Prinsip pembelajaran modern tentunya meminta keterlibatan siswa yang lebih banyak dalam proses belajar. Keterlibatan itu tidak hanya berupa fisikal namun juga mental dan segenap kesadaran si pemelajar.
Kondisi inilah yang menjadikan pembelajaran sebagai sistem yang kompleks, sehingga semua yang terjadi di dalamnya adalah bertujuan (menjamin efektifitas).Â
Artinya semua elemen dan komponen inderawi  ataupun emosional dapat memengaruhi makna belajar dan hasilnya kemudian.
Dalam pendekatan Merdeka Belajar yang didengungkan sekarang, pembelajaran mesti dapat merekayasa proses yang koheren-kontekstual dan menampakkan produk dengan perform hasil yang relevan .
Di antara tokoh pendidikan yang mengenalkan metode mengatifkan siswa dalam belajar  adalah Mahmud Yunus dengan buku yang bertajuk Tarbiyah wat- ta"lim (pendidikan dan pengajaran).
Buku tersebut unumnya dikonsumsi untuk kalangan pesantren modern yang khususnya terkoneksi dengan pesantren Darussalam Gontor.
Jadi tentu, usia buku itu melampaui usia Pesantren Gontor sekarang.
Di dalam bukunya tersebut, setidaknya hanya ada dua mode utama dalam pembelajaran siswa di kelas .
Pertama, Istiqraiyyah dan Kedua Tathbiqiyah. Secara bahasa istiqraiyyah merupakan prinsip dan moda penggalian informasi secara menyeluruh dengan memadukan semua pengalaman siswa.Â
Prinsip istiqraiyyah  dikenal pula dengan mode eksplorasi dan identifikasi dengan dasar induktif.Â
Belakangan, ini sejalan dengan metoda saintifik dan prinsip merdeka belajar. Mungkin, di antara kelemahan mode istiqraiyyah adalah butuh waktu yang banyak atau setidaknya, si guru mesti mahir menata waktu yang disesuaikan dengan tingkat (mastery) penguasaan si siswa.