Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen , penulis buku “1001 Masjid di 5 Benua” dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Menjenguk Makco dan Kongco Oma Frida di Lasem

10 Juli 2025   09:01 Diperbarui: 10 Juli 2025   09:36 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Lasem adalah tempat di mana masa lalu belum selesai---ia tetap duduk di kursi tua, menyalakan dupa, dan menggantungkan foto nenek moyang di dinding yang mulai mengelupas."

Setelah sarapan ringan di Lasem Boutique Hotel, saya---bersama rombongan Wisata Kreatif Jakarta---bersiap memulai perjalanan. Pukul delapan pagi, Mas Agik datang menjemput kami. Mbak Ira belum ikut. Ia menyusul nanti menjelang makan siang.

Pagi itu, kami dibawa menyusuri lorong-lorong kampung tua di Lasem. Mobil Elf yang kami tumpangi bergerak pelan, menyusuri jalanan sempit yang kanan-kirinya dipenuhi rumah-rumah besar bergaya Tionghoa. Usianya rata-rata sudah lebih dari seratus atau bahkan dua ratus tahun. Ada yang sudah generasi kelima atau keenam bahkan lebih. Banyak rumah ini berdiri di atas lahan luas dan diwarisi oleh orang-orang tua yang tinggal sendiri atau hanya berdua.

Di perjalanan, Mas Agik menceritakan tentang banyaknya kakek  dan nenek  di Lasem yang kini tinggal di rumah-rumah tua itu tanpa penghasilan tetap. Ada yang hidup dari sisa tabungan, ada juga yang mulai menjual barang-barang lama. Beberapa bahkan sudah menjual rumahnya ke yayasan atau pesantren, tapi masih diizinkan tinggal di sebagian ruang. Merawat rumah besar jelas tidak mudah dan mahal. Tanpa pembantu, tanpa anak yang menetap, semuanya ditanggung sendiri. Menurutnya, bagi yang tidak punya usaha aktif seperti batik atau penginapan, pilihan yang tersisa hanyalah bertahan dari peninggalan masa lalu.

Kami kemudian berhenti di Desa Soditan, di sebuah rumah besar milik Oma Frida. Dari luar, rumah ini terlihat kokoh dengan tembok putih yang khas. Gerbangnya memiliki dua pintu: yang kecil berwarna hijau toska untuk pejalan kaki, dan yang besar berwarna coklat untuk kendaraan. Di halaman depan, tampak sebuah pohon mangga tua yang batangnya sudah condong. 

Teras garasi : dokpri 
Teras garasi : dokpri 

Lucunya teras luas juga berfungsi menjadi garasi darurat, dua mobil tua terparkir. Satu warna biru tua tampak sudah lama tidak digunakan dengan nopol H  dan tertutup debu, satu lagi merek kijang warna Silver masih terlihat lebih terawat  dengan plat K, kemungkinan masih dipakai sesekali.

Suasana teras: dokpri 
Suasana teras: dokpri 

Teras rumah utama sangat luas. Di sisi kiri, ada rak barang dan kursi-kursi lipat tua. Tidak ada sofa atau kursi rotan, hanya meja dan kursi kayu sederhana. Ada juga gantungan jemuran pakaian . Di dekat pintu tampak beberapa galon air mineral yang juga berdebu.
Oma Frida tinggal di bangunan kecil di samping rumah utama. Rumah utamanya sudah lama tidak dihuni, meskipun masih sesekali dibuka. 

Empat huruf Hanzi: 
Empat huruf Hanzi: 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun