Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Istiqlal: Film Pendek yang Membuat Penonton Berpikir Panjang

2 April 2024   08:49 Diperbarui: 2 April 2024   09:02 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam rangka memperingati Hari Film Nasional pada tanggal 30 Maret 2024, Museum Penerangan bekerja sama dengan KOMIK Kompasiana mengadakan  acara Nonton Bareng sambil ngabuburit dan berbuka puasa bersama di Taman Mini Indonesia Indah. 

Dengan naik LRT Jabodebek saya menuju ke TMII dan turun di stasiun LRT Taman Mini. Dari sini, saya menunggu sebentar untuk naik kendaraan shuttle menuju TMII. Untuk naik shuttle ini, kita harus menunjukkan QR tiket yang sudah dibagikan satu hari sebelumnya dari Museum Penerangan melalui mbak Dewi Puspa.   Asyiknya ketika masuk melewati Pintu I TMII, kendaraan langsung masuk saja menuju ke lobi TIC (Tourist Information Centre).  Oh ya, kalau hari Sabtu atau minggu dan atau di hari biasa di jam non sibuk, tarif LRT ke TMII maksimal 10.000 Rupiah saja.   Dari TIC ini saya kemudian menunggu bus keliling dan menuju ke Museum Penerangan dengan turun di depan Anjungan Riau. Sebenarnya kalau jalan kaki juga tidak jauh hanya sekitar 4 atau 5 menit saja.

Acara dimulai sekitar pukul 15.40 dengan pembawa acara Mas Wildan yang menyapa Muspen Bestie dan juga Komikers yang hadir.  Untuk memeriahkan suasana diadakan quiz menggunakan Kahoot dengan pertanyaan-pertanyaan mengenai Hari Film Nasional.  Selain harus menjawab pertanyaan dengan tepat, kita juga beradu kecepatan dengan peserta lain.  Nah walau jawaban saya benar semua, tetapi tetap tidak bisa bersaing dengan Mbak Fenny, Mbak Dewi Pusoa dan Mbak Riap Windhu dari KOMIK Kompasiana yang menyabet seluruh hadiah quiz.

Dokpri
Dokpri

Setelah itu, Mbak Restu dan April dari Museum Penerangan hadir dengan sekilas penjelasan mengenai Hari Film nasional dan tokoh utama dibaliknya yaitu Usmar Ismail yang dianggap sebagai Bapak Film Nasional.  Sejenak kita mengenang kembali sejarah hidup beliau sejak dilahirkan pada 21 Maret 1921 di Bukit Tinggi hingga meninggal pada 2 Januari 1971. 

Tanggal 30 Maret yang diperingati sebagai Hari Film Nasional adalah hari pertama pengambilan gambar film Darah dan Doa yang merupakan Film Nasional pertama yang dibuat pada 1950 dan merupakan karya Usmar Ismail.   Pada kesempatan ini juga ditampilkan benda koleksi milik Usmar Ismail yang ada di Museum Penerangan, yaitu sebuah proyektor dan juga setelan jas yang dibuat di Hong Kong. 


Acara puncak adalah menyaksikan film pendek berjudul Istiqlal karya sutradara muda Razny Mahardhika yang juga hadir di acara ini.  Kisah film ini sebenarnya sangat sederhana, yaitu seorang ayah yang dipanggil babeh oleh anaknya yang dipanggil Sob.  Mereka naik motor dari kediaman di kawasan Ciputat dengan tujuan berbuka puasa di Masjid Istiqlal.

Yang lebih asyik lagi, babe juga bertutur bahwa motor tua yang digunakan merupakan peninggalan engkong alias ayah babe dan sewaktu kecil dulu babe bersama engkong tinggal di kawasan Pecenongan tidak jauh dari masjid Istiqlal.  Karena ini, babe dengan percaya diri dan sok hafal jalan mengabaikan anjuran Sob untuk menggunakan Google Map.  Kita hanya harus percaya kepada Allah dan bukan kepada Google Map, barang kali demikian ucapan Babeh kepada Sob.  Sebagai anak, Sob merupakan anak yang patuh dan tidak membantah ayah nya.  Akhirnya Babe juga harus beberapa  kali turun dan bertanya baik kepada seorang lelaki pemilik rumah, ibu-ibu di kawasan gang sempit dan juga abang ojek di sebuah pangkalan.

Sayangnya Babe kemudian menyadari bahwa Jakarta terus berubah dan banyak jalan yang sudah tidak diingat lagi. Akhirnya babe mengalah dan mau menggunakan Google Map.  Namun takdir berkata lain, hape Sob ternyata loq bat dan mati sekaligus memupuskan harapan mereka untuk sampai di Istiqlal sebelum magrib.   Ketika azan Magrib sudah menggema, mereka baru tiba di kawasan Menteng, tepatnya di dekat Taman Suropati dan mendapatkan takjil gratis di depan gereja Paulus.

Mereka berbuka puasa dan kemudian melanjutkan perjalanan menuju Istiqlal.  Apakah mereka akan tiba di Masjid Istiqlal dan pada pukul berapa?  Nah setelah menonton film ini, saya dan juga mungkin sebagian peserta lain secara tidak sadar harus berpikir panjang dan mereka-reka.

Di antaranya pesan apa yang ingin disampaikan dalam film ini? Kita melihat adanya perbedaan perspektif antara babe dan Sob.  Babe yang lebih konvensional, lebih suka mengandalkan ingatan dan bertanya bila ingin ke suatu tempat. Hal yang sangat biasa kita lakukan sebelum adanya teknologi.  Sementara Sob sebenarnya lebih suka mengandalkan teknologi yang ada di gadjet.

Sob sebagai anak tetap menghargai keputusan babeh untuk tetap bertanya dan mencari jalan secara konvensional dan baru kemudian setelah ayahnya menyerah menggunakan gadget.  Di sini kita melihat hubungan yang tetap harmonis dan tidak ada konflik antara keduanya. 

Ketika Sob dan Babe berhenti di kawasan Taman Suropati di waktu berbuka, kita melihat pembagian takjil yang dilakukan oleh petugas dari Gereja Paulus. Hal ini juga menonjolkan adanya toleransi beragama yang sangat baik.  Alangkah indahnya toleransi ini dan semoga terus langgeng di berbagai tempat di Nusantara. 

Hal terakhir yang lebih mengejutkan dalam film ini adalah babe yang menggunakan ikat pinggang dan kain tambahan untuk mengikat tubuhnya dan tubuh Sob selama berkendara. Hal ini ditujukan untuk mencegah Sob jatuh bila mengantuk dalam perjalanan.  Ini menunjukkan kasih sayang seorang ayah yang selalu berusaha untuk melindungi anaknya. 

Seusai menonton film, diadakan bedah film berupa penjelasan dari sutradara dan juga tanya jawab. Di sini terungkap bahwa film ini merupakan hasil pemenang pitching yang disponsori oleh Parekraf DKI Jakarta pada 2018 dan mendapatkan dana sekitar 50 Juta Rupiah.  Namun dalam pelaksanaannya film ini menghabiskan budget sekitar 75 Juta Rupiah dan dengan waktu syuting 3 hari saja.

Masih banyak hal menarik yang diungkap dalam diskusi dan tanya jawab ini. Sesudah itu, masih ada berbagai quiz yang diadakan oleh Mbak Dewi Puspa dengan hadiah dari Museum Penerangan dan juga KOMIK.

Acara ditutup dengan berbuka puasa bersama dengan anak-anak yatim yang ada di sekitar kawasan TMII. 

Sampai jumpa lagi pada acara Museum Penerangan berikutnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun