Mohon tunggu...
TauRa
TauRa Mohon Tunggu... Konsultan - Rabbani Motivator, Penulis Buku Motivasi The New You dan GITA (God Is The Answer), Pembicara Publik

Rabbani Motivator, Leadership and Sales Expert and Motivational Public Speaker. Instagram : @taura_man Twitter : Taufik_rachman Youtube : RUBI (Ruang Belajar dan Inspirasi) email : taura_man2000@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Mengumbar Politik "Curiosity" di Masyarakat Kita

20 September 2020   17:51 Diperbarui: 20 September 2020   20:02 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik "curiosity" perlu dipahami dengan baik (sumber:rubrikmedia.com_

Ketika Kejagung (kantor kejaksaan agung) terbakar, semua orang mulai menerka apa yang sebenarnya terjadi, dan silakan saja selama tidak ada norma yang dilanggar. 

Ketika si A mengucapkan kata-kata yang dianggap kurang sesuai, ramai-ramai orang menghujatnya. Ketika si B melakukan tindakan tegas terhadap pelanggar protokol kesehatan, maka banyak orang juga mengatakan bagus, sudah begitu memang seharusnya dan ada banyak contoh-contoh lain yang terjadi di sekeliling kita.

Bahkan, kalau ada tetangga kita yang meninggal pun, mungkin banyak orang yang penasaran dan merasa ingin tahu (Curiosity) apa yang sebenarnya terjadi, apakah meninggal karena wabah atau karena yang lainnya. Terkadang, seolah-olah rasa ingin tahu itu sebegitu menjadi-jadinya, hingga terkadang cenderung merugikan orang lain yang terkait dengan situasi itu.

Curiosity atau rasa ingin tahu dalam banyak hal, apalagi dalam ilmu pengetahuan, tentu saja sangat dianjurkan, karena itu salah satu indikasi kalau pribadi yang bersangkutan adalah pribadi yang haus akan ilmu. 

Orang-orang tua dulu bahkan pernah menyampaikan pepatah yang isinya :

"Rakus ilmu itu baik, Rakus Ibadah itu terpuji sedangkan Rakus harta itu tercela"

Tetapi, ketika rasa ingin tahu itu bergeser menjadi kepo berlebihan atau hasrat ingin tahu yang berlebihan sehingga tidak mensaring informasi yang ada sebelum ditumpahkan, maka pada bagian ini curiosity yang sedang kita lakukan, justru bisa berakibat yang tidak baik yang mungkin justru bisa merugikan banyak pihak, apalagi jika itu terkait seputar politik.

Bicara tentang Curiosity dalam berbagai aspek, khususnya dalam politik dan yang terkait dengannya, maka kita perlu mengenal ada 2 macam curiosity yang semoga setelah kita paham, maka kita bisa lebih cermat dan bijak dalam mengeksplorasi rasa ingin tahu kita, apalagi yang terkait dengan politik.


1. Fact-Based Curiosity 

Coba Anda bayangkan sebuah gunung es. Sudah? Fact-based curiosity adalah ketika Anda hanya melihat segala sesuatu sesuai dengan fakta yang Anda temukan saat itu.

Ketika Kejagung terbakar (contohnya), Anda segera browsing dan mencari tahu serta membaca apa saja yang berkaitan dengan Kejagung terbakar. Dari hasil bacaan Anda itu, Anda mulai menarik kesimpulan sendiri, lalu menuangkannya sendiri ke dalam tulisan Anda (kalau penulis), ke dalam diskusi Anda (kalau Anda dosen, pembicara dan sebagainya). 

Singkatnya, dari apa yang Anda temukan dan baca, lalu Anda mengeluarkan bacaan baru lagi dan siap disajikan untuk orang lain (kalau Anda penulis). Untuk tema Kejagung terbakar ini, saya juga menulis, tetapi saya mengedepankan sudut pandang yang totally different dengan praduga yang berkembang dan hits itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun