Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Masjid Kecil vs Masjid Besar di Taipei Cultural Mosque

23 April 2016   08:57 Diperbarui: 23 April 2016   09:08 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="taipei cultural mosque"][/caption]

Baru saja selesai menikmati mie ayam dan teh hangat serta bercakap-cakap tentang bahasa lokal di Formosa yang disebut Taiwan Wa, pengingat azan magrib di gadjet saya berbunyi.  Waktu menunjukan sekitar pukul 6 sore waktuTaiwan. 

“Keluar toko dan belok kanan  sedikit lalu masuk gang!.  Disitu masjdinya”,  tukas mas penjaga Toko Sakura.   Di depan gang yang bernama Lane 25 dan terletak di Section 1 Xinhai Road ini saya melihat sebuah petunjuk dalam tiga Bahasa.  Yang paling atas tertulis dalam huruf Hijaiyah “Masjid Attaqafiah Al-islamiyyah”,  Kemudian tiga buah aksara Cina yang ditulis dari atas ke bawah清真寺 yang kalau dibaca adalah “.Qīngzhēnshi”  yang berarti Masjid.   Sedangkan paling bawah adalah nama dalam Bahasa Inggris” ,  Taipei Cultural Mosque”.    Kalau diperhatikan arti tiga bahasa tersebut berbeda-beda. Yang dalam Bahasa Arab artinya Masjid Budaya  Islam, yang dalam Bahasa Mandarin ,  Masjid, dan yang dalam Bahasa Inggris adalah Masjid Budaya Taipei. He he

[caption caption="papan nama tiga bahasa"]

[/caption]

Saya berjalan menyusuri jalan yang tidak terlalu lebar.   Setelah sekitar duapuluh meter di sebelah kiri terlihat bangunan bertingkat lima  yang cukup megah. Aristekturnya cukup modern dengan kubah-kubah kecil di atas setiap pojok dan jendela berbentuk relung lancip di lantai atas.  Sementara di lantai dasar, serambinya berhiaskan tiga buah relung yang sempurna dengan pagar pendek setinggi pinggang.  

Ketika mendekat ke pintu masjid, terlihat ruang di dalam masih gelap.  Saya menaiki tangga menuju serambi ketika seseorang mendekat dan mengucapkan salam.  “Assalamualaikum”, kemudian menegur dalam bahasa mandarinyang saya tidak mengerti.  Saya kemudian membalas salam dan menanyakan  dalam Bahasa Inggris apakah azan magrib sudah berkumandang sekaligus bertanya dimana tempat wudhu.

Saya menuju ke tempat wudhu yang ada di lantas paling bawah.  Sederhana, tidak terlalu luas  dan saya juga harus menghidupkan lampu-lampu yang tadinya dimatikan. Selesai wudhu, barulah terlihat beberapa orang yang juga mendatangi masjid, Rupanya tadi mereka berkumpul di kantor masjid yang terletak di sebelah samping  bangunan utama.

[caption caption="jam waktu sholat"]

[/caption]

Sebelum masuk menuju ruang sholat, saya sempatkan berjalan di beranda.  Di dinding terdapat beberapa buah jam yag menunjukan waktu0waktu sholat fardhu yang tertulis dalam huruf Hijaiyah dan terjemahannya dalam aksara Cina.

Azan segera dikumandangkan. Cukup di dalam ruangan masjid yang sederhana tanpa hiasan, Bahkan arah kiblatnya juga miring sehingga dapat dipastikan bahwa pada mulanya bangunan ini tidak dibangun sebagai masjid.  Lantainya ditutupi karpet  berwarna jihau muda polos dan hanya ada sebuah sajadah yang akan dgunakan untuk imam. 

[caption caption="azan"]

[/caption]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun