Mohon tunggu...
Taufik syahputra
Taufik syahputra Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa tingkat akhir yang sedang memperjuangkan cita dan cintanya

Mahasiswa Ilmu komunikasi tingkat Akhir, UIN Sumatera Utara

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Media Digital Disrupsi, Akses Baca Beralih

15 Agustus 2020   21:45 Diperbarui: 15 Agustus 2020   21:42 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi disrupsi digital (infokomputer.grid.id)

Di era perkembangan teknologi saat ini, semakin jarang kita temui produk jurnalistik berbentuk cetak. Bahkan ada media cetak yang tutup. Dan banyak beberapa media yang awalnya memproduksi produk cetak jurnalistik beralih ke media daring dalam kurun waktu lima tahun terakhir. Salah satunya dirasakan oleh Tabloid bola yang kini tutup produksi karena tidak mampu menyeimbangkan daya saing dengan media nasional lainnya.

Dalam kasus tersebut, sebenarnya apa yang kini terjadi dalam industri media? Faktanya saat ini di belahan dunia manapun tengah mengalami yang namanya 'Era Disrupsi Digital'. Dilansir dari katadata.co.id pada tanggal (16/11/2017), Disrupsi adalah gangguan yang mengakibatkan industri tidak berjalan seperti biasa karena kemunculan kompetitor baru, umumnya karena penemuan teknologi, yang mengakibatkan pemain bisnis lama harus memikirkan ulang strategi berhadapan dengan era baru ini.


Jika ditinjau dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), disrupsi adalah hal tercabut dari akarnya. Jadi bisa dikatakan bahwa disrupsi digital adalah sedang terjadi perubahan yang mendasar dari evolusi teknologi yang menyasar di seluruh aspek kehidupan manusia. Mulai dari sektor transportasi, ritel, keuangan, logistik sampai ke media.


Adanya hal tersebut mempengaruhi segala aspek yang ada, utamanya dalam hal ini adalah media. Dahulunya media cetak merupakan salah satu sumber utama informasi bagi masyarakat namun, sekarang ini masyarakat sudah bergeser ke media daring seperti aplikasi yang sengaja dikenalkan oleh media untuk masyarakat.


Adapun cara mengakses informasi tersebut beraeneka ragam. Di antaranya Kumparan.com yang menyajikan semua  informasi dalam bentuk daring. Hal ini menunjukkan bahwa eksistensi media saat ini tidak hanya dipandang dari segi konteksnya (isi berita) namun juga dari segi kemudahan mengaksesnya.


Lain halnya dengan sindonews.com yang menyajikan informasinya dalam bentuk daring, TV streaming, radio streaming dan koran. Media ini lebih menawarkan kemudahan informasi dari berbagai aspek baik digital maupun cetak.


Realita bergesernya kebiasaan konsumen untuk mengonsumsi media baru yang menggunakan koneksi internet mulai  meninggalkan media tradisional menjadi sebuah ancaman bagi media cetak sendiri. Banyak media cetak mulai berlomba-lomba mengantisipasi hadirnya media online dengan berbagai upaya, salah satu upaya tersebut adalah konvergensi media.
Dikutip dari jurnal ojs.atmajaya.ac,id, Resmadi dan Yuliar (2014) mengungkapkan bahwa konvergensi media merupakan salah satu perkembangan media massa yang melibatkan banyak faktor teknologi di dalamnya seperti kehadiran internet. Kehadiran internet mendorong media massa menerapkan konsep konvergensi media seperti media online, e-paper, e-books, radio streaming, media sosial. Sebagai salah satu bentuk inovasi, konvergensi media dibutuhkan agar media massa tetap bersaing di era bisnis saat ini.


Seperti salah satu media yang di kota Medan, sebut saja Analisa. Media Analisa kini menyajikan korannya dalam bentuk e-paper yang bebas diakses oleh pembaca melalui website resminya harian.analisadaily.com. E-paper ini menampilkan halamannya dalam bentuk format jpeg, sehingga para pembaca mudah mengakses informasi berita lebih cepat dan mudah melalui laptop, gawai, dan juga tablet. Uniknya e-paper ini disajikan secara gratis. Sehingga pembaca tidak perlu dikenakan tarif untuk setiap edisi koran yang ingin dibaca.


Namun, berbeda media maka berbeda pula sistem publikasi pemberitaannya. Tempo juga menyajikan majalah dan koran berbentuk digital dengan tarif berlangganan. Pembaca bisa memilih paket digital. Pertama paket Silver, kedua paket Gold, dan ketiga paket Platinum dengan masing-masing harga yang berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa Tempo masih menerapkan sistem pembayaran pada produk jurnalistiknya meskipun produk tersebut ditawarkan secara online.


Dari kedua media ini pastinya mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing. Kelebihan dari media tersebut yaitu sudah berani mengembangkan inovasi dari cetak ke online. Dari Analisa sendiri, yang disukai pembaca setelah melihatnya adalah kecepatan mengakses e-paper-nya, tidak begitu lama menunggu sehingga kita mendapatkan informasi secara cepat dan praktis. Lain halnya dengan Tempo, konten-kontennya begitu menarik dan untuk bagian isi datanya kredibel sehingga pembaca tertarik untuk berlangganan langsung ke media yang rata-rata isi beritanya adalah jurnalisme investigasi.


Dari segi kekurangannya, Analisa tidak ada tempat pencarian, sehingga pembaca harus men-scroll manual untuk membacanya, sedangkan Tempo aksesnya susah karena pembaca harus berlangganan terlebih dahulu baru bisa menikmatinya. Walaupun pembaca diberi akses  membaca artikel secara cuma-cuma. Namun, Tempo membuat freetrial sebanyak lima kali saja. Sudah menggunakan data internet, malah harus membayar untuk membacanya. Hal seperti ini yang membuat pembaca menyayangkan hal tersebut.


Pesatnya perkembangan internet mendorong masyarakat untuk lebih mengakses media online secara mudah  menggunakan gawai. Walaupun media cetak mulai tergerus keberadaanya, pembaca setia kini mulai beralih ke media online. Realita tersebut memang mengancam. Namun, berita cetak memiliki ciri khas tersendiri yaitu: berita yang jelas, lengkap dan terperinci. Sedangkan, media online memang cepat, up todate dan continuous, namun berita ini hanya bisa diakses dengan menggunakan alat komunikasi canggih dan tidak semua masyarakat memiliki dan memahami teknologi.


 Banyak yang bilang disrupsi digital membuat yang terkadang membuat penggunanya menjadi terdampak karena ada gangguan sistem jaringan. Justru disrupsi menantang karena persaingan berdasarkan sepenuhnya pada inovasi. Dalam era disrupsi, slogannya adalah "inovasi sampai mati".


Berita tak akan mati sepanjang manusia masih jadi makhluk sosial. Yang menghilang dan berganti adalah formatnya. Kini, media-media khususnya media jurnalistik semakin bersaing untuk menawarkan kemudahan akses informasi. Di lain sisi juga pembaca dituntut agar cerdas memilih bacaan di tengah maraknya isu-isu berita bohong.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun