Di stasiun Kranji, seorang bocah naik bersama ibunya. Bocah itu membaca buku komik Dora Emon. Bukunya sudah kusam, tampaknya sering dibaca. Tapi matanya berbinar, mulutnya bergerak pelan membaca suara dalam hatinya. Saya ingin berkata: teruskan, Nak. Dunia akan berubah, tapi bacalah. Karena dari situ kamu akan mengenal dunia yang tak bisa dilihat dari jendela kereta ini. Saya sendiri ingat waktu kecil dulu tergila-gila dengan komik wayang karya R.A.Kosasih.
Kita hidup di zaman ketika membaca buku dianggap kegiatan lambat. Padahal justru dari kelambatan itulah kita mencerna, mengendapkan, lalu memahami. Dunia bisa menunggu. Tapi isi pikiran kita tak akan tumbuh jika hanya diisi dengan gawai.
Membaca di kereta adalah salah satu bentuk “pergi jauh”. Bahkan saat tubuh saya tak bergerak lebih dari dua puluh kilometer, jiwa saya bisa mengembara ribuan halaman. Ke abad ke-17 bersama Don Quijote. Ke desa Macondo yang penuh hujan kupu-kupu kuning dalam buku Gabriel García Márquez . Ke masa depan yang bahkan belum saya kenal.
“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah.”
— Pramoedya Ananta Toer
Nah berasal dari suka membaca ini pula, saya akhirnya menulis supaya tidak hilang dalam sejarah.
Mungkin tidak semua orang suka membaca. Dan itu tidak apa-apa. Tapi jangan sampai kita kehilangan kebiasaan yang satu ini hanya karena semuanya kini terasa bisa digantikan oleh video pendek dan caption viral.
Membaca buku di kereta adalah bentuk perlawanan kecil. Perlawanan terhadap ketergesaan, terhadap budaya serba cepat, terhadap lupa yang merayap perlahan.
Dan mungkin, hanya mungkin—suatu hari nanti—gerbong KRL, MRT, atau LRT kita kembali dipenuhi dengan halaman-halaman yang terbuka. Bukan hanya layar yang menyala.
Mari kita mulai lagi, dari satu buku. Dari satu perjalanan. Dari satu halaman yang kita buka sambil duduk di bangku yang bergoyang pelan. Tidak perlu menunggu waktu sempurna. Tidak harus buku berat. Yang penting: buka. Baca. Nikmati.
Karena di dunia yang serba cepat ini, membaca buku di kereta adalah satu bentuk keheningan yang paling revolusioner.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI