Cahaya rembulan tampak berpendar di balik mendung yang menghiasi langit pada malam sebelum rutinan Maneges Qudroh bulan Oktober edisi ke-116 dimulai.Â
Hawa dingin pun serasa mengepung kala mendung urung  putus sedari siang, hingga temaram datang menyapa. Sorot-sorot lampu kendaraan bergantian datang melewati jalan setapak yang hanya menjadi satu-satunya akses menuju tempat rutinan.
Tempat rutinan yang biasanya diselenggarakan di Omah Maneges, pada kesempatan kali ini berpindah haluan ke wilayah barat, tepatnya di Panti Asuhan Cahaya Ummat, Deyangan, Mertoyudan, dikarenakan beberapa faktor teknis di Omah Maneges.Â
Sebelumnya, informasi terkait lokasi rutinan juga sengaja tidak dipublikasikan sebagai salah satu wujud sikap untuk berpartisipasi dan saling menjaga keadaan lingkungan sekitar, khusus di masa pandemi ini.
Namun, beberapa dulur yang berkeinginan untuk saling mengasah intelektualitasnya atau yang hanya sekedar ingin bersilaturahmi ngopi bareng tak kekurangan akal dan daya untuk mencari informasi tempat diselenggarakannya acara.Â
Karena sebagai makhluk sosial, manusia membutuhkan kebersamaan untuk saling memberikan petunjuk atau saling mengingatkan terlebih dalam majelis ilmu untuk sedikit-sedikit belajar menapaki kebenaran.
Tema "Nandur Kasetyan"/ Menanam Kesetiaan dipilih sebagai keberlanjutan pada bulan sebelumnya tentang bersungguh-sungguh. Kesetiaan sendiri merupakan nilai primer dalam kehidupan sehari-hari yang mungkin luput untuk menjadi sebuah poin pokok pembelajaran di lingkungan pendidikan formal. Dan Maneges Qudroh mencoba mengajak para sedulur yang hadir untuk bersama-sama mewedar tentang kesetiaan.
Acara dibuka dengan pembacaan surat An-Nuur oleh Mas Mukhlis sembari menunggu dulur-dulur lain yang masih dalam perjalanan menuju tempat rutinan.Â
Kesunyian menjadi suasana yang mesra terlebih jika batin fokus mendengar suara Mas Mukhlis yang berkolaborasi dengan suara alam sekitarnya.Â
Menjadi sebuah simponi yang saling membersamai dan menjadi pondasi awal kebersamaan dalam sinau bareng nantinya. Bukan sebatas antar sesama manusia, tapi juga turut melibatkan alam sekitarnya.
Dilanjutkan dengan riuh riang melantunkan bersama Wirid Munajat yang dikomandoi oleh Mas Miftah. Terlebih ketika "Alfa Salaam", semakin membangkitkan ruh suasana sinau bareng yang selama ini dirindukan. Mengikat harmonisasi diri secara tidsk langsung, untuk setidaknya setia menemani perjalanan rutinan kali ini sampai usai.
- Taqwa Tidak Berbatas Waktu