Mohon tunggu...
Taufan Satyadharma
Taufan Satyadharma Mohon Tunggu... Penulis - Pencari makna

ABNORMAL | gelandangan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

"Satu Langkah Lagi"

14 September 2020   16:05 Diperbarui: 14 September 2020   16:13 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
unsplash/jukan-tateisi

Sedikit saya mengambil pesan yang belum lama ini diungkapkan oleh salah seorang guru. Beliau berkata bahwa kita tinggal menunggu salah satu langkah lagi. Meski kebenaran hanya Allah yang mengetahuui.

Satu langkah karena mungkin kita dianggap telah siap untuk menjadi tonggak perubahan. Bahkan, bisa dibilang satu langkah tersebut akan menjadi awal dari titik pusat peradaban baru tidak hanya sebatas negeri, melainkan dunia. Karena beliau melihat kita telah siap dengan kemungkinan-kemungkinan dengan banyaknya keistiqomahan akan peran-peran yang selama ini telah banyak diidentifikasi dan dipelajari.

Selain itu, beliau berkata satu langkah lagi mungkin karena kita telah banyak berpuasa atau menahan diri atas kerakusan dan ketamakan  sitem-sistem yang tidak berlandaskan dengan asas pertama hingga kelima. Kita telah terbiasa untuk memilih tidak memakan dunia yang sudah ada di depan mata dan memilih untuk lapar dalam keterasingan.

Jika menapaki 4 syarat perubahan yang pernah disampaikan oleh beliau, kehadiran Covid-19 telah sesuai dengan syarat ketiga yang merupakan wujud dari sebuah wabah setelah revolusi dan perang saudara. Tertinggal 1 syarat yang bisa jadi merupakan satu langkah sebelum perubahan itu terwujud, yakni sebuah guncangan yang besar atau bisa disebut bencana alam.

Adakah yang menginginkan hal tersebut? Tentu saja tidak. Kita masih banyak memiliki orang-orang yang begitu dikasihi dan begitu kita lindungi. Kita tentu tidak tega melihat kesengsaraan dan ketakutan orang-orang yang dikasihi terlepas dari bagaimana sifat dan kebiasaan hidupnya selama ini.

Atau mungkin hal tersebut bisa ditawar dengan disegerakan dalam skala-skala perubahan yang lebih kecil,  baik dalam lingkungan rumah tangga, desa, kota, atau lingkungan yang lainnya. Kita telah banyak memiliki bekal tinggal butuh sebuah permantik.

Pemantik dari berbagai macam silmi untuk memacu laju percepatan akan suatu perubahan yang selaras dengan tugas-tugas rahmatan lil 'alamin.

Ada atau tidaknya sebuah perubahan bukan suatu hal yang dikhawatirkan. Dalam tiap skala waktu apabila kita jeli, selalu mengandung getaran-getaran lembut yang membawa suatu perubahan. Karena mayoritas, perubahan itu benar-benar tidak merubah.

Perubahan hanya membuatnya kembali ke kebiasaan seperti semula. Kelalaian dan keingkaran. Atau manusia benar-benar telah melampaui batas.

***

Kita telah senantiasa bersungguh-sungguh dan setia melakukan kebiasaan--kebiasaan yang jauh dari wajar melalui sapaan-sapaan untuk meminta pertolongan yang sering disebut wirid atau sholawatan. Hal tersebut menjadi medan juang sendiri bagi yang terasingkan dan jauh dari keeksistensian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun