Mohon tunggu...
Taufiq Sentana
Taufiq Sentana Mohon Tunggu... Guru - Pendidikan dan sosial budaya
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Praktisi pendidikan Islam. peneliti independen studi sosial-budaya dan kreativitas.menetap di Aceh Barat

Selanjutnya

Tutup

Diary

Suatu Telaah: Pesan Berat di Balik "Gula Gula Awan", Beberapa Catatan Kecil

29 September 2021   23:31 Diperbarui: 29 September 2021   23:44 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tampilan linikompasiana.2021

Apresiasi: Pesan Berat di Balik " Gula-gula Awan", Beberapa Catatan Kecil.

Sebagai suatu tradisi, apresiasi kecil ini kiranya memberikan ruang dialog-karya yang lebih luas dan akrab. tanpa maksud apapun selain apresiasi murni, intuitif dan spontan.

1//
Ini adalah catatan tentang Puisi Tutut Setyorinie (TS) "Gula gula Awan", 28 Sep.2021.pukul 16.00 yang tayang  di Kompasiana. Puisi terakhirnya sekitar tiga pekan lalu.


TS membuka puisinya dengan impresi yang hidup: awan menjelma gula gula.seperti kapas.seperti nafas. Keseluruhan puisinya terdiri dari 21 baris (ada yang terbelah oleh iklan). Termasuk puisi modern. Bahasa yang mengalir dan ide yang tajam. Beraliran bebas, berpadu  impresionis dan memuat nilai nilai eksistensial, serta sedikit ironi dan sinisme. Pun bait dan rima-ritmanya juga tidak ketat.


2//
Bait kedua diawali dari " Tempat pelarian bagi riuh rendah jalanan"(bumi). Ini sebagai kaitan sintaksis dari bait pertama tadi. Lalu impresi TS melompat dari "awan" ke "bumi": dia menggambarkan suasana dan peristiwa kepadatan dan keriuhan bumi, termasuk suara juru parkir dan serapah serapah manusia (sampai akhir bait 4)


3//
Impresi TS kembali ke "awan"//bukankah awan tak ada yang punya?//mengapa manusia tidak//.(berkelana di awan?). Dia melanjutkan bangunan impresinya tentang awan kepada si engkau (dalam pandangan polos anak kecil)// hooi, pesawat turunkan uang!// (Bait 8)


4//
Lalu TS membangun impresi " kesadaran" si engkau, bahwa dari atas awan ini engkau bisa melihat semuanya://deret atap rumah.menara tempat ibadah.(bahkan) pohon kecapi yang engkau curi buahnya//:
Dari sini engkau tak perlu lagi mendongakkan kepalamu hingga pegal (mungkin terpikir olehmu untuk tiduran dan membangun rumah di awan): begitu cara TS mengekspresikan si engkau yang terkesan dengan awan.
(Sampai akhir bait 13)

5//
Sebagai suatu pertanggung jawaban etis, TS menyisipkan pesan moral dalam puisi ini secara taktis-ritmis-estetis pada bait 14 - 20 (bait bait pendek):// di atas sini yang khayali jadi nyata......//dan kehidupan di bumi hanya khyali.kilasan imaji.mimpi tak selesai//.....//karena dunia adalah permainan dan senda gurau//


6//
Dalam maksud ini,TS menggambarkan kesadaran manusia yang alami,saat ditimpa musibah/ketakutan, yang selalu ingat Tuhan dan berjanji akan hidup lebih baik (bait 19-20). Atau saat di udara tidak aman, si manusia merasa lebih suka di bumi dan menjalani hidup normal:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun