Mohon tunggu...
Taufan Satyadharma
Taufan Satyadharma Mohon Tunggu... Penulis - Pencari makna

ABNORMAL | gelandangan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kasih Ibu yang Selalu Ada

9 Februari 2021   19:25 Diperbarui: 9 Februari 2021   19:32 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa hari yang lalu, waktu sudah menjelang shubuh saat kami kembali dari sebuah acara diskusi. Suasana nampak senyap tak seperti biasa di jalanan yang menjadi lalu lintas komuditas ekonomi utama daerah sekitar. Entah karena masih terbawa suasana diskusi yang cukup mendalam atau akan ada satu moment pengingat yang masih belum diketahui.

Raga sudah terasa cukup lelah melihat rentetan agenda ke belakang. Belum lagi, waktu itu ada tanggung jawab yang diamanatkan kepada saya masih belum terselesaikan, sehingga saya memutuskan untuk menunda waktu pulang ke rumah. Sekalipun bukan hal yang urgent, namun sudah menjadi kebiasaan bagi saya terutama untuk segera menuntaskannya.

Tak lama setelah sampai, terdengar adzan shubuh sudah berkumandang. Sedang setumpuk amanat masih terbungkus rapat dalam karung bagor yang perlu dirapikan. Setelah menuntaskan kewajiban, saudara saya nampak sudah begitu lelah dan langsung mengambil posisi untuk menyandarkan lelahnya. 

Pada waktu itu, saya memiliki 2 opsi, segera menyelesaikan apa yang sudah diamanatkan, atau menundanya dengan ikut beristirahat dan kemungkinan esok pekerjaan juga lebih ringan. Selain raga sudah fresh, saya juga bisa meminta saudara saya untuk membantu menyelesaikan tanggung jawab itu.

Dokumen pembantu sudah tercetak, akan tetapi saat saya masih ragu akan melanjutkan atau tidak, tiba-tiba ada notifikasi dari memo kalender bertuliskan "mom's came home". Sebuah waktu pengingat akan waktu dimana ibu saya telah berpulang 6 tahun yang lalu. Saat itu juga sekujur tubuh merasakan merinding dan juga melemah. Hingga secara tidak sadar telah menghilangkan lelah dan kantuk yang sebelumnya mulai saya rasa.

Banyak kenangan-kenangan akan kemesraan dengan ibu muncul kembali. Mengingatkan tentang besarnya asih ataupun kasih yang sudah tidak bisa saya nikmati. Ataupun ketulusan yang tak tergantikan. Keadaan sekarang pun seolah mengingatkan ketulusan seorang ibu, bahwa sebesar apapun kita mencoba mengekspresikan ketulusan, jangan pernah sekalipun terselip harapan untuk mendapat balasannya.

Waktu itu saya mungkin masih banyak tidak peka. Akan tetapi, kehilangan banyak menghajar lubuk hati hingga saya pun tersadar. Ongkos kesadaran itu menjadi pengalaman yang mesti saya alami di banyak ruang kebersamaan. Baik itu mengenai perjuangan, keikhlasan, bahkan sampai rasa sakit-sakit yang harus dienyam sendiri.

Selama engkau hidup, anakmu sudah pasti lebih banyak mengecewakanmu daripada membahagiakanmu. Sudah pasti anakmu ini lebih banyak melakukan kesalahan daripada kebenaran yang melegakanmu. Sudah pasti anakmu ini banyak menyakitimu daripada rela berkorban untuk dirimu. Ingin sekali saya mengucap beribu maaf kepada beliau secara langsung.

Entah, tubuh ini lantas mendapatkan energi kembali. Tanggung jawab yang hampir tertunda akhirnya terselesaikan dengan kekuatan ibu yang hadir menyapaku disaat waktu-waktu yang penting. 

Meskipun tidak penting sama sekali bagi yang lain. Engkau pun hadir dan ada, ketika saya ternyata masih butuh semangat dan perhatian disaat senyap menyapa. Memberikan energi dan kekuatan yang masih sangat bermanfaat, dan tidak ingin anaknya banyak mengecewakan orang lain atas amanat yang diberikan kepadanya.

Engkau pun juga tahu ibu, kehadiranmu sekarang sangat terbatas saat anakmu selalu berusaha menyapamu setiap waktu. Mengkhawatirkanmu, ingin menanyakan kabarmu, dan selalu ingin merasakan dekap hangatmu kembali. Berbagi cerita tentang berbagai permasalahan ataupun pengalaman yang sedang didapati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun