Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen , penulis buku “1001 Masjid di 5 Benua” dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Sekilas Pintu, Rooftop dan Interior Masjidil Haram (Bagian II)

12 Maret 2025   11:28 Diperbarui: 12 Maret 2025   11:28 492
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemandangan dari atap masjid: dokpri 

Setelah menaiki 6 eskalator, saya muncul di ruang terbuka di atap masjid nan megah. Rooftop Masjidil Haram selalu memiliki daya tarik tersendiri, terutama saat menjelang waktu salat. Sebelum Asar, suasana di sana terasa damai dengan angin sepoi-sepoi yang sesekali bertiup, memberikan kesejukan di tengah terik matahari Makkah. Lantai marmer putih yang luas dan mengilap memantulkan cahaya, menciptakan pemandangan yang begitu megah dan bersih.

Area solat dan pagar plastik: dojpri
Area solat dan pagar plastik: dojpri

Di beberapa bagian, pagar pembatas dari plastik  warna hijau dan putih dipasang untuk mengatur area salat. Sementara itu, hamparan karpet hijau dengan pola floral dan geometrik terhampar memberikan kenyamanan bagi jamaah yang duduk berzikir atau membaca Al-Qur'an sambil menunggu azan berkumandang.

Menjelang Asar, perlahan jamaah semakin banyak berdatangan. Sebagian mencari tempat di bawah bayangan menara, sementara yang lain lebih memilih duduk di area terbuka.

Kubah dan menara : dokpri 
Kubah dan menara : dokpri 

Sambil memperbaiki posisi syal Ventour warna kuning ungu, saya masuk ke dalam area sholat  dan  duduk di atas karpet hijau. Sementara itu, masih banyak jemaah yang berdiri atau berjalan mencari tempat. Di kejauhan, tampak  kubah-kubah megah berwarna cokelat dengan aksen hijau dengan menara masjid yang menjulang tinggi yang menjadi latar belakang. 

Cahaya matahari sore menyoroti marmer putih yang berkilau, menciptakan kontras indah dengan langit biru cerah. Terselip di antara  jamaah, ada beberapa petugas yang mengenakan rompi hijau neon. 

Suasana terasa tenang dan penuh kekhusyukan, dengan jamaah yang bersiap untuk melaksanakan salat dalam lingkungan yang sakral dan damai.

Begitu azan berkumandang, suasana menjadi lebih khidmat. Semua orang bersiap-siap mengambil saf, menyesuaikan diri dengan tempat duduk di atas karpet. Bagi yang terlambat ada juga yang salat di lantai marmer.

Setelah salat, suasana rooftop tetap ramai, tetapi terasa lebih tenang. Beberapa jamaah memilih untuk duduk sejenak, menikmati  keindahan dan kesakralan suasana di atap masjid.

Minum zamzam: dokpri
Minum zamzam: dokpri

Saya bangkit dan berjalan menuju ke tempat air zamzam. Sambil berjongkok minum, saya memandang dua menara masjid yang berdiri megah dengan matahari bersinar terang di belakangnya, menciptakan efek siluet yang dramatis. Selain diminum langsung, banyak juga orang yang mengisi botol botol untuk dibawa pulang ke penginapan masing-masing.

Di sisi lain, tampak  suasana  Abraj Al Bait yang menjulang tinggi dan menara masjid yang berdiri megah. Langit biru cerah menambah keindahan pemandangan.

Menara dan Crane: dokpri
Menara dan Crane: dokpri

Kemudian , saya  berjalan lagi ke menuju area tengah atap masjid. Yang menarik perhatian adalah proyek pembangunan yang sedang berlangsung. Beberapa crane warna merah dan hijau berdiri kokoh berdampingan dengan menara. Proyek perluasan masjid atau mungkin renovasi memang terus berlangsung sementara proses ibadah tidak boleh terganggu.

Lelah berjalan saya duduk sejenak bersandar di dekat kubah. Di bawah cahaya matahari yang menyinari lantai marmer putih, saya duduk di dekat salah satu kubah di atap Masjidil Haram, menikmati embusan angin sepoi-sepoi yang membawa kesejukan, mengimbangi teriknya mentari yang memantul dari bangunan suci ini.

Eskalator 84: dokpri
Eskalator 84: dokpri

Puas menikmati suasana atap. Saya mencari jalan untuk turun. Ternyata ada beberapa pintu keluar dengan eskalator yang bernomor. Saya memilih eskalator no 84 yang mungkin akan membawa saya menuju pintu 84 di bawah sana.  Setelah turun tiga eskalator,  saya harus melanjutkan turun dengan tangga dan tiba di lantai bawah masjid. Sebuah jam gantung emas menghias langit-langit.

Lampu gantung silinder: dokpri
Lampu gantung silinder: dokpri

Sambil berjalan saya sempat memperhatikan bentuk lampu gantung yang berbeda dengan lampu yang saya lihat siang tadi.
Struktur lampu berbentuk silinder dengan detail kaca yang memancarkan cahaya lembut, menciptakan suasana yang hangat dan sakral di dalam ruangan. Ornamen hijau dan emas pada bagian bawahnya menambah elemen artistik yang serasi dengan arsitektur sekitarnya, yang penuh dengan ukiran geometris dan kaligrafi khas bangunan Islam.

Sambil berjalan keluar saya tidak berhenti mengagumi keindahan dan kemegahan interior masjid ini.  Arsitekturnya yang  megah dihiasi pilar-pilar marmer dan ukiran indah. Tampak Jemaah berpakaian ihram sedang lalu lalang. Suasana khusyuk dan damai menyelimuti area ini, mencerminkan spiritualitas yang mendalam bagi umat Islam dari seluruh dunia.

Pintu 84: dokpri 
Pintu 84: dokpri 

Keluat dari masjid melalui pintu 85. Saya sempat melihat pintu 84 di sebelahnya dengan tulisan Annisa dan Ladies yang menandakan pintu ini khusus untuk kaum perempuan.

Setelah berbelok kanan dan berjalan di pelataran, tampak Hotel Dar Al Tawhid InterContinental berdiri megah dengan jendela biru mencolok.

Hotel InterContinental: dokpri 
Hotel InterContinental: dokpri 

Suasana ramai dengan jemaah yang beristirahat selesai salat atau berjalan-jalan menikmati sore. Lampu jalan dan kipas angin raksasa tersebar di sekitar area, memberikan kesejukan. Disini, keheningan  spiritual berpadu dengan gemuruh doa dan langkah kaki.

Sebelum kembali ke hotel saya memutuskan untuk sejenak menjelajah kawasan ini dan melihat sisi lain kawasan Masjidil Haram.  (Bersambung)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun