Mohon tunggu...
Taufik Hasibuan
Taufik Hasibuan Mohon Tunggu... Guru - Guru Alif Alif

Guru Alif Alif

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Guru Transformatif 3 (Merdeka Belajar)

6 Maret 2020   11:05 Diperbarui: 6 Maret 2020   11:06 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Merdeka Belajar | Dok. pribadi

Guru Transformatif 3 (Merdeka Belajar)
Tantangan Menulis Hari ke 52
#TantanganGurusiana

Betapa bahagianya seorang pendidik dan orang tua, ketika benih yang disemaikan tumbuh subur, berkembang dengan baik dan mereka dapat memetik buah dari hasil tanamanya selama ini. Bukan main senangnya jiwa dan tenteramnya hati mereka, terkala melihat buah telah matang, tidak terasa akan meneteslah air mata kebahagiaannya. Melihat Malaikat yang berjalan dibumi menjadi suluh dalam kegelapan.

Lantas menjadi pertanyaan mendasar bagi si Orang Tua dan Pendidik, Bagaimana metode dan sarana pendidikan yang bisa berpengaruh pada anak? Agar benih yang disemaikan dapat tumbuh dengan subur, dan berkembang dengan sebaik mungkin. Sarana dan metode seperti apa yang sangat berpengaruh terhadap pembentukan pengetahuan, karakter, dan sikap anak. Apalagi saat ini, karakter menjadi pokok permasalahan pendidikan kita. Begitu banyak kasus yang sesungguhnya memilukan hati di dunia pendidikan. Kekerasan, penyimpangan, asusila dan sebagainya seolah menjadi momok yang menakutkan bagi dunia pendidikan kita saat ini.

Sebagai pendidik, berbasiskan pendidikan Islam, kami akan mengulas sedikit tentang hal tersebut, sesuai dengan basic keilmuan yang kami miliki. Tentunya juga merujuk kepada pedoman Alquran, Hadist sebagai referensi utama. Disamping tulisan tulisan para ulama terdahulu yang telah sukses menanamkan karakter ini kepada peserta didiknya selama ini. Menurut kacamata Islam, ada lima hal yang perlu kita benahi dalam soal sarana dan metode yang perlu kita desain ulang, agar pendidikan kita tidak hanya maju di literasi, dan Numeric juga melahirkan karakter yang baik.

1. Mendidik dengan Keteladanan
Kunci kesuksesan Rasulullah menanamkan karakter yang hebat bagi para sahabat, tidak lain karena faktor keteladanan Rasulllah Sendiri. Beliau tidak hanya mengajarkan satu ilmu, akan tetapi beliau menjadi contoh dalam mempraktekkan ilmu tersebut. Sehingga para sahabat bisa mengikutinya dengan baik dan benar.  "Sungguh telah ada pada Diri Rasul Itu suriteladan yang baik bagimu" (Alahzab ayat 21)

Keteladanan dalam pendidikan menjadi cara yang paling efektif dan berhasil dalam mempersiapkan peserta didik memiliki karakter yang baik dan tangguh. Bagaimana akan rajin Sholat Berjamaah Ke masjid, Jika ia tidak pernah Melihat Orang tuanya, Gurunya Ikut sholat ke masjid. Bagaimana ia rajin membantu sesama, ketika ia sering melihat orang tuanya jarang bermasyarakat, bersosialisasi dilingkungannya, hanya sibuk dengan karier dan pekerjaannya. Bagaimana ia akan memiliki sifat bergotong royong, jika ia tidak pernah melihat orang tuanya, gurunya  ikut bergotong royong.

Keteladanan menjsdi faktor yang sangat berpengaruh pada baik buruknya karakter anak di masa depan. Jika orang tua, para pendidik adalah orang jujur, baik,terpercaya, maka akan lahir generasi yang jujur dan hebat. Sebaliknya jika orang tua dan guru  adalah orang yang penipu, pendusta maka tidak menutup kemungkinan peserta didiknya akan tumbuh sebagai penipu, tukang plagiat, ahli koruptor dan perilaku menyimpang lainnya.

2. Mendidik dengan Kebiasaan
Sudah kita pahami bersama, setiap anak yang lahir dalam keadaan bersih. Seperti kertas putih, tanpa noda dan kotaran sedikitpun. Maka orang tua dan guru gurunya yang mendesain, melukis kertas putih tersebut menjadi gambar, poster, lukisan seperti apa. 

"Setiap Bayi dilahirkan dalam keadaan Fitrah (Suci)"

Sejak lahir tibalah saatnya pembiasaan, pendiktean, pendisiplinan orang tua, guru guru agar kelak mereka memiliki karakter yang kuat, religius, dan kokoh. Faktor pendidikan yang kuat ditopang oleh faktor lingkungan pendidikan yang kuat menjadi kekuatan agar kelak mereka memiiki karakter yang tangguh.  Memilih lingkungan sekolah yang baik, juga menjadi penentu karakter anak dimasa depan. Karena keluarga dan sekolah, menjadi dua faktor penentu pertumbuhan dan perkembangan karakter anak tersebut.

3. Mendidik dengan Nasihat
Nasihat menjadi salah satu metode yang efektif dalam membentuk keimanan, akhlak, mental dan sosial anak. Nasihat memiliki pengaruh yang besar terhadap seseorang. Bahkan orang orang hebat sekalipun memilih penasihat pribadinya dalam mengambil setiap kebijakan. Para pemimpin dunia juga menyediakan penasihat khususnya dalam mengatur dan mengelola negara yang Dia pimpinan. Penasihat spritual, penasihat, ekonomi, sosial, budaya. Inilah bukti betapa pentingnya nasihat dalam kehidupan kita. Bahkan mereka melegalakan penasehat ini, menjadi satu lembaga resmi disebuah organisasi, dan negara sekalipun. Badan Penasehati Presiden, misakan untuk Negara kita.

Menurut Para ahli ada hal yang penting kita perhatikan dalam menyampaikan nasihat.
a. Gaya bahasa yang memiliki sugesti terhadap perasaan dan hati
b. Gaya bahasa yang menantang argumen dan logis, sehingga pendengar tertantang untuk berpikir dan memahaminya.
c. Gaya bahasa yang mengandung arahan, bukan hujatan, cemeehan dan sikap apatis
Tentunya perlu juga diperhatikan metode penyampaian, agar audiens tertarik untuk memahami apa yang disampaikan. Hal ini Rasullah SAW juga telah memberikan contohnya. Namun akan kami ulas dalam tulisan berikutnya.

4. Mendidik dengan Perhatian/Pengawasan
Tujuan dari mendidik dengan perhatian dan pengawasan, diharapkan para orang Tua, para pendidik tidak hanya Transfer knowledg saja. Akan tetapi, mereka juga mengikuti perkembangan dan mengawasi akidah, akhlak, mental, dan sosial peserta didiknya. Senantiasa mengikuti perkembangan pendidikan fisik dan intelektualnya. Sehingga peserta didik tidak merasa dibiarkan begitu saja, mereka merasa ada yang mengawasi didalam dan diluar proses belajar mengajar disekolah.

Islam mendorong para orang tua, pendidik menanamkan prinsip prinsip yang holistik ini. Agar mereka selalu memperhatikan anak anak mereka disetiap aspek kehidupan dan pendidikannya. Dengan demikian akan terwujud fondasi yang kokoh dan kuat. Sehingga terwujudkan apa yang dicita citakan oleh para Orang tua dan para pendidik tersebut.

5. Mendidik dengan Hukuman
Para ulama merangkum kedalam lima perkara, yang mereka sebut dengan dharuriyat al khomis (Lima hal yang primer). Hal ini mencakup prinsip prinsip yang holistik mengandung perkara perkara penting yang tidak mungkin manusia hidup tanpanya. Inilah yang disebut dengan hukum hukum syariat. Bertujuan untuk menjaga agama, jiwa, kehormatan, akal, harta.

Jadi, hukuman bukanlah berati sebuah kebencian dan kebiadaban. Namun hukum sesungguhnya adalah menjaga marwah dan peraturan agar tetap berjalan pada koridornya masing masing. Jika pendidikan tanpa hukuman, akan lahir kesewenang wenangan, kebebasan dan ketidak beraturan dalam tatanan kehidupan. Hal ini juga yang melahirkan "Hukum rimba", maka menurut para ahli metode hukuman yang sesuai dengan prosedur yang tepat akan mendidik anak anak memiliki etos kerja, semangat yang tinggi untuk mencapai cita citanya.

Demikianlah metode dan sarana yang paling efektif, yang telah di praktikan oleh orang orang terdahulu yang telah meraih kesuksesannya. Semoga ini bisa menginspirasi kita ditengah hilangnya karakter pendidikan kita. Sehingga kita perlu mereshecedul kembali karakter peserta didik kita. Menjadi fokus perhatian empat kebijakan Merdeka Belajar pemerintah saat ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun