Sore itu, Jakarta memamerkan versi terbaiknya. Langit bersih, udara bersahabat, dan Lapangan Banteng menyambut dengan hijaunya rumput dan gemericik air mancur. Saya tiba tepat pukul empat, dan seperti biasa, Mbak Ira sudah datang lebih dulu.
Saya sempat memperhatikan kendaraan yang berfungsi sebagai mobile toilet dan juga mampir ke lapangan sepak bola sambil menunggu Mbak Ira Latief.
Kami kemudian memilih spot strategis: hamparan rumput nyaman di dekat tugu, dengan pemandangan air mancur di depan mata.
Kami membentangkan tikar, membuka kotak camilan, dan mulai duduk santai sambil menikmati suasana. Tak lama, peserta lain mulai berdatangan satu per satu. Mbak Ayi datang, menyusul Teh Diana dari Bogor, lalu Bu Ambar dan putrinya. Kemudian hadir keluarga Bu Vivid bersama putri dan suaminya Cak Tom, Erik bersama istri dan putra kecilnya yang membawa mainan ayam jago , dan juga Devi si konten kreator TikTok yang selalu penuh energi.
Sebelum acara dimulai, tradisi tak tertulis kami berlaku: makan camilan dulu. Pastel gurih, pisang goreng, keripik pedas, roti O, jajanan dari Alfa atau Indomart, dan oleh-oleh khas umroh seperti kurma dan kismis mulai dibuka. Kami duduk melingkar di atas tikar, menikmati kudapan sembari berbagi cerita ringan.
Di tengah suapan pastel, saya berkata, "Dulu tempat kita duduk ini terminal bus. Dari sini bisa naik ke Yogya, Solo, dalam kota, luar kota... Tahun 1975, cukup bayar 2.200 rupiah."
Beberapa teman tersenyum kaget. Ternyata banyak yang tidak tahu kisah ini. Sementara saya ingat pertama kali ke Yogya naik bus dari sini hampir setengah abad lampau.
Tak jauh dari tempat kami duduk, berdiri Hotel Borobudur, bangunan megah yang jadi saksi sejarah. Saya sempat bercerita bahwa u hotel ini pernah ada kantor pusat tempat saya bekerja dulu dan merupakan hotel bintang lima yang sudah melegenda.
Mbak Ira juga bercerita bahwa hotel itu terkenal akan sop buntutnya yang luar biasa---empuk, berkuah kaya rasa, dan jadi primadona tamu lokal maupun internasional.
Setelah suasana cukup cair, kami mulai sesi perkenalan. Eric menyebut dirinya seorang fitness consultant, lalu Devi memperkenalkan diri sebagai konten kreator TikTok yang baru saja membuat konten kreatif di salah satu hotel Jakarta. Dengan bersemangat is bercerita kalau kita bisa memesan salah satu kuliner melalui link TikTok nya.
Saya sendiri memperkenalkan diri sebagai penulis aktif yang sudah malang melintang selama belasan tahun di Kompasiana, lalu satu per satu peserta lain berbagi tentang latar belakang dan minat mereka. Misalnya Mbak Ayi, masih kuliah di Teknik Planologi di Trisakti dan magang di WKJ, bu Ambar menjadi guru di salah satu SDIT di tambun sementara bu Vivid dan keluarga baru pindah ke Jakarta Dari Surabaya sekitar dua tahun lalu. Dia dan suaminya juga sedang kuliah S3 sekarang.
Perkenalan itu sederhana, namun membuat kami semakin akrab. Walau ada teman lama dan kenalan baru, semua tampak menikmati suasana senja itu.
Saat cahaya sore mulai melembut, kami beranjak untuk foto bersama. Dengan latar lampu hias yang mulai bersinar dan langit senja yang mulai meredup, kami berdiri, tersenyum, dan membekukan momen dalam jepretan kamera.