Bagi pengunjung baru, ada satu hal unik yang langsung terlihat: sistem pembayaran yang modern dengan nota rapi dan sudah dihitung pajak restoran 10 persen. Ini yang kadang membuat pengunjung terkejut, karena ekspektasinya makan bubur murah ala warung, tetapi disajikan dengan standar caf. Meski begitu, suasana bersih, pelayanan cepat, dan menu beragam membuat harga yang sedikit lebih tinggi terasa masuk akal.
Promo, Harga, dan Realitas
Nama Bubur Hayam Lowanu sempat ramai diperbincangkan di media sosial karena promosinya. Ada cerita bahwa bubur dengan minum bisa didapat hanya Rp10 ribu. Promo ini memang nyata, tapi berlaku terbatas: hanya pada jam tertentu, biasanya pukul 13.00 hingga 15.00.
Di luar jam itu, harga kembali normal. Misalnya, semangkuk bubur ayam dengan topping pelor atau ati ampela dihargai Rp15 ribu, sementara bubur ketan hitam sekitar Rp12 ribu. Minuman seperti es teh atau jeruk panas berkisar Rp5 ribu. Jika dihitung bersama pajak restoran, makan berdua bisa mencapai sekitar Rp79 ribu, seperti yang tercantum jelas di nota pembelian.
Bagi sebagian orang, harga ini mungkin terasa agak mahal untuk ukuran bubur di Jogja. Tetapi jika melihat suasana tempat, cara penyajian, serta positioning mereka sebagai kuliner anak muda, harga ini masih bisa diterima. Apalagi, rasa buburnya memang cukup membedakan diri dari bubur pinggir jalan biasa.
Rasa dan Komentar
Apa yang membuat orang kembali lagi ke Bubur Hayam Lowanu? Jawabannya sederhana: rasa yang familiar tapi punya sentuhan berbeda.
Bubur ayamnya lembut, tidak terlalu kental, namun cukup gurih untuk menjadi alas berbagai topping. Bumbu kacang pada bubur ketan hitam terasa manis-pahit yang seimbang, apalagi ditambah santan dan potongan nangka yang segar. Menu ini sering jadi favorit alternatif, terutama bagi mereka yang ingin sesuatu selain ayam.
Pelanggan juga sering memuji variasi topping. Ati ampela yang dimasak gurih pedas, pelor yang kenyal, serta tambahan sate-satean membuat semangkuk bubur jadi lebih "berisi" dan mengenyangkan. Beberapa pengunjung mengatakan bahwa kombinasi ini membuat bubur lebih seperti hidangan lengkap, bukan sekadar makanan ringan.