Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Katedral St. Sava, Dirancang di Beograd sebagai Pesaing Aya Sofia

2 Januari 2023   16:31 Diperbarui: 13 Januari 2023   07:34 1275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Walau jam sudah menunjukkan lebih pukul 10.00, Matahari pagi masih enggan bersinar di kota Beograd di awal Desember.   Suhu udara pagi itu pun lumayan dingin menusuk tulang sementara hamparan salju mulai membentang di jalan-jalan ibu kota Serbia ini.  Kota yang dulu menjadi ibukota Yoguslavia. Kota dimana jasad Joseph Broz Tito berbaring untuk selamanya.

Perjalanan saya dimulai dari kawasan Novigrad atau Kota Baru, tepatnya dari sekitar Blok 30 yang letaknya tidak terlalu jauh dari Sungai Dunav atau lebih terkenal dengan nama Sungai Danube yang mengalir melewati berbagai negara dari Jerman, Austria, Hongaria, sampai ke Serbia ini.   Dari sini saya naik bus menuju Stari Grad dan kemudian berpindah naik Trola, atau Trolley Bus yang khas karena di atas nya ada kawat listrik yang selalu menemani.

Mural di kawasa Vracar: Dokpri
Mural di kawasa Vracar: Dokpri
Turun di Vracar, perjalanan kemudian dilanjutkan dengan berjalan kami melalui jalan yang tidak terlalu lebar di pusat kota Beograd.  Bahkan di Sebagian jalan, tampak tembok tembok kusam yang dihiasi dengan lukisan dinding atau mural warna warni. Di dekatnya juga ada deretan kursi kayu untuk tempat bersantai pejalan kaki.

Sudut lain St. Sava: Dokpri
Sudut lain St. Sava: Dokpri

Setelah berjalan melewati Mutapova yang jalannya sedikit mendaki sekitar 5 menit,  di ujung jalan, muncul kubah besar Katedral St. Sava yang menjadi destinasi pertama jalan-jalan di Beograd hari ini.  Jalan di sini sedikit mendaki karena memang kompleks St. Sava ini terletak di sebuah bukit kecil yang Bernama Bukit Vracar atau Vracaski Plato.  Walau belum pernah ke sini, bentuk kubah katedral ini terasa familier.  Bersusun susun dengan warna hijau di kubah utama dan ternyata memang sangat mirip dengan Masjid Aya Sofia yang ada di Istanbul.  Tentu saja karena Aya Sofia sendiri pada awalnya dirancang sebagai sebuah katedral atau gereja dan pernah berganti-ganti peran sesuai dengan perubahan sejarah. 

Di balik pepohonan: Dokpri
Di balik pepohonan: Dokpri

Pemandangan pertama katedral ini saya lihat dari sisi samping dengan dinding marmer dan granit warna krem muda yang memberi kesan gagah serta hiasan salib emas di atas kubah utama dan beberapa kubah kecil di sekitarnya.  Setiap kubah ini di bawahnya dikeliling beberapa jendela yang berbentuk relung-relung yang menambah indahnya katedral ini. 

Sampai di halaman katedral yang terletak di Kardjadojev Park ini saya melakukan tawaf mengelilingnya dan kemudian sampai di sudut lain katedral. Dari sini, saya dapat mengagumi keindahannya dengan latar depan pohon-pohon yang tidak berdaun. 

St. Sava: Dokpri
St. Sava: Dokpri

Berjalan tidak jauh lagi, saya sampai di tampak muka katedral ini, Di sini ada sebuah patung besar yang juga merupakan Patung St. Sava, seorang pangeran Serbia yang dilahirkan pada abad ke 12.  St Sava yang memiliki nama asli Rastko Nemanjic.   Beliau ini yang dianggap sebagai pendiri Gereja Ortodoks Serbia, Konon abu jenazahnya, setelah beberapa kali berpindah tempat pun disemayamkan di katedral di Beograd ini.

Patung ini tampak tinggi besar dan gagah. St Sava sendiri memakai jubah kebesaran dengan dua tangan membentang. Tangan kanannya memegang salib, sementara tangan kirinya memegang sebuah kitab.  Jubahnya tampak bersusun dan berukiran salib serta ornamen bermotif floral.

Patung St. Sava: Dokpri
Patung St. Sava: Dokpri

Di bagian pedestal patung yang tingginya sekitar 2 meter ada tulisan  Bahasa Serbia dalam aksara Kiril " "  yang artinya Kamu bisa mendapatkan apa saja melalui  hasil karyamu. Di sekitar patung ini pun terdapat beberapa kursi taman untuk sejenak beristirahat sambil mengagumi keindahan katedral ini

Gereja kecil: Dokpri
Gereja kecil: Dokpri

Di salah satu sudut taman terdapat sebuah gereja dalam ukuran yang lebih keci. Saya mendengar lagu pujian dari dalam dan tertarik untuk mengunjunginya.  Pintu bangunan ini tidak terlalu besar dan dia atasnya ada hiasan kaca pateri berbentuk relung dengan gambar orang suci atau Santo yang kemungkinan besar St. Sava sendiri.  Di atasnya ada menara dengan hiasan salib dan dipuncaknya juga ada kubah kecil bertatahkan salib emas. 

Interior: Dokpri
Interior: Dokpri

Saya masuk ke dalam ruangan dan terpesona dengan hiasan dan ornamen di dalamnya. Terasa sangat ramai dan meriah.  Di bagian atas ada lampu gantung bundar mirip dengan yang ada di Aya Sofia ataupun Masjid Biru di Istanbul dalam ukuran mini. Seluruh dinding berhiaskan gambar orang suci dalam agama Kristen Ortodoks.  Ada juga jendela-jendela yang ramping dengan atasan lengkung yang ditutup kaca pateri dengan hiasan dan warna yang tidak kalah cantik. Di sekeliling dinding juga ada tempat duduk terbuat dari kayu dengan pelitur cokelat tua. Kursi ini tampak antik dengan pegangan tangan yang cukup tinggi. 

Hiasan mural orang suci berkuda: Dokpri
Hiasan mural orang suci berkuda: Dokpri

Alunan lagu dan lilin merupakan salah satu ritual agama Kristen Ortodoks, sesekali mereka menunduknya kepala seakan-akan menunduk. Karena tidak mau mengganggu kegiatan ibadah, saya kembali keluar setelah sebelumnya sempat melihat kembali hiasan gambar orang suci yang menunggang kuda putih yang terletak di atas sebuah pintu kecil dengan atap lengkung yang manis.  Di bagian lain kompleks St Sava, juga terdapat sebuah toko kecil yang menjual keperluan ibadah dan juga suvenir. Kebetulan ada tulisan Church Shop dalam Bahasa Inggris.

pintu masuk ke katedral: Dokpri
pintu masuk ke katedral: Dokpri

Nah sekarang tinggal masuk ke katedral utama.  Saya kembali ke pintu depan yang ada patung St. Sava. Di dekat sini ada papan informasi yang menceritaka kilasan sejarah katedral ini.

Ternyata katedral yang megah ini mempunyai sejarah yang panjang dan dibangun dalam waktu yang sangat panjang juga.  Gagasan untuk membangun sebuah katedral untuk Kristen Ortodoks Serbia sudah muncul sejak akhir abad ke XIX, tepatnya sekitar 1895 untuk memperingati 300 tahun peristiwa pembakaran relik St. Sava oleh penguasa Dinasti Ottoman di Serbia pada 1594 di bukit Vracar di Beograd.  Relik dipercaya merupakan Sebagian atau sisa peninggalan jasad orang suci.   Perlu diketahui bahwa Serbia dan kawasan Balkan serta Eropa Selatan pernah takluk di bawah kekuasaan Turki Usmani selama lebih 5 abad.

Pada 1594 terjadi pemberontakan terhadap kekuasaan Ottoman dengan membawa panji-panji St. Sava sehingga akhirnya Sinan Pasha, penguasa saat ini memerintahkan untuk memindahkan relik St. Sava dari Mileseva ke Beograd dan membakarnya di tempat ini. Tempat yang sekarang menjadi katedral dengan nama orang suci tersebut.

Baru pada 1935. Pembangunan katedral dimulai namun akhirnya harus berhenti pada 1941 karena Perang Dunia II dan kemudian Serbia atau Yugoslavia jatuh ke tangan komunis sehingga pembangunan katedral ini baru bisa dilanjutkan pada 1985-an. 

interior : Dokpri
interior : Dokpri

Pada Mei 1985, lebih 100 ribu orang berkumpul di dalam lokasi ini yang menandakan benih-benih runtuhnya komunisme di Yugoslavia.  Dan pada Agustus 1985 pembangunan katedral ini dilanjutkan yang menandakan kembalinya Kristen Ortodoks di negeri ini.  

Katedral ini sejak awal gagasan pembangunannya memang dirancang untuk dijadikan semacam replika Aya Sofia di Kontsantinopel dengan tujuan menjadikan Beograd sebagai pusat Kristen ortodoks.  Tidak mengherankan jika katedral ini konon menjadi salah satu gereja paling besar di dunia hingga saat ini.

Eksterior katedral ini juga sekilas sangat megah dengan ketinggian kubah sekitar 70 meter ditambah salib emas setinggi 12 meter sehingga total ketinggian katedral ini dari permukaan tanah adalah 82 meter.  Kalau dilihat dari atas katedral dibangun dengan pola berbentuk salib Yunani dan memiliki kubah seberat 40 ton yang harus diangkat secara hidraulik pada tahun 1989.

Pembangunan katedral ini memang memakan waktu yang panjang sehingga eksteriornya sendiri baru selesai pada sekitar 2004. Sementara pengerjaan bagian interiornya masih terus berlangsung dan dikerjakan baik oleh pemerintah Serbia dengan bantuan Rusia. 

Interior: Dokpri
Interior: Dokpri

Ketika masuk ke dalam katedral, bagian interiornya memang sedang direnovasi sehingga Sebagian besar ditutupi oleh tangga dan perlengkapan kerja.  Karena itu saya langsung mengikuti anak panah untuk menuju ke ruang bahwa tanah atau Crypt katedral dmelalui tangga marmer yang juga sangat indah berwarna putih. Melewati tirai berwarna hijau saya masuk ke ruang bawah tanah yang sangat indah dengan warna kuning emas yang mendominasi ruangan ini.

Tangga ke ruang bawah tanah: Dokpri
Tangga ke ruang bawah tanah: Dokpri

Bagian dinding dan langit-langit dihiasi lukisan dan mural yang dengan motif khas gereja ortodoks yang bertebaran orang suci di segala penjuru. Selain lukisan, lampu-lampu gantung dan tiang-tiangnya pun tampak sangat indah memesona. Kita bagaikan berada di dalam istana emas di bawah tanah.

Ruang bawah tanah: Dokpri
Ruang bawah tanah: Dokpri

Konon di bagian ini juga terdapat tempat pemakaman  tokoh penting gereja ortodoks Serbia. Puas menikmati ruang Crytpt ini saya kembali naik ke lantai atas alias ruang utama gereja. Dan setelah itu kembali ke luar untuk sekali lagi menikmati kemegahan katedral paling megah di Beograd ini.  

Namun ada satu lagi informasi yang cukup mengagetkan yaitu, nama resmi katedral ini dalam bahasa Serbia adalah Hram yang berarti Temple atau nama lain untuk gereja dalam dunia Kristen Ortodoks. Karena dalam istilah katedral sebenarnya hanya diperuntukkan bagi gereja yang menjadi tepat kedudukan uskup yang di Beograd sendiri saat ini berada di katedral  St Michael.  Namun karena ukurannya yang sangat besar maka  Hram atau Temple  ini lebih terkenal disebut sebagai Katedral St. Sava.

Tepat pukul 12 siang, puluhan lonceng di katedral ini berdentang.  Tiba waktunya untuk kemudian melanjutkan perjalanan ke  bagian lain kota Beograd.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun