Mohon tunggu...
taufiku
taufiku Mohon Tunggu... -

Selalu ingin berbagi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Full Day School, Mengapa Digagalkan?

15 Juni 2017   05:57 Diperbarui: 15 Juni 2017   08:05 334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Menggagalkan fulldayschool sama halnya membiarkan generasi ini terpuruk dalam gubangan kegelapan.

Saat ini para remaja terseret pada tindakan asosial dan kriminal. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat terjadi peningkatan tindak kejahatan dari 325.375 kasus pada tahun 2014 menjadi 352.936 kasus pada tahun 2015.

Eskalasi tertinggi terjadi pada kejahatan narkotika. Menurut Badan Narkotika Nasional (BNN) peningkatannya mencapai 90%. Pada tahun 2014 tercatat 19.280 kasus menjadi 36.874 kasus pada tahun 2015.

Pengguna narkoba 5,9 juta orang. Diantaranya adalah anak di bawah 19 tahun mencapai 2.186 orang.

Salah satu penelitian mengantongi data yang mengejutkan. 90% video yang beredar diperankan oleh remaja. 97% remaja pernah menonton film dewasa. 62,7 % melakukan hubungan sex. 21,2 % pelajar putri melakukan aborsi.

Data ini menunjukkan betapa bobroknya moral generasi bangsa yang mejunjung adab ini. Mereka kehilangan rasa malu sehingga menganggap biasa perilaku amoral.

Mereka melakukan tindakan takberadab karena lemahnya pengawasan. Di luar rumah dan sekolah mereka luput dari pantauan guru dan orang tua. Mereka bergaul dilingkungan yang tidak mendidik.

Fullday school digulirkan untuk melindungi mereka dari paparan negatif dunia luar. Setidaknya dapat meminimalisir peluang mereka melakukan kejahatan.

Indonesia bukan hanya Sumenep yang sebagian besar siswa SD nya belajar di madrasah diniyah pada sore hari. Indonesia bukan hanya warga nahdliyin yang sebagian besar remajanya berada di pesantren.

Kalau hanya ada mereka, tidak perlu Permen 23 ini ditetapkan. Mereka berada di lingkungan yang aman.

Tapi, Indonesia memiliki jutaan anak yang sepulang sekolah tidak mendapat pendidikan dan pemantauan. Mereka berkeliaran di jalanan dan di tempat yang kadang tidak ramah anak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun