Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Kartu Merah Buat Pelatih Korsel dan Kontroversinya

29 November 2022   12:25 Diperbarui: 29 November 2022   12:29 587
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pertandingan Piala Dunia Qatar 2022 di Grup H antara Ghana dan Korea Selatan pada 28 November, pukul 20.00 WIB atau pukul 16 waktu Qatar di Stadion Education City berlangsung sangat menarik sekaligus berakhir tragis buat pelatih Korea Selatan Paulo Bento.  Ia menjadi pelatih pertama dalam Piala Dunia kali ini yang mendapat Kartu merah dan harus absen dalam pertandingan terakhir Korea di babak penyisihan melawan Portugal.  Mirisnya Portugal merupakan negeri asal Paulo Bento.

Sontak banyak kontroversi mengenai kartu merah ini. Namun ada baiknya kita sedikit membahas jalannya pertandingan yang sangat menarik dan menegangkan baik bagi pemain, pelatih, penonton langsung di lapangan, pendukung kedua tim  dan juga seluruh penggemar sepak bola yang menyaksikan lewat siaran televisi di seluruh dunia.

Ghana secara resmi berdasarkan rangking FIFA berada di urutan 61 merupakan tim paling lemah dalam Piala Dunia kali ini dan lumayan berbeda jauh dengan Korea yang ada di rangking ke 28. Namun pepatah bola itu bundar memang terus berlaku dalam setiap pertandingan di Piala Dunia ini.   Secara mengejutkan Ghana berhasil memimpin 2-0 pada babak pertama melalui gol Mohammed Salisu dan Mohammed Kudus pada menit ke 24 dan 34.

Tertinggal dua gol tidak membuat Korea Selatan putus asa. Dan secara mengejutkan juga dua gol balasan melalui sundulan kepala terjadi dalam selang waktu kurang dari tiga menit saja.  Setelah kekalutan di kotak penalti Ghana, Cho Gue Sung berhasil menyarangkan dua gol pada menit ke 58 dan 61. Kedudukan berubah menjadi 2-2.  Pendukung Korea langsung bangkit makin bersemangat sementara pendukung Ghana berharap agar Ghana mampu menahan serangan Korea yang kian menggebu.

Namun Mohammed Kudus kembali mampu menunjukkan kepiawaiannya dalam waktu hanya 7 menit setelah gol kedua Cho.  Sebuah tendangan ke sudut kanan gawang Korea Selatan membuat Ghana kembali unggul 3-2.  

Korea Selatan kembali mencoba bangkit dan terus melakukan tekanan hingga menit ke 90 berakhir dan pertandingan dilanjut dengan 10 menit tambahan waktu.   Nah pada menit ke 11, serangan Korea kembali digagalkan dan menghasilkan tendangan penjuru buat Korea. Namun wasit Antony Taylor tidak memberi kesempatan kepada Korea Selatan melakukan tendangan penjuru dan sebagai gantinya meniupkan peluit panjang tanda permainan telah selesai.

Pemain dan pendukung Ghana bersorak gembira, dan kubu Korea Selatan berduka.  Tiba-tiba saja, pelatih Korea Selatan, Paulo Bento masuk ke lapangan menuju ke wasit Anthony Taylor dan terlihat memprotes keras.  Tidak tahu persis apa kata-kata yang diucapkan Paulo Bento sehingga wasit tidak ampun lagi memberikan kartu merah kepada sang pelatih.

Nah pelajaran apa yang didapat dari insiden yang lumayan menarik selesai pertandingan Korea Selatan melawan Ghana ini?  Selain itu, kemungkinan apa saja yang terjadi dalam benak Paulo Bento sehingga langsung memprotes keputusan wasit. Apa akibatnya dan menurut peraturan , apa yang harus dilakukan wasit jika dalam detik-detik krusial suatu pertandingan stop watch menunjukkan waktu permainan sudah selesai. ?  Mungkin deretan pertanyaan di atas hanya merupakan sebagian dari banyak pertanyaan yang sontak muncul dalam pikiran penonton, terutama dari kubu Korea Selatan yang merasa kesempatan emas dan terakhir untuk mencetak gol equalizer direngut begitu saja oleh peluit panjang wasit.

Mari kita coba mengurai peristiwa ini dengan kepala dingin dari berbagai sudut pandang. Pertama dari sudut pemain, pelatih dan pendukung Ghana. Tentunya mereka sangat senang sekali dengan suara peluit panjang yang mengakhiri ketegangan dalam suatu pertandingan bertabur 5 gol yang menegangkan urat syarat tersebut. Peluit panjang itu yang dinanti sejak Ghana memimpin kembali 3-2. Mereka tidak mau mengalami lagi ketegangan yang sama ketika disamakan menjadi kedudukan 2-2 setelah memimpin 2-0.  Peluit itu bukan hanya mengakhiri suatu pertandingan, tetapi sekaligus meredakan ketegangan, membangkitkan harapan, kesenangan dan menjaga asa tim Afrika itu untuk terus maju ke babak 16 besar.

Untuk kubu Korea, tidak usah kita jabarkan lebih luas. Perasaan sebaliknya lah yang membahana. Kesal karena tidak berhasil merebut angka krusial melawan tim yang mungkin sebelumnya dipandang tidak terlalu sulit untuk ditundukkan dan kekalahan ini juga sekaligus membuat posisi Korea diunjung tanduk untuk berjuang mati-matian merebut kemenangan dari pemuncak Grup H yaitu Portugal yang sudah memastikan maju ke babak 16 besar dengan nilai 6.  Bahkan walaupun menang, posisi Korea masih belum aman karena masih tergantung hasil pertandingan Ghana melawan Uruguay.  Kalau Ghana yang menang, pupus sudah harapan Korea, sebaliknya kalau seri atau kalah pun masih harus berhitung selisih gol atau head to head baik dengan Ghana atau Uruguay. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun