung mengurus organisasi tersebut.

Aku mulai mendapatkan rasa malas yang sangat luar biasa. Rasa malas tersebut berasal dari hati yang tidak sepenuhnya hati. sangat kotor. Lagi-lagi menyangkut pekerjaan. 2019 aku mulai menggunakan cara licik agar terlihat hadir dan namun aslinya tidak. Hal tersebut dilakukan agar aku bisa bepergian dan bertemu dengan pacar dalam waktu yang agak lama. Dia belum mau menikah waktu itu. Dan yang jelas, aku terlalu menuruti omongannya.

Aku mulai dekat dengan teman-teman di komunitas atau organisasiku kembali. Setalah sebelumnya memutus silaturrahim atau komunikasi demi menjaga hubungan dengannya. Ya, dia akan marah atau pun curiga besar bila sedikit saja aku berkomunikasi dengan orang lain secara  (menurut dia) tidak wajar. Bagi orang-orang dewasa mungkin biasa saja, namun bagi mereka yang masih remaja hal tersebut tidaklah demikian. Semakin ke sini aku merasa gerakku terbatas. Padahal seorang ambiovert aku pun perlu berkomunikasi dengan yang lain juga. Ya, mungkin juga jumlah kehadiranku ke Semarang yang sudah sangat berkurang. Ya, 2 atau 3 bulan aku tidak ke sana.

Aku mulai dekat kembali dengan orang tua, dengan teman-teman sekitar, dan orang-orang sekiling. Mulai menjalin relasi juga dengan yang lainnya. Intinya aku mulai membuka mata kembali. Aku pun benar-benar memutuskan untuk menyudahi hubunganku dengannya. Ya, walau pun dia tergolong orang yang cerdas, pintar, cantik, dan berbakat, namun tetap saja, aku berpikir untuk jangka panjang. Dia memang wanita yang baik, namun, ya, waktu itu sempat terjadi gesekan, hal tersebut juga yang membuatku menyudahi hungan tersebut. Aku tidak akan mencerikatan kejelekannya, karena dia bisa menutupi itu semua dengan caranya. Lagian jika diceritakan aku akan sangat berdosa.

Kali ini benar-benar membuat pikiranku semakin kacau. Selain ada masalah dengan pekerjaan yang melibatkan banyak orang belum selesai, ditambah dengan masalah percintaan, ditambah lagi dengan masalah keluarga di rumah, dan sederet masalah lainnya yang tumplek blek menjadi satu dalam satu waktu. Entah aku mau jadi seperti apa. Hal tersebut membuatku semakin enggan untuk hidup di sini, di kota ini, bahkan sempat juga ingin merampungi hidup. Aku sempat mau pergi ke Yogyakarta dan menemui orang-orang dulu dan hidup di sana. Sempat juga mau pergi ke Kediri, Jawa Timur untuk menemui teman-teman di sana sekaligus numpang hidup. Akan tetapi bukan itu yang didapat. Indonesia dinyatakan darurat Covid-19. Dan aku pun tidak bisa pergi ke mana-mana.

Bukan penyelesaian yang kudapat, malah semakin menambah banyak masalah. Datang lagi masalah berikunya. Aku kembali dipanggil dan ditanyai banyak hal. Dan kali ini adalah kasus keduaku di pekerjaan tersebut, yakni pemalsuan tanda tangan atas kehadiran. Benar, aku benar-benar malas menjalani kehupan yang semakin amburadul. Aku meminta izin ke orang tua untuk keluar dari pekerjaan, akan tetapi tidak diperbolehkan. Oleh teman-temanku juga tidak diperbolehkan. Parahnya lagi adalah aku diminta untuk meminta maaf kepada setiap orang yang sudah aku rugikan. Dan ya, kali ini benar-benar aku ingin pergi dari dunia ini. Kenapa masalah semakin banyak dan tak henti-hentinya. Hutang juga semakin banyak. Belum lagi omongan-omongan negatif dari orang lain. Lucunya lagi si dia yang meminta ganti rugi karena sewaktu pacaran katanya habis uang banyak. Astaga... orang macam apa ini. Ada ya, orang macam ini. Beruntung sudah putus, coba kalau putusnya sewaktu udah nikah.. behhh.. mau seberapa banyak ganti rugi yang dia minta. Sebaiknya pembaca juga tahu, kalau dalam suatu pertemuan, siapa yang habisnya banyak, laki apa perempuan. Sesederhana itu. Pun dalam komentarnya di postingannya, aku membaca aku yang menarik, katanya dia sewaktu pacaran denganku, aku selingkuh. Walau pun tidak sama persis, namun inti dari komentarnya adalah demikian. Ya, sudah pasti dia akan membela diri di hadapan teman-temannya, orang tua, atau barangkali di media social. Ya, aku tetap diam. Karena begitulah caraku mengalah.

Setelah aku berpikir, berpikir, dan berpikir, dan juga desakan dari teman-teman. Akhirnya aku memberaniukan diri mengunjungi masing-masing orang yang sudah aku zalimi. Aku mangaku perbuatanku memang keliru. Oleh mereka aku dimaafkan, dan ya, diminta untuk melupakan yang sudah-sudah. Saya diminta untuk fokus ke depan. Jangan menjadi anak kecil lagi. aku sangat senang karena mereka sebenarnya bersikap santai, tidak seperti apa yang aku bayangkan sebelumnya.

Atas perbuatanku yang keliru tersebutlah yang membuat rezekiku semakin sulit, tidak berkah, hidup tak karuan, dan sebarang yang membuatku ingin lenyap dari muka bumi. Aku tidak bisa menghindari bebagai masalah yang menimpaku. Karena semakin dihindari justru maslah semakin bertambah banyak dan semakin rumit. Alhamdulillah menginjak Bulan Juli ini masalahku sudah mulai berkurang dan jika diberi masalah yang lebih besar lagi, dengan segela konsekwensi insyaallah siap menghapainya tanpa menunda atau pun menghindar, seperti yang sudah kulakukan sebelumnya.

Ya, ini adalah pengalaman yang sangat luar biasa yang aku alami menginjak usiaku yang sudah dewasa ini. Semoga dengan masalah yang sudah kuhadapi, bisa menjadi pelajaran bagi yang lain supaya tidak ada lagi perbuatan-perbuatan tercela yang sudah kulakukan. Insyaallah aku sudah siap menyongsong masa depan dan mulai bermimipi, melanjutkan mimpi kembali, dan merealisasikannya. Setelah ini semoga aku dipertemukan dengan jodohku dan menjalik bahtera rumah tangga dan langgeng. Agar kualitas hidupku semakin bertambah dan nilai ibadahku semakin sempurna.

Banyumas, 3-7-2020

Dini hari

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun