Konflik bersenjata antara Iran dan Israel yang kembali memanas di tahun 2025 menciptakan kekhawatiran serius terhadap kestabilan perdagangan global. Bagi Indonesia, salah satu negara eksportir terbesar di kawasan Asia Tenggara, situasi ini bukan hanya berdampak pada skala makro, tapi juga langsung menyentuh keberlangsungan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) yang mulai merambah pasar ekspor.
Gejolak Timur Tengah dan Dampaknya terhadap Ekspor
Kawasan Timur Tengah merupakan salah satu jalur penting distribusi ekspor Indonesia, terutama untuk komoditas hasil bumi, makanan olahan, serta produk tekstil. Ketegangan antara Iran dan Israel berdampak pada terganggunya jalur pelayaran internasional di sekitar Laut Merah dan Selat Hormuz, yang menjadi jalur vital menuju Afrika dan Eropa.
Selain gangguan logistik, melonjaknya harga minyak dunia pasca konflik juga memicu kenaikan biaya pengiriman dan operasional ekspor. Biaya logistik yang membengkak menurunkan margin keuntungan eksportir, termasuk pelaku UKM yang umumnya belum memiliki skala ekonomi besar atau jaringan distribusi yang kuat.
Komoditas UKM yang Berisiko Tinggi
Beberapa sektor UKM yang rawan terdampak antara lain:
Produk makanan dan minuman kemasan
Fashion muslim dan tekstil
Furnitur dan kerajinan kayu
Produk herbal dan kesehatan