Mohon tunggu...
Tazkia Aulia Hanifah
Tazkia Aulia Hanifah Mohon Tunggu... Mahasiswa Ilmu Komunikasi

Menghabiskan waktu dengan kegiatan yang menyenangkan

Selanjutnya

Tutup

Nature

Ketika Pikiran Berteriak, Lautan Membisikkan Damai

12 Juni 2025   08:54 Diperbarui: 12 Juni 2025   08:54 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Pantai (sumber: dokumentasi pribadi)

Setiap orang pasti pernah merasakan penat, lelah, atau bahkan jenuh dengan rutinitas harian. Terkadang rasanya bahwa pikiran ini seperti kapal yang terombang-ambing di tengah badai informasi. Tenggat waktu dan tuntutan untuk selalu produktif bisa menjadi bagian gelombang besar yang menguras energi. Sekarang masa masanya tidak bisa terlepas dari tugas kuliah, deadline artikel, hingga aktivitas organisasi yang seolah tiada habisnya. Namun, di tengah riuhnya kehidupan dan hiruk-pikuk kota, saya menemukan tempat yang selalu berhasil menambatkan saya kembali ke daratan ketenangan, yaitu pergi ke pantai dan menikmati debur ombak serta birunya air laut.

Setiap kali pikiran terasa sesak dan hati gelisah, naluri saya menuntun langkah menuju pasir putih dan deburan ombak. Rasanya seperti ada magnet tak terlihat yang menarik saya, menjauh dari keramaian kota dan mendekat pada keheningan yang ditawarkan lautan. Suara ombak yang berulang-ulang, aroma khas dan pemandangan cakrawala  yang tak berujung menjadi terapi alami.

Pantai adalah tempat pelarian yang paling jujur. Disanalah saya bisa benar-benar menjadi diri sendiri, tanpa tuntutan, tanpa topeng, hanya saya dan alam. Setiap kali kaki saya menyentuh pasir hangat, ada sensasi lega yang sulit dijelaskan. Seolah-olah semua beban yang menumpuk di pundak perlahan luruh, terbawa angin laut yang sejuk. Bukan sekadar rekreasi biasa, pergi ke pantai menjadi sebuah bentuk meditasi aktif yang melibatkan semua indra, membawa saya pada kondisi merasa “hadir” sepenuhnya di momen tersebut.

Begitu kaki menginjakkan ranah pantai, indra penciuman saya langsung disambut oleh aroma khas laut yang asin dan segar. Ini bukan aroma parfum mewah atau masakan lezat, melainkan bau alami yang jujur. Aroma ini seperti tanda selamat datang dari alam, sinyal bahwa saya telah tiba di tempat yang tepat. Lalu, hembusan angin laut menyapa, lembut namun konsisten. Angin ini seolah mengelus, membawa terbang ketegangan yang menumpuk di pundak. Ada rasa lega yang instan, seperti beban berat yang tiba-tiba terangkat. Menutup mata sejenak, membiarkan angin itu menyapu bersih segala pikiran negatif yang mengendap di benak.

Foto penulis di pantai (sumber: dokumentasi pribadi)
Foto penulis di pantai (sumber: dokumentasi pribadi)

Pantai adalah tempat yang tepat untuk membiarkan pikiran mengembara, mengingat kembali perjalanan hidup, kegagalan, hingga pencapaian kecil yang sering terlupa. Berdamai dengan diri sendiri ditemani suara deburan ombak yang ritmis menjadi daya tarik yang disuguhkan pantai. Suara “shhh-woosh” yang tak henti-hentinya itu seperti lagu pengantar tidur bagi jiwa yang lelah. Setiap gelombang pantai membawa serta jutaan cerita, memecah kesunyian dan kemudian kembali menjadi bisikan.

Suara ombak mampu menenggelamkan bisingnya pikiran sendiri, meredam segala kekhawatiran. Setiap pemandangan yang terlihat itu adalah pengingat bahwa kehidupan akan terus berjalan. Matahari yang terbenam di ufuk barat adalah puncak meraih kedamaian. Langit yang berubah warna dari biru menjadi oranye dan merah muda adalah lukisan alam yang tak ternilai harganya. Setiap kali menyaksikan matahari terbenam di pantai, saya merasa seolah menyaksikan perpisahan yang indah, sekaligus janji bahwa ia pergi dan akan kembali.

Foto penulis saat menikmati sunset di pantai (sumber: dokumentasi pribadi)
Foto penulis saat menikmati sunset di pantai (sumber: dokumentasi pribadi)

Selain menjadi tempat menjemput ketenangan, pantai juga menjadi ruang refleksi. Melihat luasnya laut dan langit yang bertemu di cakrawala membuat saya merenungi kehidupan. Betapa kecilnya saya di hadapan alam, namun tetap memiliki peran arti. Pantai mengajarkan saya tentang ketulusan, kesabaran, dan keikhlasan. Ombak yang selalu datang silih berganti mengingatkan saya bahwa hidup penuh dinamika tak terduga, kadang tenang, kadang bergelombang, namun selalu ada harapan di setiap ujungnya.

Pada akhirnya, semua sensasi yang ditawarkan pantai – aroma, suara, pemandangan bermuara pada satu hal, yaitu ketenangan batin. Di tepi laut saya merasa lebih mudah untuk melepaskan. Melepaskan ekspektasi, melepaskan tekanan, melepaskan segala hal yang tidak bisa saya kontrol. Pantai adalah tempat saya bisa merenung, memproses emosi, dan mengisi ulang energi. Karena di pantai, saya benar benar menjadi diri sendiri, tanpa topeng, tanpa tuntutan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun