Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen , penulis buku “1001 Masjid di 5 Benua” dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Patung Bull & Bear, Lambang Kapitalisme di Bursa Frankfurt

15 Juni 2025   05:40 Diperbarui: 15 Juni 2025   05:40 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Trem: dokpri 
Trem: dokpri 

Karena sempat salah naik ini maka  waktu i saya sampai di bursa, yaitu didekat patung Bull and Bear waktu menunjukkan pukul 12.58.
Bursa Frankfurt: Patung, Pilar, dan Pasar yang Tidak Pernah Tidur
Bursa Efek Frankfurt bukan sekadar gedung perkantoran. Ia adalah lambang denyut nadi ekonomi Jerman dan bahkan Eropa. Didirikan pada abad ke-16 sebagai tempat pertemuan para pedagang, Bursa Frankfurt tumbuh seiring dengan kebangkitan ekonomi Jerman. Gedungnya yang sekarang dibangun pada akhir abad ke-19, dengan arsitektur megah bergaya neorenaisans. Pilar-pilar tinggi menyambut siapa pun yang melangkah ke arahnya. Wajah fasadnya tenang, tapi dalamnya sibuk oleh layar, komputer, dan suara pasar uang yang tak pernah tidur.
Namun daya tarik terbesar bagi turis justru berdiri di luar gedung: dua patung besar dari perunggu---seekor banteng dan seekor beruang. Keduanya berhadapan, seperti sedang bertarung.
Saya tiba di depan patung bull and bear ini sekitar jam 13. Tapi saya langsung menyadari ada yang aneh: sepi. Tidak ada rombongan tur. Tidak ada pemandu dengan papan kecil bertuliskan nama tur. Tidak ada siapa-siapa yang tampak menunggu.
Saya berdiri beberapa menit. Mungkin mereka datang terlambat? Tapi waktu bergulir, dan tetap tidak ada tanda-tanda. Saya membuka e-mail, mengecek kembali jadwal dan lokasi. Semuanya benar. Saya mengirim pesan ke nomor pemandu wisata ---tidak dijawab.

Halte Otto-Hahn Platz: dokpri 
Halte Otto-Hahn Platz: dokpri 

Saya tertawa kecil. Walking tour yang saya niatkan sejak hari pertama di Frankfurt ternyata sudah lewat. Mungkin mereka berangkat lebih awal, atau mungkin saya salah menangkap lokasi kumpul yang persis. Entahlah. Yang pasti, saya sudah ditinggal. Mungkin saya harus tiga sepuluh menit sebelumnya seperti dalam email konfirmasi.
Tapi rasa kecewa itu tak bertahan lama. Saya justru memilih duduk di bangku taman kecil di samping patung banteng. Suasana di sekitar Bursa mulai ramai. Orang-orang berlalu-lalang, sebagian berdasi, sebagian berkaus, ada yang sekadar lewat dan ada pula yang berhenti berfoto dengan patung bull and bear yang legendaris itu.

Bull & Bear: Filosofi Pasar dalam Patung
Simbol banteng dan beruang bukan sekadar hiasan. Dalam dunia saham, bull market berarti pasar sedang naik---optimisme, keberanian, dan agresi. Bear market sebaliknya: pasar turun, investor ketakutan, cenderung menjual.
Banteng mengangkat kepalanya ke atas, menyimbolkan harga saham yang naik. Beruang menunduk dan mencakar ke bawah---penurunan, resesi, kehati-hatian. Keduanya adalah simbol kekuatan yang berlawanan tapi saling melengkapi. Seperti siang dan malam, seperti harapan dan ketakutan.
Patung ini dibuat oleh seniman Jrgen Goertz pada tahun 1985, dan sejak itu menjadi salah satu ikon kota Frankfurt. Banyak pengunjung menaruh tangan di kepala banteng, konon katanya untuk keberuntungan.

Saya tidak tahu apakah saya lebih seperti bull atau bear hari itu. Yang pasti saya sudah ketinggalan tur, tapi menemukan sesuatu yang lebih personal. Duduk diam di depan simbol kapitalisme, saya justru merasakan semacam ketenangan.
Mungkin itulah makna perjalanan yang sebenarnya. Bukan tentang tempat yang kita kunjungi, melainkan tentang bagaimana kita hadir di sana. Tidak semua pengalaman mengesankan harus bersama pemandu wisata. Terkadang jalan jalan sendiri pun bahkan lebih berkesan.
Saya berdiri lagi, memotret patung beruang dari samping, lalu berjalan menjauh dari Bursa. Hari masih siang dan mari nikmati Frankfurt. Tidak ikut walking tour bukanlah akhir dari cerita. Justru di sanalah cerita saya dimulai. Rencana saya selanjutnya adalah mencari masjid dan sekaligus makan siang.
"Langkah kaki boleh tak sampai ke tujuan yang direncanakan. Tapi setiap langkah tetap akan sampai pada cerita yang layak dikenang."

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun