Mohon tunggu...
Taufiq Sentana
Taufiq Sentana Mohon Tunggu... Guru - Pendidikan dan sosial budaya
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Praktisi pendidikan Islam. peneliti independen studi sosial-budaya dan kreativitas.menetap di Aceh Barat

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Energi dan Pikiran

7 Agustus 2021   08:13 Diperbarui: 7 Agustus 2021   08:25 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Awalnya, tentu kita perlu mendefinisikan apa itu pikiran dan energi. Setiap cabang ilmu agaknya memiliki definisi yang berbeda tentang beberapa prinsip dan konsep. Disini kita ambil makna energi dari pendekatan fisika, bahwa energi sebagai daya yang dapat mengubah dan mendorong satu tindakan.

Adapun arti pikiran dalam laman wikipedia, yaitu gagasan dan proses mental. Berpikir memungkinkan seseorang untuk merepresentasikan dunia sebagai model dan memberikan perlakuan terhadapnya secara efektif sesuai dengan tujuan, rencana, dan keinginan.

Dari pengertian di atas, pikiran bisa sebagai hasil dari suatu aksi atau ia hanyalah reaksi. Umum diyakini bahwa, pikiran memengaruhi tindakan, sebagaimana tindakan juga dapat memengaruhi pikiran pada saat tertentu. Dalam prinsip ini, pikiran bisa jadi tidak otonom. Demikian pula saat mendiskusikan bahwa pikiran sebagai energi, ia tidaklah berdiri sendiri. Artinya, pikiran membutuhkan ruang pengalaman, perspektif, latihan kognitif bahkan cita rasa spiritual.

Mengacu pada bahasan kecil ini, pikiran dapat menjadi energi sebagai hasil dari pengalaman interaksi yang konstan dengan ragam variabel indrawi khususnya. Sehingga menghasilkan wujud baru berupa pengertian, jalinan pengetahuan, karya fisik dan seterusnya. Sedangkan karya itu relatif asli, baru dan bertahan lama serta memiliki daya ubah yang signifikan.

Hanya saja, pikiran otonom tidak selamanya dapat menempuh jalannya sendiri lewat sangka, persepsi dan analisa inderawi karena pikiran itu selalu berkejaran dengan nafsu dan pilihan pilihan  rendah dan hina, di samping keterbatasan lainnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun