Kita sering kali mengeluh saat segala sesuatu tak berjalan sesuai rencana. Jadwal yang molor, kendaraan yang tak kunjung datang, cuaca yang tiba-tiba berubah, hingga kondisi tubuh yang memaksa kita istirahat ketika seharusnya melangkah. Semua bentuk keterlambatan itu terasa menjengkelkan, seolah semesta tidak berpihak pada kita.
Namun, pernahkah kita merenung sejenak---bahwa keterlambatan yang membuat kita kesal itu mungkin adalah bentuk perlindungan?
Manusia memiliki rencana, tapi Tuhan memiliki kuasa. Kita menyusun waktu dengan perhitungan yang teliti, tapi sering lupa bahwa kehidupan tidak hanya berisi logika dan jadwal, melainkan juga misteri dan hikmah. Dalam hidup, tidak semua keterlambatan adalah kegagalan. Ada yang justru menjadi penunda musibah, bahkan penyelamat dari sesuatu yang tidak kita ketahui.
Pernah seseorang bercerita bahwa ia terlambat naik pesawat karena ketinggalan jam keberangkatan---dan ternyata pesawat itu mengalami insiden. Ada pula yang kehilangan kesempatan kerja karena terlambat datang saat wawancara, dan beberapa bulan kemudian perusahaan itu bangkrut.Â
Cerita-cerita semacam itu bukan hanya dongeng, melainkan pengingat: apa yang tampak sebagai kesialan, bisa jadi adalah bentuk penjagaan.
Kita terlalu sering mengukur hidup dari apa yang berhasil kita capai tepat waktu. Kita lupa bahwa keselamatan, ketenangan, dan keberkahan tidak selalu datang dari kecepatan, tapi dari ketepatan yang hanya semesta tahu.
Keterlambatan kadang hadir agar kita menghindari jalan yang licin, mengurangi beban langkah, atau memberi waktu untuk menyadari arah yang lebih benar. Kita tidak selalu tahu bahaya apa yang sedang menunggu di depan. Tapi Tuhan tahu, dan Dia kadang menjawab doa-doa perlindungan kita dengan cara yang tampak seperti penghambatan.
Kita sering berdoa memohon kelancaran, kesuksesan, dan segala hal baik dalam hidup. Kita berharap semesta membuka jalan selebar-lebarnya dan waktu berpihak dengan kecepatan yang kita inginkan. Namun, kenyataan kadang tak seindah doa. Yang datang justru keterlambatan, penolakan, kegagalan, bahkan keraguan yang menyelimuti.Â
Kita pun bertanya dalam hati, "Mengapa doaku belum juga dikabulkan?"
Padahal, bisa jadi Tuhan sudah menjawab doa itu. Hanya saja jawabannya tidak datang dalam bentuk yang kita harapkan, melainkan dalam wujud yang tampak seperti penghambatan. Di situlah misteri ilahi bekerja: Dia tak selalu membuka pintu secara terang-terangan, kadang justru menutup pintu tertentu agar kita tak masuk ke ruangan yang salah.