Bahasa Menunjukkan Bangsa, sebuah pepatah kuno yang sering kita ingat sewaktu belajar di sekolah masih sering melayang dalam ingatan. Â Pepatah ini bisa memiliki banyak makna. Selain penggunaan diksi berbahasa yang mampu menunjukkan latar belakang penuturnya, secara tidak langsung pepatah ini juga bisa diartikan bahwa penggunaan suatu bahasa dapat menunjukkan kebangsaan seseorang.
Akan tetapi pada kenyataannya pepatah ini tidak dapat digunakan secara harfiah karena seseorang yang setiap hari berbicara dalam suatu bahasa belum tentu menunjukkan kebangsaannya, Â Misalnya orang yang berbicara bahasa Inggris, belum tentu orang Inggris, demikian juga yang berbahasa Spanyol belum tentu memiliki kebangsaan Spanyol. Â Â
Dari daftar dua belas bahasa yang paling banyak digunakan di dunia pada saat ini, dapat dilihat bahwa bahasa Inggris merupakan bahasa yang paling banyak digunakan yaitu dengan sekitar 1,5 Milyar jiwa sementara di tempat kedua adalah bahasa Mandarin dengan 1,1 Milyar pengguna. Â Di sini kita bisa melihat bahwa bahasa Inggris tidak hanya digunakan oleh orang berkebangsaan Inggris melainkan juga orang di Amerika Serikat, Australia, Kanada, dan masih banyak lagi. Â Sementara tidak semua dari penduduk Tiongkok yang jumlahnya saat ini sekitar 1,4 Milyar bisa berbicara bahasa Mandarin.Â
Setelah bahasa Inggris dan Mandarin, tempat selanjutnya  diduduki oleh bahasa Hindi (610 Juta), Spanyol (559 juta) dan Perancis (310 Juta).  Dapat di lihat bahwa tidak semua penduduk India berbahasa Hindi dan baik bahasa Spanyol maupun Prancis digunakan baik di negara  asal dan juga masih banyak lagi bekas tanah jajahan. Misalnya hampir seluruh negeri di Amerika Tengah dan Selatan menggunakan bahasa Spanyol kecuali Brasil dan banyak negara di Afrika berbahasa Prancis.
Di tempat keenam, tujuh dan delapan  ada bahasa Arab (274 juta), Bengali  (273 juta) dan  Portugis (264 juta).  Bahasa Arab digunakan di negara-negara Timur Tengah seperti di semenanjung Arab dan juga Afrika Utara, sementara bahasa Bengali selain di Bangadesh, tentu nya di sebagian India dan Bahasa Portugis digunakan di Portugal, Brasil dan beberaa eks jajahan Portugal.Â
Bahasa Rusia (255 Juta), Urdu (232 Juta), Indonesia (199 juta) dan Jerman (133 juta) berada di urutan 9 sampai 12. Â Bahasa Rusia digunakan di Rusia dan sebagain besar negara-negara eks Soviet, sementara Bahasa Urdu di Paksitan dan sebagian India. Â Bahasa Indonesia sendiri digunakan hanya oleh 199 juta walau penduduk Indonesia ada lebih dari 275 juta jiwa karena sebagian penduduk Indonesia ada yang belum berbahasa Indonesia. Â Sementara Jerman digunakan baik di Jerman juga di beberaoa negara tetangga seperti Austria dan Swiss.Â
Konstelasi penggunaan bahaa-bahasa di atas tentunya akan erus berubah seiring dengan perkenmbangan zaman dan perubahan jumlah penduduk.Â
Asyiknya disamping jumlah penduduk dan bahasa, ada juga daftar bahasa-bahasa yang terancam punah, yaitu bahasa-bahasa yang penuturnya kian lama kian sedikit. Â Yang mengejutkan bahwa dalam dafatr ini ada 10 negara yang memiliki paling banyak bahasa yang terancam punah dan Indonesia ada di urutan paling atas dengan jumlah 424 bahasa. Â Daftar ini dikuti dengan Papua New Guinea (312 bahasa), Australia (190 bahasa), Amerika Serikat (180 bahasa) dan Tiongkok dengan 133 bahasa.
Dari ratusan bahasa di Indonesia yang terancam punah, kebanyakan memang bahasa-bahas di Indonesia Timur, seperti di kawasan Papua dan Maluku yang terancam karena makin  sedikitnya penutur yang masih hidup sementara generasi berikutnya sudah jarang menggunakannya.  Akan tetapi ada juga bahasa yang disebut bahasa Javindo Creole, yaitu bahasa campuran Belanda dan Jawa yang dulu digunakan oleh orang-orang Indo Belanda.
Kecenderungan bahasa-bahasa daerah makin tidak populer memang sangat terasa di Indonesia dengan makin pol[ulernya penggunaan bahasa Indonesia, bahkan di kawasan yang bahasa daerahnya masih sangat banyak penuturnya. Â Bahasa Jawa sendiri walau masih sangat banyak penuturnya tetapi penggunaannya sudah kurang populer dibandingkan beberapa dekade lalu. Â Bukan saja sekarang lebih banyak orang tua yang berbahasa Indonesia dengan anal-anaknya, bahkan penggunaan di masyarakat sudah mulai berbeda.
Misalnya saja di masyarakat umum, penggunaan bahasa Indonesia pada umumnya lebih diutamakan terutama bila berbicara dengan orang yang belum dikenal dan penggunaan bahasa daerah lebih terbatas di antara keluarga atau kalangan sekitar saja.
Karena itu kampanye untuk melestarikan bahasa-bahasa daerah, terutama bahasa-bahasa yang terancam punah harus terus diusahakan agar kekayaan akan keragaman bahasa yang ada di negeri ini dapat dipertahankan.Â
Semoga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H