4. Silsilah Keluarga dan Bayang-Bayang Masa Lalu
Kami berjalan ke beranda belakang. Di sana tergantung papan silsilah keluarga. Pada papan hitam ini tertulis nama-nama generasi keluarga Lim dan Tan.
Pada paling atas tertulis nama Lim King Siok sebagai ayah dan Tjan Ko Nio sebagai ibu. Di bawahnya ada Liem Gwat Nio sebagai anak dan Tan Sioe Hok sebagai menantu, serta cucu-cucu bermarga Tan. Di bagian bawah ada keterangan: tinggal di Lasem sejak 1888.
Terus terang, semua ini masih menyimpan misteri.
5. Rumah Bertingkat, Jangkar, dan Suara yang Tak Mau Pergi
Di bagian belakang, setelah halaman tengah atau tianjing, terdapat sebuah mansion dua lantai. Bangunan ini tampak megah sekaligus sedikit angker. Tapi yang membuat kami semua berhenti sejenak adalah sebuah jangkar besar yang diletakkan di depannya.
Tidak diketahui asal-usul tentang jangkar ini. Mas Agik bilang bahwa jangkar ini sangat berat, dan saya sendiri tidak kuat mengangkatnya. Keberadaan jangkar ini membuktikan bahwa Lasem dulu memang merupakan kota pelabuhan yang ramai.
Saya mencoba masuk ke mansion ini, tapi baru mendekat ke ambang pintu, sontak bulu kuduk berdiri dan membuat saya merinding. Walaupun pintunya terbuka lebar, mungkin gedung ini tidak bersedia dikunjungi.
Mas Agik hanya tersenyum kecil, lalu mengajak kami ke halaman samping yang ternyata sangat luas. Di kejauhan tampak atap Kelenteng Cu An Kiong.
6. Makam Pendiri dan Batu Intan yang Hilang
Di sana berdiri makam tua dengan bongpay besar. Ukurannya menunjukkan bahwa yang dimakamkan pasti orang terpandang.
"Inilah makam pendiri Lawang Ombo," kata Mas Agik singkat.
Dengan bantuan gadget, saya mencoba membaca tulisan pada bongpay. Di sana tertulis nama dan asal Lim Cui Sin, yaitu dari Hu Shan di Provinsi Shandong, dan berpangkat perwira rendah (dengshilang). Makam ini memiliki angka tahun 1827. Ini senada dengan informasi pada papan arwah di altar yang menyebutkan Lim lahir pada 1788 dan meninggal pada 1827.
Selain bongpay utama, di depan sebelah kiri nisan ada altar untuk Dewa Bumi.
Yang menarik, tidak jauh dari makam ada patung shishi kecil yang ditemani batu berbentuk intan dodekahedron. Menurut Mas Agik, ini melambangkan kekayaan. Sayangnya, dulunya ada dua batu intan. Sekarang, salah satunya telah hilang dicuri. Kini hanya tinggal landasannya saja.
Gabungan antara singa batu dan batu intan di makam Lawang Ombo memperkuat aura misteri dan kesakralan. Tidak hanya menunjukkan status keluarga Lim yang tinggi di zamannya, tapi juga menjadi pelindung spiritual rumah dan makam dari kekuatan jahat. Batu ini mengundang rasa hormat sekaligus merinding bagi siapa pun yang melihatnya.