Mohon tunggu...
Taufiq Rahman
Taufiq Rahman Mohon Tunggu... Administrasi - profesional

Menyukai sunyi dan estetika masa lalu | Pecinta Kopi | mantan engineer dan titik titik...

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Menunggu Netralitas Ustadz Jelang Agenda 2019

27 Januari 2018   15:09 Diperbarui: 27 Januari 2018   20:22 966
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Berita kriminalisasi Ustadz/Ulama tiba-tiba muncul kembali dan ramai ditulis oleh media-media mainstream dan portal opini. Ini setelah SBY memberikan kata sambutan di Pondok Pesantren Daar El-Qolam dan penetapan Zulkifli Muhammad Ali sebagai tersangka terkait kasus dugaan SARA oleh Polri.

Awalnya saya berharap benturan dua kelompok dan kasus SARA termasuk berita kriminalisasi Ustadz/Ulama yang melelahkan itu ikut berakhir bersamaan dengan tuntasnya hajatan Pilkada DKI. Namun, ternyata dugaan saya salah. Meski Anies-Sandi sudah duduk di kursi DKI 1 dan 2, semangat membawa-bawa agama sebagai "ruh jihad" belum ikut berakhir.

Tak hanya benturan dua kelompok dan kasus dugaan SARA semata, ternyata video-video yang menggelorakan semangat "jihad" masih saja dibuat dan dikonsumsi. Dan, ternyata banyak masyarakat yang justru menyenanginya.

Belum lepas juga dari ingatan ketika saya menonton video tentang ceramah seorang ustadz yang mengharamkan transaksi berbasis aplikasi-teknologi yang ramai itu karena, katanya, terdapat unsur riba di dalamnya. Dan sekarang, dalam ceramahnya ustadz Zulkifli Muhammad Ali mengatakan bahwa Indonesia akan diserang oleh Cina dan kaum komunis.

Sebelumnya kita juga bisa menemukan postingan seorang tokoh yang kontennya tak jauh-jauh dari ini; umat Islam sedang dizalimi penguasa lalim! Dan, kalo kita mau buat daftarnya, ternyata masih banyak video/postingan/ceramah/artikel lain yang serupa itu. Entah sampai kapan kita terus disuguhi ceramah dan video dengan tema peneguhan identitas itu.

Adakah hal yang salah?

Bagi Anda para pembaca yang mempunyai banyak kemiripan dengan saya yang seperti orang kebanyakan, tentu sepakat dengan pikiran yang ada di otak kepala saya bahwa mereka yang disebut sebagai Ustadz/Ulama adalah para pendidik dan penyampai ilmu agama (Islam). 

Hanya ilmu agama dan bukan ilmu yang lain! Ilmu agama menuntun manusia yang kehilangan arah menuju ke akhiratNya. Sedangkan ilmu yang lain menuntun manusia untuk memenuhi kebutuhannya di dunia.

Kita sudah kenyang dengan pelajaran penting sebelumnya bahwa mencampurkan dakwah dengan urusan politik adalah rawan mendatangkan fitnah. Kita bisa menulis deretan dampak dari kasus-kasus yang terjadi; mulai dari bullying, fitnah, hoaks hingga persekusi. 

Belum lagi trending berita di jagad maya tentang ajaran agama yang diseret-seret untuk memuaskan nafsu semata. Mereka memberi judul sangat emosional dan nyaris tanpa konfirmasi sumber berita dan etika.

Semua berita dan video sampah itu dibuat dan disebar. Beritanya melesat sangat cepat dan lalu menghunjam ke otak, mengaduk-aduk perasaan dan emosi. Mereka berlomba menjadi nomor satu, bagaimana menjadi viral dan merebut jutaan mata demi nasi. Antara fitnah dan fakta, benar dan salah bercampur menjadi satu.

Pada jaman sekarang, telinga kita seperti sudah sangat terbiasa mendengar umpatan dan makian "kafir" dan "neraka".

Menyedihkan sekali!

Mengapa bisa begitu dan mengapa kita lahap mengkonsumsi berita-berita SARA dan politik yang dibalut agama?

Masyarakat kita masih suka melahap berita-berita SARA dan politik yang dibalut agama karena antara lain seperti yang saya tulis diatas. Kita masih suka mencampurkan dakwah dengan urusan politik.

Saya meyakini bahwa gesekan antara kelompok radikalis-konservatif dapat direduksi jika kita tidak mencampurkan dakwah dengan urusan politik. 

Kita semua ingin melihat dan mendengarkan dakwah Islam yang inklusif, ramah, dan progresif. Ini diyakini bakal mengembalikan tujuan dakwah seperti semula (seperti dakwah-dakwah yang dilakukan Wali Songo) dan pada akhirnya identitas Islam yang ramah dapat tegak kembali dan Indonesia bisa menjadi model Islam dunia. 

Tidak seperti sekarang, dimana hari ini kita seolah-olah menyaksikan Indonesia hanya dihuni oleh dua kelompok saja, Islam konservatif dan radikalis.

Uztadz dan ulama adalah panutan umat. Mereka milik seluruh Umat Muslim Indonesia. Mereka bukan hanya milik segelintir orang yang mencoba memanfaatkan dan mendapatkan keuntungan dari dakwahnya. Ustadz dan Ulama harus mulai bisa melepaskan diri dari agenda politik.

Akhirnya, semoga kita bisa lekas mengerti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun